Share

THE FACTS

Hari Minggu adalah hari yang sempurna untuk bermalas-malasan dan bercumbu dengan kasur. Almi mematikan semua alat telekomunikasinya dan memenuhi hasrat tidurnya yang selalu kurang di hari biasa. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan, dan Almi sudah tidak bisa tidur lagi. Akhirnya ia meraih remot TV dan menyalakannya tanpa menontonnya. Ia malah meraih novel yang belum sempat diselesaikannya, dan mulai membacanya.

Tiba-tiba ia teringat dengan jawaban sombong Kala saat diwawancara tempo hari. Seketika itu juga Almi menjadi sebal dan makin tidak menyukai Kala. Rasanya kutukan Reta tidak pernah akan terwujud karena setelah melihat penampilan dan senyum Kala pun, Almi sama sekali tidak tertarik dengannya. Karena tulisan-tulisan dalam buku novelnya tidak ada yang dapat dicerna, Almi akhirnya beringsut menuju kamar mandi dan membasahi seluruh tubuhnya dengan air yang meluncur dari shower. Ia membiarkan pancuran air memijat kepala dan punggungnya, melepas stres bekerja dan juga bayangan Kala yang sok kegantengan.

Selesai mandi, Almi menuju dapur, memasak makanan untuk perutnya yang mulai kerucukan. Ia makan di meja makan sendirian, matanya menerawang tak jelas, membayangkan betapa akan sangat menyenangkannya jika ada seseorang yang menemaninya makan, dan suara anak-anak kecil yang bermain menjadi keramaian dalam keheningannya ini. Lagi-lagi sindrom ingin menikah dan punya anak merasuki Almi. Almi menggelengkan kepalanya dan melanjutkan makannya hingga habis. Lalu ia melanjutkan dengan menyibukkan diri menyapu dan mengepel flat apartemennya agar pikirannya tidak ngaco kemana-mana.

Setelah beres, Almi membersihkan kamar mandi dan membetulkan toiletnya yang agak mampet. Ia terbiasa membetulkan segala perabotan sendiri, jika ia sudah tidak bisa melakukannya sendiri, barulah ia akan memanggil orang untuk membetulkannya. Mungkin itulah yang membuat para lelaki kabur darinya. Almi menghela napas, kenapa hari Minggu cerah ini hatinya malah terasa mendung?

Karena berkeringat, Almi memutuskan untuk mandi lagi, lalu berpakaian dengan pakaian bagus dan keluar dari flatnya. Ia butuh menghibur diri dengan Reta. Ia yakin jam segini temannya itu masih bermalas-malasan di apartemennya di daerah Kasablanka.

Benar saja, ketika Almi datang, Reta masih dengan baju tidurnya.Wajahnya ditutupi masker lumpur berwarna abu-abu gelap.

“Ih anak gadis jam segini belum mandi! Malu dong sama matahari yang udah tinggi!” sindir Almi seraya menjatuhkan diri pada sofa ruang tengah merangkap ruang tamu.

“Biarin, toh gue udah bukan gadis ini,” kata Reta sambil memeletkan lidahnya.

Almi tertawa, dasar sobatnya itu udah gila.

“Mana tunangan lo? Gak nginep?” tanya Almi.

“Lagi dinas ke Surabaya dia,” jawab Reta. “Untung aja dia nggak ada, kalo ada disini, lo nggak akan gue bolehin masuk!”

“Biarin! Tar gue dobrak terus gue menyusup diantara lo berdua dikasur,” canda Almi.

“Makanya cari pacar sendiri biar nggak gangguin orang pacaran!”

“Ih, awas ya... Nanti kalo gue bisa dapetin the most eligible bachelor in Indonesia, nggak akan ada waktu luang buat lo!”

Reta memeletkan lidah, “ngimpi!”

“Kenapa ngimpi? Tar kan gue sama dia bisa kayak King and Queen gitu. Pasti serasi!”

Reta menjulingkan matanya sambil ngeloyor ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya.

“Gue butuh liburan nih, Ret!” kata Almi begitu Reta keluar dari kamar mandi.

“Bentar lagi kita kan mau liburan dengan kapal pesiar!” sahut Reta sambil nyengir. Ia menjatuhkan diri di sofa lain yang berukuran lebih kecil. “Gue belum beli bikini baru nih!”

“Lo beneran mau bawa bikini? Beneran mau berenang dan bernyanyi bersama lumba-lumba?”

“Hahahaha! Nggaklah dodol! Kan biasanya di kapal pesiar gitu ada kolam renangnya,” jawab Reta sambil tertawa. “Shopping yuk! Beli bikini dan dress baru!”

“Masih lama kali perginya...” Almi memutar kedua bola matanya.

“Nggak apa-apa. Berarti kita punya waktu lebih untuk mempersiapkan diri!” Reta bangkit. “Gue siap-siap dulu!”

Waktu yang digunakan Reta untuk bersiap-siap cukup lama. Daripada bosan, Almi memanfaatkan waktunya dengan membuka majalah lifstyle wanita yang memuat artikel tentang dirinya, yang tergeletak di atas meja. Ia membuka halaman demi halaman. Meskipun Shelly telah memberikan satu eksemplar untuknya, tapi dia sama sekali belum membacanya – kecuali artikel tentang dirinya.

Almi berhenti membalik halaman ketika nama Kalanda Ryan yang ditulis besar-besar dan ada foto Kala yang sedang berpose dengan memamerkan senyuman adorable-nya. Dengan iseng ia membaca artikel yang ditulis tentang Kala disana.

15 FACTS ABOUT KALANDA RYAN

PROFILE

Stage Name                   : Kala

Real Name                     : Kalanda Ryan

Birthplace and date        : Pekanbaru, August 18, 1990

Height                            : 177 cm

Weight                           : 63 kg

Blood Type                    : A

15 RANDOM FACTS ABOUT KALA

  1. Personality : Kala can be tough or cool, depending on his mood. Kala termasuk orang yang ceria dan dapat meredakan emosinya sendiri. Kala has high self-esteem, he is easy going, talented, and strong charisma. He also a person that anyone could rely on, and Dia juga diakui sebagai ‘jenius’ oleh rekan kerja dan sesama musisi.
  2. Sejak debut pada 2012, Kala sudah memenangi beberapa penghargaan bergengsi di Indonesia.
  3. Warna kesukaannya adalah kuning dan putih.
  4. Lagu favorit Kala adalah lagunya The Killers – Somebody Told Me.
  5. Kala bilang, alasan dia bermusik adalah karena takdir.
  6. Kala juga terkenal dengan sebutan ‘playboy’ karena sering berganti pacar dengan cepat.
  7. Kala confessed he was looking for a girl with sweet smile and good kissing. ^^
  8. Kala selalu menggunakan waktu luangnya untuk menulis lagu.
  9. Kala pernah diterpa kasus narkoba pada pertengahan tahun 2015, tetapi kasus tersebut tidak terbukti dan Kala berhasil comeback pada akhir 2015.
  10. Jika tidak bermusik, Kala ingin menjadi penulis buku karena ia sangat suka menulis dan berimajinasi.
  11. Yang disukai Kala dengan menjadi terkenal adalah karena ia mendapat banyak dukungan dari orang-orang.
  12. The body part that he feel most proud is his nape.
  13. Kala really wants to challenge his ability in acting.
  14. He love to sleep and waking him up is not easy.
  15. Wajah orientalnya didapat dari keluarga ibunya.

“Hayo lo... Ketahuan baca artikelnya Kala...” Reta tiba-tiba muncul dan mengagetkan Almi. “Udah mulai terpesona dengan dia?”

“Gak!” sahut Almi seraya membalik halaman majalah. “Udah siap?”

“Sebentar. Gue lagi mau nyetrika baju yang kusut,” sahut Reta sambil kembali melengos masuk ke kamarnya.

“Cepetan!”

*

Almi dan Reta sudah memutari Grand Indonesia selama dua jam dan sudah banyak kantong belanjaan di kedua tangan mereka. Mulai dari baju, bikini, underwear, sepatu, dan sandal baru dari merek-merek terkenal. Karena lelah dan lapar, mereka melipir menuju restoran iga bakar.

“Gue masih sebel lho sama jawaban Kala waktu di wawancara!” kata Almi sambil memotong daging iganya.

“Kenapa?” Reta menjawab dengan mulut penuh makanan.

“Sebel aja... Sombong banget gitu kesannya.”

“Nggak apa-apa sombong kalo kenyataannya emang gitu,” sahut Reta. “Tapi dia emang ganteng banget itu! Gue sampe meleleh lihat senyumnya! Uh, nggak kuku!”

Almi memutar bola matanya.

“Pokoknya di pesiar nanti gue mau coba pedekate sama Kala, ah...” kata Reta.

“Sableng! Gue bilangin ke cowok lo, lho!”

Reta tertawa, “bilangin aja. Kalo gue dapetnya Kala, nggak apa-apa gue diputusin Wilmar.”

“Sinting!” Maki Almi lagi sembari tertawa. “Kalo gue sih mending nggak kehilangan cowok sebaik dan sesoleh Wilmar deh.”

“Atau gue poliandri aja gitu, ya?” Ide Reta membuat Almi melemparkan mentimun yang langsung ditepis Reta. “Kira-kira mereka mau nggak ya gue poliandri-in?”

“Idih, emang elo se-oke Rosie Huntington atau Miranda Kerr apa?”

“Gue bahkan lebih oke dari mereka!”

Almi menjulingkan matanya menanggapi kenarsisan sahabatnya. Walaupun di kehidupan nyata Reta bukanlah jenis cewek yang tidak setia pada pasangannya, tetap saja ide untuk poliandri ini membuat Almi ingin membedah kepala Reta dan mengeluarkan virus gila dari otaknya.

“Habis ini kita mau cari cowok kemana?” tanya Reta.

Wah, ini anak bener-bener mau poliandri, ya? Almi menggelengkan kepalanya.

“Bukan buat gue! Tapi buat lo. Biar nggak sewot melulu!”

Almi menjulingkan matanya.

“Eh, eh!” tiba-tiba Reta berseru tertahan. “Itu bukannya mantan lo si Stefan?”

Mendengar nama mantan terakhirnya disebut, Almi menoleh cepat ke arah yang ditunjuk Reta. Benar, Stefan sedang melintasi restoran iga sambil menggandeng seorang perempuan cantik, putih, tinggi, langsing, dan seksi. Agak kecewa juga Almi karena belum sampai empat bulan mereka putus, Stefan sudah punya pacar baru, yang kelihatannya tipe-tipe cewek manja yang selalu mengandalkan laki-laki. Almi menggelengkan kepala dan kembali memutar kepalanya, menghadap piringnya yang sudah tinggal terisi tulang iga.

Reta melirik Almi yang wajahnya mendadak muram. Ia sedikit berempati juga pada sahabatnya karena selalu dengan mudah dicampakkan oleh laki-laki hanya karena kemandiriannya. Tapi bukan salah para lelaki itu juga sih, Almi juga egonya terlalu tinggi dan selalu melakukan apapun sendiri. Seperti membetulkan AC-nya yang rusak, mengganti lampu yang mati, membetulkan mobilnya yang mogok. Jarang sekali Almi mengandalkan pacarnya untuk melakukan hal-hal sepele seperti itu.

Tapi dia nggak akan membahas soal itu lagi karena tidak mau terlalu mencampuri urusan pribadi Almi. Ia sudah pernah memberitahu Almi, dan Almi sudah cukup dewasa untuk mencernanya.

Reta hanya bisa berdoa semoga Almi segera dipertemukan dengan lelaki yang dapat memahaminya.

Almi menatap Reta dengan mata penuh tekad. 

"Ayo kita cari cowok!"

Reta tersenyum lebar. "Let's gooo! Eh, tapi bayar dulu gih."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status