“Skandar?” Sapanya pada adik iparnya itu.
Skandar mendongak melihat kakak iparnya itu. Perempuan itu tersenyum saat ia mendapati suami adiknya yang ada di sana. Laki-laki itu berdiri. Amanda dapat melihat keadaan fisik adik iparnya itu.
Keadaannya sama tidak baiknya dengan Charisa
“Apa yang sedang kamu lakukan disini, Skandar?”
Amanda berusaha untuk tidak menyakiti perasaan dari suami Charisa, sejujurnya ia tahu alasan apa pria itu sampai duduk tak beralaskan apapun seperti itu di depan sana. Mencari keberadaan Charisa pasti. Dia memuji tekat dari suami adik iparnya itu.
Saat ia tidak dapat melihat keberadaan Skandar lagi di rumah sakit waktu itu, ia sempat mengira jika Skandar sudah menyerah dengan masa depan rumah tangga mereka. Pria itu tak pernah terlihat lagi menunggui istrinya di depan pintu kamar rawat inap Charisa.
&ld
Charisa gelisah di tengah tempat tidurnya, gadis itu bergerak ke kanan dan ke kiri. Selimut putihnya menjadi kusut karena ulah remaja SMA itu. Charisa pada akhirnya mendudukkan dirinya pada headboard tempat tidurnya. Gadis itu tanpa sadar menyentuh bagian atas kain piyamanya, tepat di atas perutnya.Dia sedang tak merasakan mual atau apapun seperti malam sebelumnya, hanya saja rasanya itu tak nyaman, membuat Charisa sedari tadi terjaga, tak bisa menutup matanya bahkan itu sedetikpun.“Padahal tadi aku sudah meminum susu,” kata Charisa untuk dirinya sendiri.Gadis muda itu melirik gelas susu dan tumbler bewarna biru yang masih berdiri di atas nakas tempat tidurnya. Rasa susu yang ia minum tadi mengingatkannya dengan rasa susu yang biasa ia minum di apartemen paman-nya.“Terlihat familier untukku?”Charisa membungkuk pelan, dan meraih tumbler kosong itu. Tumbler itu familier dengan yang ada dalam ingatannya, tumbler y
Cahaya fajar matahari pagi mulai bersinar cerah menerobos jendela di suatu kamar bergorden cokelat. Seorang gadis tengah terlelap di bawah selimut putihnya, gadis berambut panjang itu nampak damai dengan waktu tidurnya yang panjang itu. Seorang laki-laki masuk ke kamarnya, dan duduk di tepi tempat tidurnya. Laki-laki itu mengulurkan tangannya dan mengusap pelan poni rambut gadis muda itu. Pria itu tersenyum hangat. “Ayo bangun, anak gadis mengapa tidurnya mirip kuda seperti ini?” Gadis muda itu melenguh pelan. Ia bergerak sedikit dan membuka matanya. Mengerjapkan manik mata itu dan melihat seseorang di sampingnya, daddy-nya. Pria dewasa itu sudah memakai pakaian formalnya. “Dad, jadi berangkat hari ini? Jam berapa ini?” tanya Nancy dengan suara khas orang yang baru bangun tidur. “Sudah jam lima pagi sayang, jam setengah tujuh pesawat daddy sudah harus berangkat ke Jerman.” “APAAA!!!” Nancy langsung ingat dia harus mengantarkan
Skandar Alexander Hemingway baru saja mendudukkan dirinya di kursi ruang makan apartemennya. Laki-laki itu baru saja selesai mandi, membuat wajah muramnya sedikit tersamarkan dengan segarnya air dari shower bathroom-nya. Pria itu sekarang memakai sweater hitam. Sehitam suasana hatinya. Apartemennya sangat sepi, biasanya di waktu sekarang, di hari Sabtu pagi yang damai. Skandar pasti masih sedang sibuk menggoda Charisa yang tengah memasak atau mungkin, mereka malah sedang menikmati sarapan mereka dengan tambahan cerita-cerita lucu dari Charisa. Di akhir pekan, Skandar dan Charisa selalu sarapan pagi sedikit siang, jam delapan lebih tepatnya. Risa Aku pulang. Dan aku sendirian. Tak ada satupun sarapan. Apa kau tak ingin turun dan menemuiku? Sarapan pagi bersamaku?
Charisa Hemingway, gadis remaja itu sedang mengamati salju yang turun dan menghilang di permukaan kolam ikan di salah satu taman kota di kota Canberra. Salju yang turun sudah semakin lebat dan gadis itu masih berdiri di sana dengan perasaan dan pikiran yang tidak baik. Charisa melihat lagi betapa mudah salju itu bisa memuai bersama air, menyatu dengan permukaan air kolam. Menyatu? “Paman ...” lirih Charisa. “Paman ada dimana?” Bahkan sampai sekarang ia belum dipertemukan dengan Paman Skandarnya. Charisa ingin tahu keadaan suaminya itu sekarang. Gadis SMA itu ingin dapat melihat wajah laki – laki yang selama ini ia doakan dapat ia temui itu. Charisa Hemingway sangat merindukan suaminya. Malam dimana ia merasa begitu bahagia bisa bertemu dengan Pamannya di koridor apartemen seorang diri, dengan melihat wajah tertidur pria itu. Tetapi di pagi berikutnya, saa
Di restoran makanan Australia, Skandar dan Jennie terlihat duduk berhadapan. Gadis berambut cokelat panjang itu tersenyum pada Skandar. Jennie Kim sudah beberapa kali Skandar dapati tengah menatap dirinya dengan penuh rasa kagum. “Ada apa Jennie?” tanya Skandar yang memang tidak ingin memesan apa – apa itu. Ia tadi hanya mengatakan pesanan Jennie kepada pelayan restoran Australia itu. Semenjak ia berpisah dengan Charisa, selera makannya turun drastis. “Kamu memang sangat baik Skandar, aku ingin anakku sebaik dirimu nanti.” Jennie tersenyum kembali dengan tangan yang mengelus perut buncitnya. Dulu saat ia menjalin hubungan dengan Jennie, mungkin ia akan senang sekali dengan perkataan milik Jennie itu. Tetapi sekarang rasa senang itu sudah hilang tak berbekas sama sekali. Tetapi saat rasanya sudah hilang, mengapa jejaknya masih ada? Jejak Jennie yang katanya sedang mengandung anaknya. “Kau akan sangat menyukainya, dia berjenis kelamin perempuan.
###Flash back### Before Skandar met Charisa, When Skandar was still dating Jennie silently Suara dentum musik beat terdengar mengalun keras di salah satu ballroom hotel mewah di salah satu Canberra. Malam ini adalah reuni dari beberapa angkatan sekaligus dari alumni Australian National University. Angkatan yang terkenal memiliki lulusan paling berjaya sepanjang dua dekade lamanya. Bisa dibayangkan karena putra sulung keluarga pewaris kerajaan bisnis Chagall dan jaksa agung muda lulus di angkatan tersebut. Skandar Alexander Hemingway beserta ketiga temannya yang lain memang lulus tersebut. Di meja terdepan, Skandar terlihat duduk di samping Hannah dan James. Kedua orang itu sudah hampir kehil
Jennie Kim tengah menatap banyak sekali orang berjalan kaki, salju telah turun dan gadis itu tengah berdiri di luar bangunan. Skandar sudah pergi beberapa saat yang lalu setelah disusul oleh Adam dan James. Pria itu meninggalkannya seorang diri setelah ia menitipkannya pada pelayan rumah makan itu. Tetapi Jennie sudah menolaknya. Ia tidak mau mendapat perlakuan baik dari Skandar setelah pria itu membuatnya menangis karena semua pertanyaan dan praduganya. Perempuan yang sedang hamil tua itu mengingat malam dimana semuanya berawal itu. Malam dimana dia begitu bodoh untuk tidak menghentikan Skandar-nya yang sedang mabuk. Skandar mabuk juga karena dirinya, menggantikan dirinya yang disuruh minum oleh teman – teman almamaternya di reuni angkatannya. Jennie seharusnya menolak sentuhan Skandar saat itu. Mengapa ia harus diam saja dan membenarkan pria yang sedang mabuk itu? Waktu itu bukankah Jennie yang masih dalam keadaan sadar? Karena dari awal, Skandar-nya tidak akan per
“Seperti yang kau lihat tadi, James, penjahat yang berhasil ditangkap oleh polisi baru dua. Polisi masih mencari satu lagi yang masih buron.”“Jadi ada tiga pelakunya?” tanya James dengan wajah yang tak tenang sejak berita penangkapan pelaku tindak pemerkosaan istri dari sahabatnya itu ia dapat, mereka baru saja pulang dari kantor polisi.“Hemm, dari CCTV yang berhasil aku temukan dari perusahaan finance di samping hotel, memang terlihat ada tiga orang malam itu. Tetapi aku yakin masih ada dalangnya, dalang yang menjadi otak peristiwa itu. Terlalu biasa jika ini hanya beralasan tak sengaja bertemu Charisa di basement malam itu. Kita kekurangan bukti untuk menjerat preman itu dan menemukan dalangnya.”Adam menatap James sesaat, pria itu membuang nafas berat. Mereka berdua tengah berdiri di depan pintu apartemen Skandar, sahabatnya satu itu tadi minta izin untuk mengambil tumbler miliknya yang ketinggalan di mobilnya. Membuat Ja