Charisa Hemingway, gadis remaja itu sedang mengamati salju yang turun dan menghilang di permukaan kolam ikan di salah satu taman kota di kota Canberra. Salju yang turun sudah semakin lebat dan gadis itu masih berdiri di sana dengan perasaan dan pikiran yang tidak baik. Charisa melihat lagi betapa mudah salju itu bisa memuai bersama air, menyatu dengan permukaan air kolam.
Menyatu?
“Paman ...” lirih Charisa.
“Paman ada dimana?”
Bahkan sampai sekarang ia belum dipertemukan dengan Paman Skandarnya. Charisa ingin tahu keadaan suaminya itu sekarang. Gadis SMA itu ingin dapat melihat wajah laki – laki yang selama ini ia doakan dapat ia temui itu. Charisa Hemingway sangat merindukan suaminya.
Malam dimana ia merasa begitu bahagia bisa bertemu dengan Pamannya di koridor apartemen seorang diri, dengan melihat wajah tertidur pria itu. Tetapi di pagi berikutnya, saa
Di restoran makanan Australia, Skandar dan Jennie terlihat duduk berhadapan. Gadis berambut cokelat panjang itu tersenyum pada Skandar. Jennie Kim sudah beberapa kali Skandar dapati tengah menatap dirinya dengan penuh rasa kagum. “Ada apa Jennie?” tanya Skandar yang memang tidak ingin memesan apa – apa itu. Ia tadi hanya mengatakan pesanan Jennie kepada pelayan restoran Australia itu. Semenjak ia berpisah dengan Charisa, selera makannya turun drastis. “Kamu memang sangat baik Skandar, aku ingin anakku sebaik dirimu nanti.” Jennie tersenyum kembali dengan tangan yang mengelus perut buncitnya. Dulu saat ia menjalin hubungan dengan Jennie, mungkin ia akan senang sekali dengan perkataan milik Jennie itu. Tetapi sekarang rasa senang itu sudah hilang tak berbekas sama sekali. Tetapi saat rasanya sudah hilang, mengapa jejaknya masih ada? Jejak Jennie yang katanya sedang mengandung anaknya. “Kau akan sangat menyukainya, dia berjenis kelamin perempuan.
###Flash back### Before Skandar met Charisa, When Skandar was still dating Jennie silently Suara dentum musik beat terdengar mengalun keras di salah satu ballroom hotel mewah di salah satu Canberra. Malam ini adalah reuni dari beberapa angkatan sekaligus dari alumni Australian National University. Angkatan yang terkenal memiliki lulusan paling berjaya sepanjang dua dekade lamanya. Bisa dibayangkan karena putra sulung keluarga pewaris kerajaan bisnis Chagall dan jaksa agung muda lulus di angkatan tersebut. Skandar Alexander Hemingway beserta ketiga temannya yang lain memang lulus tersebut. Di meja terdepan, Skandar terlihat duduk di samping Hannah dan James. Kedua orang itu sudah hampir kehil
Jennie Kim tengah menatap banyak sekali orang berjalan kaki, salju telah turun dan gadis itu tengah berdiri di luar bangunan. Skandar sudah pergi beberapa saat yang lalu setelah disusul oleh Adam dan James. Pria itu meninggalkannya seorang diri setelah ia menitipkannya pada pelayan rumah makan itu. Tetapi Jennie sudah menolaknya. Ia tidak mau mendapat perlakuan baik dari Skandar setelah pria itu membuatnya menangis karena semua pertanyaan dan praduganya. Perempuan yang sedang hamil tua itu mengingat malam dimana semuanya berawal itu. Malam dimana dia begitu bodoh untuk tidak menghentikan Skandar-nya yang sedang mabuk. Skandar mabuk juga karena dirinya, menggantikan dirinya yang disuruh minum oleh teman – teman almamaternya di reuni angkatannya. Jennie seharusnya menolak sentuhan Skandar saat itu. Mengapa ia harus diam saja dan membenarkan pria yang sedang mabuk itu? Waktu itu bukankah Jennie yang masih dalam keadaan sadar? Karena dari awal, Skandar-nya tidak akan per
“Seperti yang kau lihat tadi, James, penjahat yang berhasil ditangkap oleh polisi baru dua. Polisi masih mencari satu lagi yang masih buron.”“Jadi ada tiga pelakunya?” tanya James dengan wajah yang tak tenang sejak berita penangkapan pelaku tindak pemerkosaan istri dari sahabatnya itu ia dapat, mereka baru saja pulang dari kantor polisi.“Hemm, dari CCTV yang berhasil aku temukan dari perusahaan finance di samping hotel, memang terlihat ada tiga orang malam itu. Tetapi aku yakin masih ada dalangnya, dalang yang menjadi otak peristiwa itu. Terlalu biasa jika ini hanya beralasan tak sengaja bertemu Charisa di basement malam itu. Kita kekurangan bukti untuk menjerat preman itu dan menemukan dalangnya.”Adam menatap James sesaat, pria itu membuang nafas berat. Mereka berdua tengah berdiri di depan pintu apartemen Skandar, sahabatnya satu itu tadi minta izin untuk mengambil tumbler miliknya yang ketinggalan di mobilnya. Membuat Ja
“Kalian berdua, mengapa bisa masuk ke ap-“ DUUKKKK PLASSHHH Tumbler biru berisi susu calon ibu hamil milik istrinya terjatuh dengan semua isi yang keluar dan tumpah. Skandar Hemingway baru saja menjatuhkan tumbler tersebut. Sistem motorik tubuhnya langsung membeku seketika dengan pemandangan yang menabrak matanya dengan puluhan ribu rasa rindu yang sudah tak sanggup lagi ia tahan. Mata pria itu sudah berair dan ingin menangis. Dia, gadis itu istrinya .... Ada disana ... “Paman Skan- dar ....,” lirih gadis itu saat melihat kedatangan suaminya. “Risa .... Kaukah itu?” Suara pria itu terdengar sangat serak. Kakinya bahkan tengah menggigil sakit. Apa yang disajikan oleh matanya membuatnya ketakutan teramat sungguh. Dia tahu, keadaannya sering menyalah tafsirkan rasa rindunya. Perasaan rindunya yang terlalu
“Apa!? Kakak iparku menjadi korban kasus pemerkosaan?”Nancy hampir terkena gagal jantung mendengarkan penuturan dari pria di depannya, pria yang selama ini ia kenal sebagai sahabat dari kakaknya itu. Mereka bertiga sedang berada di coffee cafe di lantai pertama apartemen, dan James Bloom tengah ditugasi oleh Adam untuk memberi tahu hal yang sebenarnya, karena adik Skandar satu – satunya itu sedari tadi sudah menyudutkan mereka dengan pertanyaan mengapa kakak dan kakak iparnya itu seperti pasangan yang belum pernah bertemu setelah sekian ratus tahun. Nancy Hemingway memang tak tahu apapun terkait dengan kasus Charisa.“Dasar anak kecil ini! Itu belum bisa disebut positif korban pemerkosaan, kami masih perlu saksi kunci untuk menjerat preman ketiga yang masih buron. Bisa jadi Charisa belum di apa – apakan oleh mereka, Nancy!”James menatap adik dari sahabatnya itu agak lama. Anak kecil yang dulu sering ia lihat bertengkar denga
“Kau sudah sampai?” serbu James saat melihat kedatangan Skandar. James Bloom langsung mendatangi Skandar yang baru saja mendaratkan kakinya di gedung polisi untuk wilayah Kota Canberra bagian pusat itu. James dapat mengenali wajah khawatir temannya itu, pria itu mengerti mengapa seorang Skandar Alexander Hemingway dapat sekhawatir itu. Pelaku dari kasus asusila yang menjadikan istrinya sebagai korban baru saja tertangkap. Ini berarti Risa-nya harus dikonfrontasikan lagi dengan pelaku – pelaku tak berperikemanusiaan itu nantinya. Bukan baru saja ditangkap sebenarnya, tetapi siang ini. Tetapi karena Skandar yang terlambat membaca pesan dari Adam membuat ia baru bisa datang selarut ini. Skandar melihat ke sekeliling bangunan yang dipenuhi oleh banyak sekali staff dari kepolisian Canberra itu. Pria itu menarik nafas berat. “Kau tak membawa Charisa? Kita butuh Charisa sekarang, Skandar!” tanya James, menyadari temannya itu hanya datang sendiri. Skandar langsung me
“Mau teh hangat, Charisa?” tawar pria itu. “Kamu terlihat kedinginan.” Charisa mendongak, gadis muda itu sedikit terkaget melihat kedatangan pria itu. Kak Ashton-nya tengah berada di depannya. Mata bulat gadis itu membulat, Ashton tahu, ia baru saja mengejutkan gadis muda itu. Pria itu tersenyum, dan memberikan cup teh-nya di antara telapak tangan Charisa, meminta gadis muda itu untuk menggenggam cup teh tersebut. “Apa Skandar sudah kamu beritahu, Charisa?” tanya pria itu. “Sudah, Kak Ashton.” Charisa menganggukkan kepalanya dan merasakan jika telapak tangannya mulai menghangat, efek dari teh hangat yang asapnya masih mengepul. “Aku bisa menebaknya,” terka Ashton. “Semua laki – laki pasti akan bahagia, saat tahu ia akan menjadi seorang ayah.” “Kak Ashton ....,” lirih Charisa. Gadis itu ingat saat ia akhirnya menanyakan perihal kehamilannya pada pria itu, bahkan saat kak Amanda-nya terdiam seribu bahasa. Pria yang sudah ia anggap kakakn