Bintang tidak menjawab. Dia dipenuhi rasa penasaran. Mengapa seorang Brama Sastranegara membuat keputusan yang lumayan kompleks. Bukankah itu akan membuat dua cucunya saling bertengkar satu sama lain.
“Aku tidak mengerti. Mengapa-,”
Brama memotong ucapan Bintang. “Awalnya aku berfikir untuk menitipkan cucu sahabatku pada Dirga. Seperti yang kau tahu, aku mendidik Dirga dengan keras sejak kecil agar dia bisa meneruskan perusahaan.”
Mendengar kata perusahaan membuat Bintang tersenyum kecut. Pasalnya sebelum kasus ayahnya, dialah yang dididik sang kakek untuk mengurus perusahaan. Namun apa daya, dia tidak bisa menampik kenyataan yang ada.
“Anda tidak apa-apa?” tanya Silvia. Dia melihat wajah nona mudanya yang begitu pucat.“Aku baik-baik saja,” jawabnya.“Perlukah kita panggilkan pengacara? Atau ditelusuri?”“Tidak!” serbu Hana.
“Lalu?” Dirga menatap wajah sekretarisnya tersebut dengan bingung.“Bukankah ini sedikit aneh?” tanya Faisal. Dia menyerahkan catatan tentang link website tersebut.“Hmm, sepertinya tidak,” bantah Dirga. “Itu pasti Vanessa. Tidak ada yang aneh”.Faisal lama menatap atasannya tersebut. “Baiklah kalau begitu”.“Lebih baik siapkan semua keperluan untuk liburan nanti,” ucap Dirga. “Jangan lupa Tania adalah pionir perusahaan. Berikan dia yang terbaik”.Faisal mengangguk, kemudian dia pamit. Dirga memperhatikan kertas yang ditunjukan asistennya itu. Sejenak dia berfikir untuk melihatnya, namun akhirnya dia memilih untuk meletakan kembali di meja. Dia sangat yakin itu hanya cara Vanessa yang kekanak-kanakan untuk mencari perhatian orang lain.Dirga mengenal Vanessa sedari kecil. Dahulu dia, Bintang dan Vanessa selalu bersama-sama. Namun semua berubah saat keluarga B
“Vanessa!” panggil Bimo. Hana langsung melirik ke arah sumber suara. “Betulkah kamu akan mengunjungi sebuah panti asuhan siang nanti?”Hana mengangguk. “Aku ingin melakukan suatu kegiatan sosial.”“Kamu benar-benar berhati emas seperti ibumu,” ucap Bimo. “Namun kenapa kamu mengajak Bintang? Bahkan Silvia akhirnya tidak ikut?”Gadis itu mengigit bibirnya. Dia memikirkan sejuta alasan agar Bimo tidak menaruh curiga. “Bintang akan membuat film terbaru di sana. Dia sekalian mengunjungi lokasi survei.”“Ahhhh..., film yang katanya mengambil dari naskah novelmu bukan?” Bimo terlihat begitu antusias. “Aku bersyukur hubungan kalian bertiga sudah baik-baik saja.”“Eh?” Hana memicingkan matanya. “Maksudnya?”“Dahulu sebelum kamu mengalami kecelakaan, kamu sempat menangis di kamar.” Cerita Bimo. “Kamu bilang bahwa hu
“Anda ibunda Dirga bukan?” tanya Bintang.Mendengar nama Dirga disebutkan, mata Hera melebar. Wajahnya berubah menjadi pucat pasi. “Kau!” hanya itulah kata-kata yang terdengar.Respati yang khawatir dengan keadaan Hera langsung mendekat. “Bunda tidak apa-apa?”“Keluar!!!”Teriakan Hera membuat Hana terkejut. Selama bertahun-tahun diasuh oleh Hera, tidak pernah sekalipun wanita yang dia sebut bunda tersebut membentak. Tidak hanya itu baru kali ini Hana melihat wajah Hera yang kalut.“Kubilang keluar!!”Sekali lagi Hera berteriak. Bintang yang melihat hal tersebut langsung menarik lengan Hana. “Ayo!”Awalnya Hana menolak. Dia ingin berada di dekat Hera. Dia ingin mengetahui tentang semuanya. Termasuk mengkonfirmasi, betulkan jika Hera merupakan ibunda dari Dirga?Namun Bintang menariknya dengan kencang, “Vanessa! Ingat siapa dirimu sekarang.”
"Clara!" pekik Hana. Wanita bernama Clara itu mendekatinya perlahan. Dia adalah salah satu pelayan cafe di tempat kerja Hana. Dia diapit oleh dua temannya yang lain. Hana sadar mereka bertiga tidak menyukainya. Hana melangkah mundur. Dia merasa firasat tidak baik di sana. Namun dia mencoba tetap tenang. Lagipula selama ini Clara belum pernah melakukan hal buruk terhadapnya. "Ada apa?" suara Hana bergetar. Clara melangkah dengan senyum mengejek. Setelah sampai beberapa centimeter di depan Hana, tangannya langsung mencengkram rambut panjang Hana. "Awwww!" pekiknya. "Apa yang kamu lakukan?" Rambut Hana ditarik. Kemudian terdengar tawa mengejek dari kedua temannya. Clara masih memperhatikannya. "Aku udah sering bilang, jauhi Andreas!" Hana ingin menangis, pasalnya rambutnya ditarik dengan kencang. "Tolong lepaskan!" "Dasar wanita penggoda! Miskin! Yatim piatu!" ucapnya. Ucapan itu terasa menusuk. Memang benar, Hana da
Pupil Hana melebar. Dia mencoba menahan Amarah. Pasalnya Clara berkata tentang kematiannya sambil tersenyum. Ketika awal dia masuk dihantui rasa takut, kini perasaan itu berubah. Tanpa sadar dia berdiri dari kursinya sambil menunjuk teman lamanya tersebut. "KAU!"Bintang yang memperhatikan kejadian langsung mencoba menanangkan Hana. "Vanessa, sabar."Tingkah mereka kemudian menjadi sorotan pelanggan yang lain. Clara yang melihatnya juga heran. "Anda siapanya Hana? Kenapa marah?""Dia kerabat kami," ucap Bintang.Alis Clara terangkat satu. Informasi tersebut tentu saja membuatnya heran. "Hana adalah gadis yatim piatu. Dia tidak memiliki kerabat. Tidak mungkin jika kalian kerabatnya. Terlebih-!" Dia menghentikan perkataannya. Dalam hatinya dia menolak jika memang Hana memiliki hubungan dengan Bintang. Tidak mungkin gadis seperti dia memiliki kerabat orang terkenal."Kami harus pergi!" Bintang kemudian menarik tangan Hana. Dia sadar apa yang dilakukan
"Vanessa bangun!"Gadis itu membuka matanya. Rupanya dia sudah berada di kamar. Rasanya dia tertidur di mobil Bintang. Namun kini pemandangan kamarnya yang terlihat. Dia melihat ayahnya berdiri di samping. Kemudian dia bertanya, "Bintang kemana?""Bintang mengantarmu pulang, membopongmu ke kamar kemudian langsung pergi. Katanya kesepakatan kemaren gagal karena pemiliknya tidak di rumah? Bagaimana jika ayahmu ini saja yang berkunjung ke sana?" tanya Bimo. Terllihat garis wajahnya yang khawatir.Hana menggeleng. "Tidak usah kok. Nanti aku ke sana lagi.""Baiklah. Lalu ada hal yang ingin aku bicarakan na," ucapnya. Hana bisa melihat pria tua di depannya menatap dengan serius."Apa memangnya?" tanya Hana.Bimo terlihat ragu. Namun kasih sayangnya terlihat sangat jelas. Hana yakin semua berhubungan dengan hal terbaik untuk Vanessa. "Kamu yakin akan melanjutkan pertunanganmu dengan Dirga?"Hana sedikit terkejut. Dia awalnya berfikir ini han
Bintang sudah tiba di rumah Vanessa. Tentu saja Hana langsung mengabari perihal email tersebut. Dia melihat muka Hana yang terkejut dan takut di sana. Dengan rasa penasaran Bintang bertanya, "coba kulihat email tersebut."Hana langsung memberikan ponselnya. Sebuah email yang dialamatkan kepadanya langsung menyita perhatian Bintang. "Hana, dia mengirimkanmu pesan ke email siapa? Dirimu atas nama Hana atau Vanessa?""Ke alamat email official Vanessa," jawab Hana."Kalau begitu dia bisa siapa saja." Bintang memberikan ponsel itu kembali. "Jangan dibalas. Kita lihat apakah dia akan mengirimkan pesan kembali atau tidak."Gadis itu mempertimbangkan lagi, benar kata Bintang. Bisa saja itu hanyalah email iseng dari fans. Namun waktunya sangat pas sekali. Ketika tubuh Vanessa sedang dimasuki oleh orang lain. Dia kemudian teringat akan novel online atas nama Vanessa. Entah kenapa, dia merasa Vanessa masih hidup."Apa yang kamu pikirkan?" tanya Bintang. Dia m