Share

5. Ketiga Anak Lelaki 2

Ketiga anak lelaki mulai memasang tampang waspada, bisa dilihat dengan mata telanjang tanaman di pinggir jalan mulai memanjang ke arah Aza dan Leo.

"Kamu siapa?" tanya anak berambut gondrong waspada.

"Tolong tarik kembali, mata bisa melihat telinga bisa mendengar," kata Aza menenangkan.

"Aku tidak peduli!" 

"Cepat pergi dari hadapan kami! Kami tidak ingin bertengkar dengan kalian, buang-buang waktu,"

"Hei! Hei! Hei! Tenanglah! Kami juga penyihir kubus!"

Tanaman menjalar itu berhenti, tatapan anak berambut gondrong itu penuh dengan menyelidik.

"Buktikan," kata anak bermata tupai.

Azareel mengeluarkan kalungnya di hadapan ketiga anak lelaki itu.

"Ini," kata Aza sembari memperlihatkan kalungnya.

Dengan sigap, tanaman menjalar itu mengambil kalung yang ada di tangan Aza.

"Hei!" teriak Aza marah.

"Aku hanya ingin melihat keasliannya,"

Di katakan penyihir kubus Hijau dapat melihat kemurnian dari suatu benda, ternyata itu benar.

"Ini murni," kata anak lelaki itu, kemudian mengembalikan kalung Aza.

"Kamu sudah mengetahuinya, jadi silakan pulang."

Aza dan Leo termenung di depan pagar, sedangkan ketiga anak lelaki mulai memasuki rumah itu.

"Hei! Tunggu! Kami ingin mendiskusikan sesuatu!" teriak Leo tidak terima, apa-apaan ini, sangat kasar dan tidak sopan, seharusnya tamu itu di jamu! Bukan di abaikan!

Ketiga anak lelaki itu melihat Leo yang kini wajahnya berubah merah.

"Tidak ada yang perlu di diskusikan."

"Ada! Bahkan sangat banyak, keberadaan hidden world dan lain-lain,"

Mendengar perkataan Leo yang semakin menarik, membuat ketiga anak lelaki itu menyetujui untuk mengetahui lebih lanjut.

"Ayo masuk," kata pria berambut gondrong.

Leo dan Aza saling menatap satu sama lain, seakan-akan mata mereka berbicara, apakah kita berhasil?

Tangan Leo membuka pagar itu kemudian masuk dengan perasaan gugup. 

Di dalam rumah Tanner Hooper

"Ayo kita bicarakan apa yang ingin kamu sampaikan tadi,"

"Kalian tahu kan, kita adalah penyihir kubus, kalian tidak ada buku yang muncul bersamaan dengan bandul kubus?" tanya Aza langsung ke intinya.

Ketiga anak lelaki itu saling menatap satu sama lain, memastikan bahwa yang lainnya setuju.

"Aku akan ambil bukuku di kamar," kata anak lelaki berambut panjang itu—Tanner Hooper.

"Aku juga."

"Aku pun."

Satu ke kamar, dua pulang sebentar.

Leonard mendekati Azareel kemudian membisikkan, "Hei"

"Mmm."

"Apa kamu yakin mereka bisa di ajak kerja sama?" 

"Sepertinya ...."

Tanner keluar dari kamarnya kemudian memberikan buku itu kepada Azareel. Lelaki bermata puppy segera mengambil buku dari genggaman Tanner.

Sampul buku itu agak sedikit usang namun bersih tanpa debu, di atasnya bertulisan 'Mantra Sihir'.

"Sepertinya kita harus mengumpulkan semua buku baru bisa menemukan jalan menuju ke hidden world,"

"Hei apa kalian menunggu kami?" tanya Nelson–lelaki dengan warna rambut biru gelap.

"Ya." jawab Aza jujur.

Kedua lelaki itu langsung memberikan buku mereka, aza langsung membuka buku itu satu per satu mengingat semuanya, pertanyaannya sedikit demi sedikit mulai terjawab namun setiap buku yang dia baca menimbulkan banyak pertanyaan baru di kepalanya. Aza sangat frustasi karena tidak ada satupun orang yang dapat menjawab semua pertanyaan dalam pikirannya. Setelah menata pikirannya untuk beberapa saat, Leo menjelaskan secara perlahan apa yang dia tau kepada ketiga anak lelaki itu, tidak seperti di awal, mereka mendengarkan dengan tenang dan terlihat sangat antusias, Aza yang melihatnya dari kejauhan semakin khawatir, karena dia tidak mengetahui bahaya apa yang akan mereka dapatkan dari perjalanan ini, karena awal dari semua ini di mulai darinya yang sangat penasaran hingga sampai saat ini, sekarang tugasnya mencari tiga penyihir kubus lainnya.

"Hei, kita harus mencari penyihir kubus lainnya, aku tidak sabar dengan yang namanya Hidden World," 

"Aku merasa ini terlalu cepat," kata Aza kurang yakin.

"Kenapa?" tanya Leo yang lebih mengerti dirinya.

"Entahlah, aku takut, karena rasa penasaranku membawa orang lain dalam bahaya, apa lagi ... kita baru saja saling mengenal satu sama lain dan tidak semua anak sama seperti Leo yang mudah akrab dengan orang lain, pasti di antara kita ada seseorang yang tidak mudah untuk beradaptasi, sifat orang-orang itu berbeda, aku tidak yakin jika kita yang tidak saling mengenal satu sama lain ini melakukan petualangan nekat, apalagi petualangan yang tidak jelas ini, semakin aku mengetahui semakin aku yakin tempat itu dipenuhi dengan bahaya, kita tidak saling mengenal cukup lama, kita tidak mengetahui sifat masing-masing, perasaan saling mengerti juga tidak begitu kuat, apakah mungkin kita bisa melakukan perjalanan ini?"

Ruangan itu seketika diselimuti oleh keheningan akibat pernyataan Azareel ... benar semua itu berawal dari rasa penasaran Azareel, namun tidak dipungkiri semuanya yang terkait ikut penasaran karena semuanya terlibat dengan keanehan ini.

"Mari kita mempersiapkannya pelan-pelan," kata Tanner.

"Semakin aku mengetahui dunia tersembunyi, semakin aku tahu bahwa tempat itu memiliki banyak hal yang tidak nyata,"

"Sudahlah, kita sudah terlanjur sampai sini mengapa tidak di lanjutkan saja?" kata Tanner.

'benar, aku sudah sampai di sini, tidak ada lagi cara untuk mundur,' katanya dalam hati.

Di rumah Livingstone.

Bruk!

Azareel menghempaskan badannya ke ranjang tangannya memijat-mijat pelat keningnya yang terasa pusing akibat perang batin terus-menerus.

'hah~ apa yang harus aku lakukan?' batinnya. Tatapan lelaki itu menghadap langit-langit kamar dengan pandangan kosong. Pikirannya entah melayang kemana namun yang pasti dia sangat memikirkan tentang kejadian aneh yang terus-menerus menimpa dirinya.

"Ah sudahlah," katanya, lelaki itu pun bangun dari nyamannya kasur, mengambil handuk yang tergantung di jemuran kemudian mandi. Selesai mandi Azareel turun ke bawah untuk makan setelah itu dia kembali ke kamarnya.

Pandangannya tertahan pada buku yang terletak di atas meja belajarnya, buku itu terlihat usang namun tidak rapuh jika di pegang. Ujung sampul yang sedikit berkerut tanda usia buku itu tidak membuat tampilan misterius itu menghilang.

Diambilnya buku itu kemudian dia membuka halaman yang sudah di hafalnya. Semakin di lihat rasa penasaran itu semakin membuncah.

'bagaimana jika aku mati di sana?'

Pikiran konyol itu terus menerus berputar di kepalanya.

'ataukah di saja banyak sesuatu yang baru? Bukannya udah pasti? Argh!' pikirnya sambil menjambak rambutnya pelan.

'besok mencari sisa penyihir kubus lainnya, apakah mereka yakin atau tidak tergantung pada mereka sendiri,'

'apa yang harus aku siapkan?'

'apa kemungkinan yang paling berbahaya di sana?'

'jika tersesat apakah mungkin kami bisa kembali?'

'jika aku jatuh cinta dengan seorang wanita di sana, apakah aku akan membawanya pulang atau justru aku yang akan dibawanya pulang?'

'Argh! Aku berpikiran apa si? Bisa-bisa berpikir untuk pacaran di sana,' pikir Azareel sambil membuang nafas dia tidak habis pikir dengan semua isi kepalanya.

'ah sudahlah, aku ingin tidur. gumamnya kemudian memposisikan dirinya di atas empuknya ranjang kemudian tidur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status