Tanpa aba-aba Ananta dikejutkan dengan gerakan tiba-tiba dari Dyn. Pemuda tersebut menarik pedangnya hingga terlepas dari pegangan Ananta. Decitan sesuatu yang terbuka berkelebat cepat. Kemudian sesuatu yang dingin nan tipis menempel pada leher Ananta. Ini tidak baik.
"Dyn, apa yang_" kata terpotong tatkala Dyn mulai ambil suara dengan tegas penuh celidik.
"Katakan, apa misimu mengikuti Putri Alice? Seharusnya kau memanggilnya Putri bukan langung nama!" Rahang Dyn mengeras. Mata tajamnya memusat dalam ke pikiran Ananta. Mencari sesuatu tetapi seakan menjelajah langit untuk menemukan ikan.
"Bukalah lebar-lebar manik matamu. Barangkali kau belum cukup paham dengan keadaanku," Ananta mengucapkan itu tengan tenang. Ia tau, benda tajam mengarah lehernya. Tidak main-main saking tajamnya ia mengores beberapa senti. Darah mengalir tak diindahkan.
"Aku akan mengawasimu." Nadanya mengancam. Namun pedangnya diturunka
Rambutnya terbebas indah dengan manik-manik bintang berbagai ukuran. Hal itu dipermanis dengan sesuatu mirip bando bermotif bunga sakura rambat. Warnanya yang putih bersih tampak memimpin rambut hitam legam.Sayangnya keindahan itu tidak ditunjang dengan raut riang Alice. Perempuan itu tidak bersahabat untuk bernafas dengan korset yang mencengkam. Bergemulai anggun dengan fantovel. Serta berterbit elegan dengan senyum yang membosankan. Ini tidak benar.Tawa renyah yang seakan mampu melubangi indra pendengaran menusuk jauh ke ulu hati Alice. "Tersenyumlah Putri Alice. Biarkan keindahanmu melemahkan hati Pangeran." Senyum itu tidak pernah redup. Siapa lagi yang berani menertawakan anggota kerajaan kalau bukan pengikut Alice yang satu ini. Kalau saja Alice tidak menjadi tameng beberapa kali di masa lalu. Pasti perempuan di belakangnya ini telah tewas terbakar.Alice berbalik di posisi dulunya. Saat ini dirinya membel
"Tapi Putri. Seberapa kuatpun kau melindungi dirimu sendiri. Menyelinap dari penjagaan ketat. Kita tidak bisa melupakan jati diri kita, yang hidup berkelompok." Insley mengingatkan lagi. Entah untuk kesekian kali dalam hidup demi keselamatan Alice. Meski pendengar tidak bergeming.Sejujurnya tidak ada pembagian kasta dalam hutan LeNight. Setiap pemimpin kelompok yang menjadi raja atau panutan, itulah yang bertanggung jawab sebagai pembuka jalan. Dan seluruh pengikut tentu harus bergerak seirama dengan rajanya. Tapi sayangnya ada beberapa peraturan yang tidak selaras dengan keinginan Alice. Sampai ia menjadi salah satu yang menyimpang. Andai saja pemikiran Alice yang miring tidak di imbangi kenyataan bahwa dirinya adalah anak raja, tentu ia sudah dibuang dari kelompok atau lebih sadisnya dibakar.Sebenarnya tidak ada yang salah dengan peraturan kelompok Mercia. Ayahnya sang Raja tentu ingin memperluas kekuasaan dan hubungan kekeluargaan sep
Aturan konyol dalam kelompok. Alice tidak bisa ditunjuk memeragakan apapun. Ini bukan typenya sama sekali.Alice tidak begitu tau siapa leluhurnya terdahulu yang mencetuskan perluasan kekuasaan sampai membuat suatu kerajaan. Yang jelas dahulu sekali Mercia hanya sekumpulan kecil tanpa nama serta dipimpin satu kepala. Tetapi seiring berkembangnya waktu mereka mulai mencetuskan ide untuk pembagian tugas. Memperbanyak kawanan dengan menyatukan beberapa kelompok dari perkawinan. Tujuannya hanya satu, pembagian tugas dengan satu pemimpin satu tujuan. Dengan begitu juga tidak akan ada saingan antar spesies.Tidak ada yang berani menentang peraturan ini. Sekali membuka suara menyimpang maka kau harus membuat kelompok baru, sendirian, yang sesuai dengan pemikiranmu.Sampai sekarang menjadi sebuah kerajaan besar dan Alice menjadi bagian terhebat putri Raja. Ia tidak bergeming kagum. Anehnya ia memiliki sikap dan kelakuan yang
"Dia punya sesuatu. Yang tidak kita miliki. Ini bukan soal cahaya, ini juga soal peratuan," Adolph merendahkan suaranya. Hal itu dilakukan atas dasar memperkecil api yang telah menyekat keduanya sejak awal."Hanya orang-orang konyol yang mampu diperbudak oleh aturan leluhur," gumamnya tanpa menutup-nutupi udara.Dilihatnya Ardolph yang tampak tegas dengan rahang dan mata biru. Alice tau jika ayahnya tersebut akan berteriak masuklah ke kabin dan jalani hukumanmu! Sesuatu yang tidak asing lagi baginya. Alice tidak masalah jika harus dicambuk seratus kali.Tapi kali ini Alice tidak ingin mendebat lagi. Ia akan mencari celah yang lain. Celah untuk mendapat semua informasi."Haruskah pembicaraan ini berlanjut ke topik Ratu?" Suaranya lebih rendah satu ketuk dari sebelumnya. Ia bahkan tidak pernah tau bagaimana rupa seseorang yang melahirkannya. Hanya dari sebingkai lukisan. Yang bahkan berbeda jauh dar
Suara riuh yang terus saja berpindah arah mengelitik telinga Ananta. Diam dalam kehanyutan tanpa tau banyak hal membuat ia seakan terpenjara hebat. Pada akhirnya ketika Ananta sudah cukup lelah dengan bisunya membuka mulut sepersekon tekatup lagi.Ia dengar suara decitan kursi dari arah depan. Dyn duduk memulai duduk santai sembari membuka salah satu buku yang ia bawa dari salah satu ruangan rumah tersebut."Apa yang sedang kau lakukan?""Tentu saja membaca. Hmm," Dyn melirik Ananta sekilas. Sadar akan kenyataan jika lawan bicaranya berbeda dari kebanyakan. Terkadang ia sedikit penasaran mengapa Ananta bisa buta. Tetapi apa pedulinya? "menyelidiki sesuatu.""Cahaya biru laut?" Pertanyaan Ananta menggantung ditempat. Beberapa sekon tanpa jawaban. Ananta beranggapan jelas bahwa itulah yang sedang menjadi fokus Dyn saat ini.Ananta tidak memiliki misi apapun begitu masuk dan menginja
Sesekali meringis ngilu ketika Insley mengobati luka di punggungnya. Menarik nafas dalam yang entah kenapa kamar itu mendadak terasa sesak menurut Alice."Kau bukakan jendelanya dulu!" Alice berujar tidak sabaran. Sedari tadi ia memerintahkan Insley untuk membuka jendela. Tetapi pesuruhnya yang lemot ini tidak memberi respon yang positif."Tidak tuan Putri. Takutnya nanti ada orang yang mengintip. Aku bisa panggilkan yang lain untuk mengipasi," Insley hendak beranjak dari hadapan Alice yang tenggah meringkuk di ranjang sambil tengkurap, tetapi dengan gesit dicekal Alice.Sampai Putri kesayangannya itu menekan anak-anak giginya, "buka jendelanya sekarang juga! Atau kupotong lehermu bersama pria kurang ajar yang mengintipku!" di akhir kalimat Alice berteriak kencang kepada Insley.Tergesa-gesa menghampiri jendela, semilir syahdu udara merasuk secara perlahan. Insley mendekat ke arah Alice lagi, membersihkan
Geraman bintatang buas kembali terdengar makin kencang. Buku yang tadinya berada diatas meja mendadak terpelanting ke tanah bersamaan dengan meja yang di dorong kuat. Menciptakan bunyi keras yang membuat Ananta semakin terkejut.Ada yang aneh di sini. Ananta tidak bisa melihat apapun. Dyn menghilang setelah berujar, "seharusnya aku tau sejak awal!"Dan segalanya digantikan dengan geraman binatang buas. Pikiran Ananta mendadak buntu terserang panik. Ia hanya bisa mundur. Memegang kuat-kuat tongkat penunjuk arahnya sebagai satu-satunya senjata jikalau ada yang menyerangnya.Ananta tau ini hal yang genting dan perlu diwaspadai. Aroma dari tubuhnya menghilang. Ananta bahkan baru tersadar sepersekon yang lalu kalau aroma tanah dan mawar telah lenyap dari tubuhnya. Diganti dengan bau alami keringat manusia.Tidak ada suara jejak kaki, hanya geraman yang semakin keras semakin mendekat. Ananta makin mundur hingga
Serigala yang tadinya bersuara dengung pilu mirip anjing saat kedatangan Alice tersebut entah kenapa Ananta tidak mendengar hewan itu lagi. Kemana perginya.Setelah tragedi Ananta tergeletak tak berdaya dengan kondisi tubuh yang tidak bisa dibilang baik. Alice memboyong pemuda tersebut masuk kembali ke pondok. Duduk rehat di depan pintu yang bertangga. Merasakan udara malam yang dingin mencengkam.Rupanya kejadian di mana Ananta di serang beberapa waktu lalu malam telah larut. Siang atau malam, keduanya sama saja gelap.Suara tepakan kaki dari dalam pondok berangsur mendekat. Memilih duduk beriringan di samping Ananta."Tidak banyak yang tersedia di pondok selain air putih dan buah. Aku menyuruh Dyn ke Kota untuk membeli makanan."Ananta memusatkan telinganya ke arah sumber suara. Bukan nada sesal yang menjadi perhatiannya kali ini. Kata 'kota' yang di sebut Alice, apa itu hanya desa Merci