1 minggu telah berlalu sejak kejadian hari itu. Dhika telah ditemukan terjatuh pingsan di depan gerbang taman obat, dengan bersimbahkan darah dari seekor eidolon yang telah tewas di dekatnya.
“Kamu, bagaimana kamu bisa melakukan hal seperti ini kepada saya,” terdengar suara dari seorang wanita yang sangat marah kepada orang lain yang ada di dekatnya.
“Hei, saya sudah tidak peduli dengan kamu dan apa yang telah terjadi, pokoknya saya akan pergi dari rumah ini sekarang juga,” suara lain dari seorang pria membalas kata-kata wanita itu.
Setelah itu terdengar sebuah suara tangisan, meraung-raung tanpa henti dari wanita yang sebelumnya membentak pria tadi.
Mendengar suara yang cukup mengganggu di kedua gendang telinganya, Dhika terbangun dari tidurnya.
“Aduh berisik sekali, suara apa sih itu?”
Dhika membuka matanya, dia melihat k
Dhika menghempaskan aliran energi mannanya ke tanah hingga memunculkan sebuah sinar formasi berwarna merah yang terus bergerak maju ke depan, naik beberapa meter dari permukaan tanah, dan kemudian membentuk sebuah portal pemanggilan eidolon di sekitar mereka berada saat ini.Saat kumpulan energi yang ada di sekitar portal itu sedang bekerja, Vivi terbang melayang mendekati portal tersebut dan menyalurkan medan energi miliknya yang berasal dari beberapa tentakel spectral yang bermunculan dari kedua sayapnya.“Vivi hentikan!!! Apa yang kamu lakukan?”Dhika tidak tahu tindakan aneh apa telah dilakukan oleh Vivi saat ini, tapi tepat ketika Vivi menyalurkan energi manna miliknya itu, pintu portal tersebut berubah warna menjadi lebih gelap.Melihat perubahan itu Dhika segera bersiap diri untuk menghadapi mahluk apapun yang akan muncul dari dalam portal tersebut.“Luba
“Viviii, hei anak bandel, kesini dulu, ehh cepet kesini dulu Dhika mau lihat kamu bawa apa?”Vivi malah tampak senang berlari-lari sambil membawa tunas kecil sementara Dhika terpaksa harus terus mengejarnya tanpa henti.Dhika tidak mengerti bagaimana naga kecil yang biasanya pemalas itu sekarang bisa berlari secepat ini. Vivi benar-benar sudah membuatnya naik darah.Dhika mengeluarkan skill Haste agar dia bisa mengungguli kecepatan lari naga kecil itu.“Tertangkap kamu sekarang naga kecil bandel.”Vivi tersenyum-senyum manis ketika dia tertangkap oleh Dhika yang sudah naik darah karena melihat tingkahnya yang sulit untuk dikendalikan. Setelah itu Vivi memperlihatkan tunas kecil yang dia dapatkan dari kura-kura raksasa dengan perasaan bangga.“Tunas ini, bukankah ini tanaman monster rumput yang bisa berevolusi? Iyah saya yakin ini
Beberapa bulan setelah mereka berhasil menumbuhkan monster rumput, Dhika dan Reno menjalani hari-hari ujian praktek dan tes tertulis untuk tawaran beasiswa dari sekolah Acropolis. Khusus untuk anak-anak yang terkena dampak dari wild portal kota Bandung, Acropolis telah membuka tempat ujian di aula serba guna Universitas Avalon yang berada di kota Jakarta.Tentu saja dibekali dengan niat untuk bisa menjadi seorang pemburu monster yang terbaik mereka berdua berupaya keras menjalani seluruh ujian dan test yang diberikan oleh sekolah itu. Reno menjalani ujian praktek untuk kelas tank sedangkan Dhika menjalani ujian praktek untuk kelas herbalist.Pada hari pengumuman mereka berdua telah mendapatkan email dari Acropolis tepat pada pukul 12 siang.Dhika mendapatkan nilai A+ untuk ujian praktek kelas herbalist, sedangkan untuk keseluruhan tes tertulis dia mendapatkan nilai B+. Dengan nilai itu Dhika telah berhasil mendapatkan ti
“Ren jangan lupa tiket pesawat sama kartu tanda penduduk untuk antrian pemeriksaan.”“Oh iyah bener, hampir saja saya lupa hehe, tar tadi tuh saya taruh dimana yah tiketnya.”Reno mencari-cari tiket pesawat di beberapa kantung yang ada pada tas ranselnya.“Ren, tapi kamu gak buang tiketnya kan?”“Ahh gak mungkin Dhik, dugh tapi kemana yah, harusnya saya taruh di tas ini kok, bentar saya harus cari dulu.”“Ya sudah kalau gitu kamu cari dulu saja tiketnya, saya akan ke tempat pengambilan tas bagasi dulu di sana.”“Oh okay Dhik, kalau gitu tolong sekalian ambilkan tas punya saya juga yah.”“Okay-okay, ya sudah saya pergi dulu kesana.”Dhika berlari menuju ke tempat pengambilan tas bagasi. Sewaktu dia sedang berlari melewati beberapa orang
“Ren ayo kita harus pergi kesana,” sahut Dhika sambil berlari membuka jalan.Setelah mereka mendapatkan informasi dari seorang wanita yang bertugas di gerai pusat informasi, mereka berdua berlarian ke arah pintu gerbang selatan peron nomor 8b.Jalur kereta cepat ini adalah fasilitas khusus yang telah disediakan oleh sekolah Acropolis untuk menjemput anak-anak yang berasal dari pulau atau kota lain di sekitar mereka.Di depan peron nomor 8b terlihat dua orang bapak penjaga yang menggunakan seragam lengkap berwarna biru gelap.“Selamat datang di peron 8b, kereta khusus bagi anak-anak Acropolis. Apakah ada yang bisa kami bantu?” ucap salah satu penjaga kepada Dhika.“Pak kami berdua mau ikut masuk ke dalam kereta ini, kami murid dari Acropolis.”“Oh ya, tapi waktunya sudah sangat mepet sekali, 10 menit lagi kita akan ber
Reno dan Dhika berjalan melewati beberapa kompartemen kereta yang telah terisi penuh dengan beberapa murid dari Acropolis. Mereka semua terlihat seperti sedang asik mengobrol dan memperlihatkan kebolehan genetik mereka satu sama lain.Sementara itu mereka berdua tidak bisa lagi berada di sana terlalu lama, karena untuk waktu yang singkat kereta menuju Acropolis akan segera berangkat. Reno menemukan kompartemen kosong tak jauh dari tempat mereka berada saat ini.“Dhik kompartemen yang disana sepertinya kosong.”“Okay Ren, ayo kita kesana.”Setelah sampai di depan kompartemen, mereka berdua segera masuk ke dalam dan menempati tempat duduk yang tersedia. Dhika duduk di seberang yang satu, sedangkan Reno di sebrang yang satunya lagi.“Ren kita tutup saja pintunya, sepertinya kita murid paling akhir yang masuk kereta ini.”Mende
“Anak-anak kelas 1 ayo berbaris disini,” ucap seorang murid perempuan berkuncir dua.“Hei ayo cepat berbaris yang rapih, kita tidak punya waktu seharian untuk atur kalian disini,” perintah murid laki-laki berambut kuning keemasan.“Dhik cepat kita harus ikuti murid yang lain kesana.”“Ya, ayo Ren, sepertinya kakak kelas kita bukan orang-orang yang cukup sabar.”Di sebelah kiri dan kanan mereka saat ini sudah terlihat ratusan murid baru yang penuh dengan harapan dan sukacita, mereka semua mengenakan beraneka ragam seragam sekolah yang berlainan satu sama lainnya.Pada hari pertama sekolah, anak-anak murid kelas 1 telah diminta untuk mengenakan seragam dari sekolah lama mereka masing-masing. Kebijakan itu sengaja dibuat agar mereka dapat dengan mudah dibedakan dari murid-murid lain yang merupakan kakak kelas mereka.
“Wohohoho gile, saya dapat tawaran dari tiga guild dong Dhik. Kalau kamu gimana, kamu dapat tawaran dari guild apa saja bro?”“Hahaha, saya kok hanya dapat tawaran dari satu guild aja yah, gimana nih jadinya kalau kita sampai gak dapet tawaran sama sekali.”“Gak mungkin sampai ga dapet juga sih Dhik, nanti kan kita pasti bisa isi guild lain yang belum penuh kuotanya. Tapi kamu tuh seriusan, cuma dapet satu tawaran guild aja?”“Iyah Ren seriusan, hanya satu … nama guildnya Demeter.”“Oh Demeter, kebetulan tadi Reno juga dapat tawaran yang sama dari guild ini, bentar yah coba kita cek lagi.”Reno menyelidiki informasi terkait dari guild Demeter dengan menggunakan aplikasi Olympus. Dia membaca seluruh detail informasi yang bisa dia dapatkan, walaupun sebelumnya seluruh guru wali guild sudah memberikan hasil presentas