Share

BAB 3 MASALAH

Keesokan harinya di kediaman Stanley....

Cecil, Lucy, dan Lily sama-sama diam duduk di ujung ranjang tanpa ada yang ingin memulai obrolan lebih dulu. Mereka kompak mempertahankan kesunyian itu dalam jeda yang cukup lama. Sepertinya mereka memang masih sibuk dengan pikiran masing-masing. Mereka menempati sebuah kamar super luas yang bisa menampung tiga ranjang bertiang sekaligus. Udara pagi Newcastle juga sedang baik tapi perasaan mereka masing-masing saja yang sedang kurang bersahabat. 

Lady Cecil sedang coba samar-samar menebak perasaan Brandon Lington padanya, karena pria itu benar-benar tidak kembali muncul setelah meninggalkannya di meja ibunya. 

Sedang adik perempuannya Lucy lebih memilih diam, berusaha tidak memikirkan apapun di dalam kepalanya saat berada di sekitar Lily, meskipun sebenarnya dia masih sangat marah dengan penghinaan David Stanley yang sudah berani menciumnya dengan sangat tidak senonoh dan kasar. Tidak peduli setampan apapun putra Stanley itu tetap saja membuat Lucy jijik.

Jangan tanya Lily, karena sebenarnya dia hanya takut menceritakan pembicaraannya dengan Duke of Greenock kepada kedua kakaknya.

"Lady, Lord Harrington sudah menunggu Anda di bawah." Seorang pelayan yang baru datang membuat mereka serempak menoleh, kemudian saling bertukar pandangan dan berdiri.

Lady Cecil berjalan lebih dulu sementara Lily mengekor di belakangnya.

"Lucy sungguh apa aku harus mendorongmu," oceh Lily setengah berdesis saat melewati saudaranya yang masih berdiri kaku.

Lucy benar-benar tidak ingin keluar kemanapun apalagi harus bertemu lagi dengan David Stanley, sungguh dia bukan pengecut, hanya saja Lucy takut tidak bisa menahan dirinya untuk segera kembali memancing perdebatan dengan putra kedua Lord Stanley itu.

Rencananya hari ini mereka akan pergi berpiknik dan mungkin juga berkuda. Rombongan sudah siap saat para Lady turun kehalaman, ada tiga buah kereta dan beberapa kuda, satu kereta sepertinya dikhususkan hanya untuk membawa perbekalan. Cecil, Lucy, dan Lily segera masuk kedalam kereta yang sudah disiapkan untuk mereka, Lady Elizabeth dan beberapa pelayannya ada di kereta yang lain sementara para laki-laki memilih berkuda.

"Apa kalian melihat Duke of Greenock? " tanya Cecil setelah mereka sampai di setengah perjalanan.

Lily menggeleng sementara Lucy memilih tak peduli.

Cecil kembali memeriksa dari jendela keretanya dan memang tidak melihat sang Duke di manapun.

"Apa ada yang bisa saya bantu, Lady?" tanya seorang pengawal yang kebetulan berkuda disamping kereta.

"Apa Duke of Grenock tidak ikut serta?"

"Yang saya dengar dengar Duke of Grenock mendadak ada urusan penting dan harus segera kembali ke Glasgow."

Cecil terlihat kecewa saat kembali menatap kedua saudarinya yang prihatin.

"Apa dia tidak mengatakan apa-apa padamu? " tanya Lucy.

Lady Cecil hanya menggeleng pelan.

"Mungkin urusanya memang sangat penting sampai dia tidak sempat berpamitan denganmu," kata Lily coba menghibur meski sebenarnya dia tahu Duke of Greenock memang tidak akan memilih saudarinya.

Sepanjang perjalanan mereka tidak banyak bicara lagi sampai tiba-tiba mereka berhenti di tepi savana luas yang terlihat hijau dengan perbukitan-perbukitan rendah yang menyejukkan mata. Para pengawal dan pelayan sudah sibuk menurunkan barang dan menyiapkan tenda, mereka memang hanya akan sekedar bersantai mungkin para laki-laki yang akan memanah dan berkuda.

Berbagai minuman dan buah-buahan segar sudah siap ter susun rapi di atas meja-meja kecil dalam tenda terbuka yang seluruhnya di alasi permadani lembut dan bantal-bantalan besar yang nyaman untuk duduk dan bersandar. Seorang pelayan menawarkan minuman kepada Lady Cecil yang nampak sangat tidak berminat dan hanya kembali menggeleng tiap kali para pelayan mendatanginya. Sepertinya pemandangan itu juga tidak luput dari perhatian David Stanley, Lucy yang baru mendongak dari bukunya tak sengaja mendapati David yang juga sedang memperhatikan kakanya Cecil dari tempatnya berdiri di tengah lapangan. Sejak awal Lucy tahu jika tunangannya itu memang lebih tertarik pada Cecil, dan bagi Lucy hal seperti itu sudah sangat biasa. Lagipula menurut pemikiran Lucy pemuda itu juga tidak akan cukup berani untuk mengganggu calon istri saudara laki-lakinya sendiri.

Para laki-laki sedang mengikuti keseruan memanah, David Stanley beberapa kali mendapatkan tepuk tanga sementara Lucy memilih tidak peduli dan tetap fokus membolak balik lembar buku bacaannya. Beberapa kali gadis itu mendapati David mulai begitu berani terang-terangan memberi perhatian pada Lady Cecil, bahkan dengan menawarkan busurnya. Memangnya sejak kapan seorang Cecil tertarik untuk ikut memegang busur, tapi walau demikian Cecil yang awalnya enggan akhirnya menyerah juga dengan bujuk rayu seorang David Stanley. Pemuda itu coba mengajarkan tehnik dasar dalam memegang busur yang benar pada sang Lady, sementara Lucy memilih acuh dan hanya sesekali memperhatikan mereka dari kejauhan. Mungkin Cecil memang tidak pernah sadar jika David sengaja melingkarkan lengan di pingganya, itulah kenapa kadang Lucy sangat membenci kepolosan Cecil, dia hanya berpikir akan segera membuat perhitungan denga pria berengsek itu setelah ini.

"Dimana Lily? " gadis itu menoleh ke sekeliling dan sepertinya Lucy memang baru sadar jika dirinya sudah di tinggalkan seorang diri, dia juga tidak melihat Henry ada di arena memanah sejak tadi.

"Apa kalian melihat adik perempuanku? " tanya Lucy pada salah seorang pelayan yang baru saja membawakan nampan buah untuknya.

"Sepertinya tuan muda Henry membawanya berkuda," terang pelayan itu.

"Bergabunglah bersama kami, Lady," kali ini sang Countess yang memanggilnya, Lucy mengangguk dan tersenyum sebelum akhirnya bangkit untuk ikut bergabung di tenda mereka.

Beberapa teman Lady Elizabeth sepertinya juga ikut bergabung di arena memanah bersama Cecil, karena itu sang Countess dari tadi juga tinggal duduk seorang diri.

"Saya pikir Anda akan ikut memanah," tanya Lucy sering mendengar jika Lady Elizabeth sangat ahli dalam memanah.

"Sepertinya aku lebih tertarik dengan buku yang Anda baca, Lady," sambut Lizzy saat menilai buku yang baru diletakkan Lucy di pangkuannya.

"Sebenarnya Anda bisa memilikinya, Maam, kebetulan saya juga baru saja selesai membacanya," Lucy spontan memberikan bukunya pada sang Countes yang menyambutnya dengan senyum hangat.

"Oh terimakasih, Lady, aku tidak percaya ada seorang gadis muda yang tertarik dengan bacaan hukum," tambah Lizzy setelah meneliti lebih lanjut sampul buku yang ada di tangannya.

Begitulah selanjutnya mereka akhirnya benar-benar menemukan tema obrolan yang cocok. Lucy adalah gadis muda yang selalu antusias dengan segala pertanyaan dan pendapat terbukanya tentang ilmu pengetahuan. Sepertinya Lizzy juga benar-benar menyukai semangat gadis muda itu yang begitu mirip dengan dirinya. Gadis itu juga mengingatkan Lizzy pada putri kesayangannya Annelies, bagaimanapun perasaan seperti itu tetap sangat mengharukan bagi seorang ibu yang tiap kali merindukan putrinya.

Lizzy kembali mengajak gadis muda itu berdiskusi, Lucy pun mulai banyak bertanya mengenai kelonggaran-kelonggaran hukum di Scotland, gadis itu sepertinya juga terkagum-kagum dengan pengetahuan luas sang Countess yang luar biasa. Tak heran jika keluarga Lington dari dulu memang terkenal dengan semboyan kerasnya dalam mendukung kemajuan dunia pendidikan.

Lucy benar-benar menikmati obrolannya dengan sang Countess, dan Lizzy juga menawari Lucy untuk menghabiskan waktu bersama lagi sebelum kepulangan mereka besok lusa. Lucy setuju dan merasa bersemangat dengan undangan itu, sepertinya Lady Elizabeth benar-benar berhasil kembali memperbaiki mood gadis itu sepanjang hari tersebut.

Mereka semua kembali pulang setelah lewat tengah hari. Cecil, Lucy, dan Lily kembali duduk di dalam kereta yang sama, tapi kali ini dengan perasaan masing-masing yang berbeda. Meski masih agak kecewa tapi Lady Cecil merasa cukup terhibur dengan keahlian barunya memegang busur. Lucy juga bersemangat dengan undangan sang Countess esok hari sampai gadis itu agak lupa dengan kejengkelannya terhadap David Stanley.

Lily oh lily.... Andai dia seekor burung pasti dia hanya ingin bersiul ceria di sepanjang perjalanan pulang itu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lina Herdianti
harus jeli membacanya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status