Malam itu mereka bertiga tidur cepat setelah makan malam, dan bangun agak kesiangan, kecuali Lucy tentunya. Lucy sudah tidak ada di ranjangnya ketika Lily dan Cecil bangun, Gadis itu sepertinya terlalu bersemangat untuk undangan sang Countess, seolah belum puas dengan diskusi mereka kemarin.
Lizzy membawa Lucy mengunjungi perpustakaannya dan gadis itu terkagum-kagum dengan koleksi buku sang Countess. Lady Elizabeth mempersilahkan Lucy untuk memilih buku yang dia sukai, gadis itu mengambil beberapa yang sepertinya tidak akan selesai untuk dia baca dalam satu malam.
"Kau bisa membawanya pulang."
"Oh, tidak, Maam, ini buku yang sangat berharga," Lily tau hanya keluarga kerajaan yang biasanya memiliki buku dengan sampul macam itu.
"Anggap itu hadiah dariku, karena Anda sudah menemaniku sepanjang hari ini, Lady."
"Sungguh kehormatan yang luar biasa, Maam."
"Aku senang kau memilikinya," tambah sang Countess, "dulu putriku juga sering membacanya."
"Lady Annelies ?" tambah Lucy.
Lizzy kembali tersenyum saat menatap Lucy, "kau mirip dengannya."
Lucy tau mungkin bukan kemiripan secara fisik yang di maksut sang Countes. Lucy masih ingat jelas dengan mantan tunangan kakak laki-lakinya itu.
"Kadang kami juga masih merindukan Will," ungkap Lucy saat memperhatikan sampul buku di tangannya, "dia juga sering menghadiahiku buku."
"Dia pemuda yang luar biasa," sambung Lady Elizabeth ikut merasa terharu tiap kali teringat pemuda rupawan yang sangat dicintai putrinya itu.
"Terimakasih, Maam."
"Aku sangat bahagia David akan memiliki gadis sepertimu."
Entah bagaiman tiba-tiba Lucy merasa sangat buruk, mungkin karena hubungannya dan David tidak pernah seindah apa yang di bayangan sang Countess. Mungkin dirinya memang hanya akan mengecewakan semua orang, dan Lucy mulai tidak tahan saat harus memikirkannya.
Lucy berjalan cepat dengan membopong tumpukan buku yang di hadiahkan Lady Elizabeth, gadis itu hanya ingin segera kembali kekamarnya saat melihat David bersama Cecil di dekat kolam teratai.
Seketika Lucy langsung teringat apa yang penah dilakukan pria berengsek itu padanya di tempat tersebut, dan tiba-tiba Lucy hanya ingin melempar tumpukan bukunya ke kepala David. Kembali lagi Lucy mengingat perkataan Lady Elizabeth dan entah bagaimana dia tidak ingin mengecewakan harapan sang Countes hanya dalam waktu sesingkat itu. Mungkin lain kali dia tetap akan membuat perhitungan dengan David Stanley.
Lord Stanley kembali mengadakan perjamuan makan malam di hari terakhir kunjungan George Harrington dan ketiga putrinya. Nicholas meminta maaf atas ke alphaan putra pertamanya yang harus segera kembali ke Glasgow tapi sepertinya semua itu tetap tak mengurangin kebahagiaan mereka malam itu.
Setelah makan malam mereka sempat saling berbincang untuk kembali saling mengakrabkan diri. Kali ini Lady Elizabeth terlihat duduk dengan putri Harrington yang termuda, Lily sedang menceritakan pengalamannya bersama dengan putra nya,Henry, dan sang Countes terlihat beberapa kali ikut tertawa lepas saat mendengarkan cerita has Lily yang luar biasa penuh energi.
Saat melihat para laki-laki yang sedang bertukar pendapat mengenai kualitas anggur yang ada di gelas mereka, tiba-tiba Lucy ingat harus menyelesaikan urusannya dengan David Stanley. Pemuda itu sedang terlibat obrolan dengan Ayahnya George saat Lucy menghampirinya.
"Bisakah saya meminta waktu Anda sebentar, Tuan? " Lucy sengaja menunjukkan sikap hormat di depan Lord Stanley dan ayahnya.
"Tentu Lady, Anda berhak membawa putraku pergi kemanapun," goda Nicholas pada putranya yang sebenarnya masih terkejut dengan kedatangan Lucy bersama senyum manisnya. David mengakui sebenarnya tunangannya itu memiliki bibir penuh yang Indah andai saja tidak hanya dia gunakan untuk memaki keberengsekannya. David ingat bagaimana dia pernah tidak tahan untuk mencegah dirinya hingga dia di hadiahi tamparan oleh gadis itu.
"Mari Lady," David mengulurkan tangannya untuk menyambut sang Lady dan membawanya berjalan pergi.
"Kita mau kemana? " tanya David ragu, karena tidak masuk akal jika gadis sekeras Lucy tiba-tiba bersikap terlalu manis seperti itu.
Lucy membawanya berjalan keluar melewati anak tangga menuju halanam rumput di dekat kolam air mancur. Gadis itu segera melepaskan tangannya dari lipatan lengan David yang sedari tadi menyangganya ringan. Lucy merasa sudah cukup aman untuk mulai bicara.
"Jangan pikir aku tidak tau Anda sengaja mendekati saudariku."
"Apa Anda cemburu Lady? " tanya David saat merendahkan kepalanya untuk mengimbangi tinggi badan Lucy.
"Ingat dia tunangan saudaramu."
"Omong kosong, akui saja kecemburuan Anda, Lady," ejek David dengan seringai sinisnya.
"Jangan bermimpi !" tepis tegas Lucy menantang pemuda itu dengan berani saat menatap kedua maniknmatanya tanpa berkedip, "aku hanya peduli dengan saudariku, dan tolong jaga sikap Anda!"
"Siapapun akan mengakui jika Lady Cecil jauh lebih menarik dari pada Anda," David masih coba menghinanya dengan begitu terus terang.
"Jangan pikir aku tidak sering mendengarnya, saudariku memang beruntung dan sangat tidak pantas untuk berengsek seperti Anda, Tuan!"
"Kau tidak bisa mencegahnya," tantang David.
"Aku bisa, dan lihat saja! " tegas Lucy sebelum pergi meninggalkan David Stanley yang seperti masih tertancap di halaman rumput.
*****
Akhirnya George dan ketiga putrinya harus pulang setelah empat hari kunjungan mereka di Newcastle. George dan Nicholas sepertinya sangat bahagia dengan pertemuan putra-putri mereka yang berjalan lancar, meski sebenarnya mereka tidak pernah tau drama apa yang sedang di mainkan anak-anak mereka.
Rombongan kereta mereka sudah keluar dari halaman keluarga Stanley, dalam hati Lucy berharap jika kunjungan mereka ke Newcastle itu hanyalah mimpi buruk belaka dan akan segera berlalu, bisa Pulang kembali ke Canterbury adalah berkah yang luar biasa baginya. Sungguh perjalanan dua minggu tersebut sepertinya memang akan menjadi pengalaman paling mengerikan di sepanjang hidupnya.
Lucy sama sekali tak mengajak Cecil bicara karena masih jengkel dengan kebodohannya. Sementara Cecil yang merasa diabaikan hanya bisa kembali mengungkit kesedihanya sendiri tentang Brandon Lington yang seperti mengabaikannya begitu saja. Tapi, meski demikian Cecil tetap berusaha berpikir positif seperti apa yang berulang kali dikatakan Lily untuk menghiburnya.
Lily coba mengabaikan perang dingin di antara kedua saudarinya, karena dia sendiri sepertinya juga masih belum bisa melupakan penghinaan Duke of Greenock kepadanya tempo hari, dan sepertinya hal itu memang masih sangat mempengaruhinya. Sementara Lucy dan Cecil yang masih tidak banyak bicara kembali membuat Lily ragu untuk bercerita. Entah ketegangan apa yang sedang coba mereka sembunyikan darinya, kedua saudarinya itu memang ahli dalam menyembunyikan pikiran masing-masing saat tidak ingin diketahui olehnya. Lily coba mengabaikannya karena dia sudah biasa melihat saudarinya bertengkar, gadis itu sudah tidak khawatir karena tahu mereka akan segera kembali berbaikan. Walau kali ini dirinya sedang butuh teman untuk bicara. Akhirnya Lily terpaksa memilih ikut diam dari pada harus memaksakan obrolan yang tidak menyenangkan pada ahirnya.
Ketiga Putri Harrington memang sudah terbiasa hidup nyaman di bawah pengasuhan sang nenek, tak mengherankan jika Lady Marry seringkali memanjakan ketiga cucu perempuannya, bahkan keonaran mereka pun sering kali dianggap lucu oleh sang Countes.
Selang beberapa hari setelah kembalinya mereka kekediaman Harrington, ternyata Lily tetap tidak berani bercerita perihal pembicaraannya dengan Duke of Greenock. Karena, jujur Lily hanya tidak tega merusak kegembiraan kakaknya Cecil, yang sepertinya masih sangat bahagia dengan pikiran bahwa pria yang akan menikahinya ternyata sama sekali tidak buruk bahkan terlalu tampan. Gadis itu memang sudah tidak sabar menanti kunjungan para putra Lord Stanley musim panas nanti yang tinggal dua bulan lagi.
Berbanding terbalik dengan kakak keduanya Lucy, gadis itu sudah begitu muak jika masih harus dipaksa bertemu lagi dengan calon suaminya. David Stanley benar-benar pria berengsek, Lucy masih ingat jelas bagaimana kali terakhir mereka bertengkar.
Sedangkan Lily hanya bisa berdoa semoga Brandon Lington benar-benar tidak akan datang, karena bagi Lily penghinaannya waktu itu masih sangat memalukan untuk diingat.
*****
Henry sadar dia sudah sangat terlambat untuk sebuah pesta, dia hanya berharap cukup beruntung untuk bisa menemukan siapapun yang mungkin masih belum tidur di malam selarut ini. Samar-samar Henry mendengar sedikit keributan dari ruang perjamuan yang seharusnya sudah kosong, dia agak terkejut karena melihat Lady Cecilia Harrington yang sedang menikmati minumannya bersama dengan Houl Anderson. Henry hanya tak berminat untuk mengusik obrolan mereka, karena sepertinya Lady Cecil juga terlihat banyak tertawa malam itu. Bahkan saat dia melihat Houl membawa sang lady ke salah satu kamar tamu sepertinya Henry juga tidak merasa memiliki hak untuk melarangnya walaupun dia tau pria macam apa Houl Anderson selama ini.*****Dua bulan kemudian Henry tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan Lucy yang mengatakan bahwa Lady Cecil sedang mengandung anaknya. Walaupun berita itu masih mengejutkan, tapi Henry memang tetap akan bertanggung jawab tanpa keraguan. Karena jika mem
Tinggal di London memang bukan pilihan mudah, Lady Cecil pasti harus bertemu kembali dengan Houl Anderson di beberapa kesempatan dalam pergaulan masyarakat London. Selain itu Henry juga memiliki beberapa urusan bisnis dengan perusahaan Anderson dalam pembelian beberapa kapal, itulah kenapa mereka jadi lebih sering bertemu akhir-akhir ini. Cecil memang sudah lebih pasrah untuk menghadapi kenyataan hidupnya, bahkan dia sudah rela jika Houl akhirnya memang memilih untuk menghancurkannya.Sementara di sisi lain Houl sepertinya juga hanya bisa menyaksikan keharmonisan keluarga Cecil dan Henry yang terlihat sempurna itu dengan rasa iri yang semakin luar biasa. Houl benar-benar tidak bisa mencegah rasa cemburunya tiap kali melihat kedekatan Henry dengan putrinya. Walaupun Houl sadar sepertinya Lady Cecil memang benar, gadis kecil itu memang sudah tidak membutuhkannya.... *****Lady Cecil sedang bermain bersama pu
Bayi montok itu sepertinya sayup-sayup mulai tertidur di pangkuan ibunya, Cecil sengaja menggunakan kebisuannya sebagai alasan untuk tidak mengganggu jam tidur siang putrinya, dan hal itu memang terlihat wajar oleh Henry. Henry juga tidak banyak bertanya ketika Cecil tadi buru-buru mengajaknya pulang. Jarak rumah mereka memang tidak terlalu jauh, sepertinya Mia kecil memang belum benar-benar terlelap ketika kereta mereka sudah kembali berhenti di halaman rumah mereka sendiri.Henry turun lebih dulu untuk mengambil Mia dari pangkuan ibunya, bayi lima bulan itu menghisab-hisab bibir bawahnya sambil tertidur, Henry cukup berhati-hati untuk tidak membangunkannya. Henry langsung membawa putrinya ke kamar bayi, sementara Cecil hanya berjalan mengekor di belakang mereka dengan langkah malas karena berbagai bayangan mengerikan di otaknya. Cecil takut kehilangan putrinya, Cecil takut kehilangan Henry tapi dari semua itu ternyata Cecil paling takut jika sampai putrinya kehilangan
"Bangunlah Lady, lihat kita sudah terlambat untuk menghadiri pesta pamanmu," bisik Henry menggelitik telinga Cecil yang masih enggan untuk bergerak akibat jam tidurnya yang semakin berantakan belakangan ini."Oh, " keluh Cecil ketika melihat Henry yang sudah duduk setengah menaunginya dengan selimut yang sekedar jatuh di garis rendah pinggangnya."Kita sama-sama bangun kesiangan.""Bagaimana dengan Putri kita? " Cecil baru ingat harus menyiapkan putrinya juga."Lily sudah membawanya, dan kita akan segera menyusul."Henry sudah menarik selimut mereka dan mengangkat Cecil tiba-tiba."Kau akan membawaku kemana? " Protes Cecil bingung."Bak mandi," tambah Henry dengan acuh, "kita perlu menghemat waktu.""Aku ragu dengan hal itu," keluh Cecil meski tidak sungguh-sungguh dengan keberatannya ketika Henry benar-benar memasukkannya kedalam bak yang sudah berisi air hangat. "Oh Tuhan, apa kau serius akan melakukan ini."Henry teta
Cecil terlihat sangat buruk ketika Lucy datang, entah sejak kapan kakak perempuannya itu sudah duduk seperti mayat hidup penunggu bingkai jendela.Lucy yang baru datang dari Newcastle segera mendatangi kediaman kakaknya, entah sudah berapa lama dirinya tidak melihat Cecil, kakaknya itu terlihat agak kurus dan pucat. sambil melepas kancing mantelnya Lucy berjalan menghampiri kakak perempuannya, dia meletakkan mantel tersebut di punggung kursi yang akhirnya dia duduki untuk menghadapi Cecil yang masih diam seperti marmer beku yang sewaktu-waktu bisa hancur atau terbelah. Ya, sepertinya Cecil memang sedang labil seperti apa yang ia tulis dalam surat-suratnya."Sepertinya aku akan gila Lucy," ungkap Cecil seperti sudah benar-benar kehilangan semangat hidup."Apa yang ter jadi?" tanya Lucy yang mulai memperhatikan gadis kecil di pangkuan kakaknya, gadis kecil itu kembali menggeliat saat Cecil coba menahannya di sana. Lucy pun segera mengulurkan tangannya untuk
Bagaimana semua ini bisa terjadi, dirinya menikahi wanita yang juga tidak menginginkannya. Bahkan kali ini dirinya juga sedang melakukan saran sang Lady untuk mencari wanita untuk kesenangannya. Henry memasuki sebuah rumah hiburanyang terkenal menyajikan wanita-wanita dengan kualitas terbaik di seluruh London. Tadinya dia pikir beberapa wanita akan cukup untuk melupakan masalahnya, tapi ternyata dirinya tetap tidak bisa menikmati apa pun di tempat itu, begitulah akhirnya Henry kembali memilih pulang dengan berjalan kaki. Henry sampai kembali dirumahnya setelah lewat tengah malam, dan dia hanya ingin segera kembali melihat putrinya. Dia segera berjalan menaiki tangga tanpa memanggil pelayan dia hanya melempar mantelnya di sofa kemudian langsung menuju kamar bayi. Henry hanya tidak menyangka bakal menemukan Lady Cecil yang sedang tertidur di kamar bayinya sambil menyusui putrinya, Henry yang masih berdiri di ambang pintu hanya memperhatikannya sampai bebe