Share

BAB. 4 Semakin Panas

Namun entah sudah berapa kali, Mitha merasakan pelepasan untuk kesekian kalinya. Tubuhnya bagai tersengat arus listrik beribu-ribu ampere, selalu terus bergetar.

Melihat reaksi gadis itu, Erlan juga semakin penasaran. Dia mulai memasukkan senjata pamungkas andalannya, ke dalam gua sempit milik Mitha.

"Akh ..!" Sa ... sakit!" jerit Mitha sambil menitikkan air mata, yang begitu deras.

Erlan menatap gadis itu dalam-dalam, lalu dia membelai lembut wajahnya. Lalu setelah itu Erlan melumat kembali bibirnya yang ranum. Sambil terus mencoba kembali memasukkan alat tempurnya yang sedang mengamuk itu, ke dalam liang kenikmatan milik Mitha.

Erlan terus saja mencobanya untuk beberapa kali. Namun tetap saja gagal. 

Lalu dia menghentikan gempurannya terlebih dahulu karena melihat gadis itu, yang sangat kesakitan.

Erlan mulai menyeka air mata Mitha. Lalu berkata,

"Apakah sangat sakit?" tanyanya, dan dibalas  anggukkan lemah oleh gadis itu.

"Terus bagaimana? Apakah kita hentikan saja semuanya, sekarang?" Mitha hanya terdiam.

 Namun dia mulai terusik saat tangan pria itu, mulai nakal memilin-milin kedua pucuk bukit kembar miliknya, yang terasa sangat kenyal itu. Erlan sepertinya menikmati aktifitasnya kali ini.

"Ssssssshhh, mmmmmmpppp .... Ah!" desis Mitha tak tertahankan.

"Namamu, siapa?" Erlan lalu menanyakan nama gadis itu, disela-sela aktifitasnya yang membuat Mitha mulai merasa geli.

"Na ... namaku, Mitha. Ah ... uh ....!" jawabnya sambil memejamkan matanya, merasai nikmatnya permainan jari-jari Erlan.

"Nama yang indah." gumam Erlan dalam hatinya.

"Panggil aku, Erlan." sahutnya sambil terus melanjutkan aktivitas yang sungguh mengasyikkan itu.

"Mas Erlan ... ah ....!" desahnya tertahan.

Setelah mengetahui gadis itu mulai rileks, Erlan kembali menindih tubuh lemah Mitha.

Dia kembali melumat habis bibir sexy milik sang gadis yang sudah mulai terlihat bengkak, akibat sedotan bibir Erlan yang semakin beringas.

Bersamaan dengan itu, Erlan mulai melakukan dorongan demi dorongan dari alat tempurnya yang telah tegak berdiri, untuk kembali memasuki liang sempit milik gadis itu.

Karena sangat penasaran, Erlan tidak lagi memberi kesempatan kepada Mitha  untuk melepas bibirnya, dari gelombang maha dasyat akibat lumatan bibir pria itu.

Erlan menjadi semakin kalap, dia sudah tidak mempedulikan lagi, akibat apa yang akan terjadi nantinya dengan perbuatannya malam ini.

Tubuh Mitha seakan telah menjadi candu baginya. Rasa penasaran mulai menjalar dipikiran liarnya, untuk segera membobol gawang sempit milik gadis itu.

Namun Mitha yang mulai kehabisan napas. Segera melepas dengan paksa lumatan bibir Erlan di bibirnya. Dia bernapas terengah-engah saat ini, sambil menitikkan air mata dengan derasnya.

"Sa ... sakit ....!" lirihnya sambil mencengkeram erat kain seprei menahan rasa perih yang mulai menjalar dari inti tubuhnya.

Bibir Mitha terlihat sangat bengkak akibat ulah Pria itu.

Sepertinya Erlan tidak senang karena alat tempurnya yang sudah tegak berdiri itu, tidak juga bisa membobol gua sempit milik Mitha.

Sedangkan gairah yang berasal dari dalam tubuhnya semakin besar saja, akibat obat perangsang itu.

Setelah memberi jeda sebentar, Erlan dengan paksa kembali menarik tengkuk Mitha untuk menghadap ke arahnya.

Tangannya mulai bergerilya bermain di kedua pucuk gundukan milik gadis itu yang begitu sangat menggoda baginya.

"Mas Erlan ... ah! Geli! Hhhhmmmmmpp, ssssshhhhh...." desisnya lagi lalu kembali meliuk-liukkan badannya, tidak dapat menahan rasa nikmat itu.

Seketika Erlan sangat menyukai ekspresi wajah Mitha. Disaat dirinya menyentuh kedua pucuk bukit kembar milik gadis itu.

"Akh ... Mas Erlan!" Lagi-lagi Mitha kembali mendapatkan pelepasannya. Hanya dengan gaya sentuh menyentuh pucuk dua gundukan milik gadis itu dengan jari-jarinya yang sangat lihai.

Menyadari jika Mitha sudah mencapai puncak kenikmatan itu.

Erlan dengan sigap memasukkan kembali senjata pamungkasnya ke dalam gua sempit itu.

 Tidak lupa dia kembali melumat bibir gadis itu dengan rakusnya dan tak memberi ampun baginya saat ini.

Karena gejolak yang terus membara, untuk pertama kalinya, Mitha yang dari tadi hanya mampu mencengkeram kain seprei. Saat ini malah mulai berani memeluk Erlan dengan erat saking takutnya dia, menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dorongan demi dorongan senjata pamungkas milik Erlan semakin dalam, menerobos masuk gawang sempit itu dan ingin segera membobolnya. Air mata Mitha juga semakin deras menetes.

Karena terbawa suasana, Erlan tidak membiarkan Mitha melepas pagutan bibir mereka. Dia malah menekan dan menahan tengkuk gadis itu lebih lama agar bibir mereka tetap bersentuhan. Tak lupa Erlan tetap terus mendorong masuk alat tempurnya untuk mencoba membobol gawang sempit milik gadis itu.

Dorongan demi dorongan itu semakin dalam, dan pada satu ketika, 

"Krek!" Seperti ada sensasi robek yang Erlan rasakan darri dalam liang kenikmatan yang sangat sempit itu.

Sempit dan sangat sempit di dalam sana.

Tancapan kuku gadis itu tiba-tiba menekan punggungnya dengan kuat.

Erlan pun menyadari jika alat tempurnya telah berhasil, membobol gua sempit milik Mitha. Dia merasakan sensasi yang luar biasa sat ini dan kepuasan tersendiri.

Dia pun mulai melepas pagutan bibirnya dari bibir gadis itu. Tanpa sadar, Erlan mencium kening Mitha dengan lembut.

Tangisan Mitha semakin keras, dia merasakan perih yang luar biasa.

"Sa ... sakit! Sakit!" isaknya.

Mendengar keluhan dan tangisan Mitha, Erlan segera mencabut miliknya dari dalam gua sempit itu. Dia pun mulai memeriksa apa yang terjadi di liang kenikmatan itu.

Sejenak Erlan tertegun saat melihat ujung senjata pamungkasnya terlihat berdarah.

Seketika Erlan merasa sangat kaget menyadari kenyataan yang ada.

"Sial! Mitha masih suci! Bagaimana ini?" Gumamnya bingung dalam hati.

Dia juga melihat di pintu masuk liang kenikmatan itu, ada sisa-sisa darah yang menetes dan jatuh ke atas kain seprei.

"Kenapa aku bisa melakukan sampai sejauh ini?" Ada sedikit penyesalan yang timbul dari dalam hatinya.

"Apakah sangat sakit?" tanyanya kepada gadis itu.

"I ... iya, Mas. Sa ... sakit banget." Mitha kembali menangis. Air matanya tidak dapat dia bendung lagi.

"A-ku, sudah tidak suci lagi!" Gumamnya sedih dalam hati. 

Mulai timbul rasa penyesalan di dalam hatinya. Akibatnya air matanya kembali menetes deras.

Dia merasa sedikit jijik dengan reaksi tubuhnya malam ini, yang mau saja menerima semua perlakuan pria asing, yang baru dirinya temui, di semua bagian tubuhnya yang masih suci.

Bahkan Mitha malah semakin haus dengan belaian pria itu di tubuhnya. Dia menjadi semakin terbuai dengan permainan panas dari Erlan.

Mitha seakan tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari di tubuhnya. Apakah dirinya menyesal dengan semua ini. Atau malah bahagia. Dia tidak memikirkan semua itu.

Mitha  telah kehilangan akal sehatnya karena obat perangsang yang dicekoki kepadanya.

Melihat sang gadis yang terus saja menangis, membuat Erlan menjadi iba.

Dia lalu mulai membelai lembut permukaan liang kenikmatan itu.

"Mmmmmmmpp ... ah ....!" Perlahan tangisan itu berubah menjadi erangan.

Bagaimana tidak, jari-jari Erlan mulai melakukan tugasnya. Dia mulai menggesek-gesekkannya di area inti tubuh Mitha.

"Ah ... Mas ...!"

Gesekan jari-jari itu mulai cepat dan semakin cepat, tiada hentinya.

Sehingga disatu ketika,

"Akh...." Mitha kembali mendapatkan pelepasannya lagi.

Karena permainan jari-jari Erlan itu. Tubuh Mitha  menjadi sangat lemah. Namun tidak dengan Erlan. Alat tempur miliknya masih tegak berdiri dan sepertinya sangat penasaran dengan area terdalam di dalam gua sempit milik Mitha.

Lalu Erlan kembali memasukkan senjata pamungkasnya dan mulai melakukan goyangan lembut tapi menghanyutkan.

"Ah ... oh ...!" desis, Mitha. Wajahnya sedikit meringis saat Erlan kembali memasukkan alat tempurnya di dalam gua sempit miliknya

Gerakan demi gerakan yang dilakukan oleh Erlan untuk menggenjot inti tubuhnya. Suasana di dalam kamar itu semakin panas saja.

Kedua insan manusia yang sama-sama telah dicekoki oleh obat perangsang itu, semakin terhanyut dalam gelora hasrat yang semakin liar. Tubuh keduanya sama-sama tak berdaya melawan reaksi obat kuat tersebut.

Mereka berdua semakin terlena di dalam nuansa kenikmatan yang semakin membara.

Mitha hanya mampu mendesah dan mendesis di bawah kungkungan tubuh kekar Erlan.

"Sebut namaku ...!" Bahkan pria itu sangat suka saat Mitha menyebut namanya ditengah erangan demi erangan yang keluar dari bibirnya.

"Mas Erlan, ah! Mmmmmpppp, Mas ... pe-lan! Ah ... Mas Erlan, ah!" Pemuda itu tersenyum puas saat Mitha mulai meneriakkan namanya.

Dengan cepat Erlan kembali melumat habis bibir mungil gadis itu tanpa ampun.

"Kamu sangat nikmat! Kamu sangat sempit!"

Sepanjang malam mereka melakukannya. Keduanya sama-sama menikmati permainan panas itu.

Beberapa kali, Erlan mencoba untuk menghentikan goyangannya di inti tubuh Mitha. Namun dirinya menjadi tak berdaya karena senjata pamungkas miliknya masih saja tegak berdiri dan butuh pelampiasan.

Keduanya sama-sama tak berdaya melawan hawa panas yang semakin melambung tinggi.

Erlan dan Mitha membiarkan tubuh mereka merasai kenikmatan yang tiada tara ini. Melebur bersama rasa panas yang semakin kuat.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status