Aldo yang sampai di depan gerbang, terkejut melihat pintu kontrakannya terbuka. Ia ingat betul, kalau pintunya sudah dikunci sebelum pergi tadi. Lalu ia merogoh saku, ujung tangannya menyentuh kunci yang masih ada di sana.
"Ron, kontrakan gue pintunya kebuka. Ron! Cepetan!" Aldo berlari menaiki tangga menuju kamar kontrakannya yang berada di pojok lantai dua. Aldo takut, barang-barang berharganya seperti laptop, kamera dan lain-lain hilang di curi. Barang itu yang pertama Aldo cari keberadaannya. Tapi semua rapi. Masih ada di tempatnya. Tapi bau kemenyan bakar sangat menusuk hidung saat masuk ke sana.
"Do, kok ada sesajen di sini?" ucap Roni
Aldo dan Roni kaget melihat ada sesajen dengan kemenyan yang masih mengepul berada di atas tempat tidur.
"Hah, sesajen?!" kata Ronim
"Jangan-jangan??" Aldo dan Roni saling pandang. Aldo kebingungan, maksudnya apa ini? Tapi ia lebih kesal karena ada orang yang sembarangan masuk ke kamarnya.
Sesajen berupa nampan kecil yang berisikan ayam bakar, kelapa, kopi, rokok bunga dan beras tersusun rapi di atas kasur. Tapi siapa yang melakukan ini?
Saat Aldo masih shock dengan sesajen itu, tanpa aba-aba Roni malah menyantap daging ayamnya,"Hey, Ron. Jangan di makan.!" namun itu terlambat. Roni sudah memakan daging itu dengan lahap.
"Sayang, Do. Makanan enak di anggurin."
"Tapi itu sesajen, Ron. Takut kenapa-kenapa," jawab Aldo khawatir.
"Alaah, jangan takut. Aku udah biasa kok. Di makam-makam cina, jeruk dan apelnya sering aku bawa pulang, heheheh. Lagian mahluk astral kan gak bisa ngunyah, yang bisa ngunyah kan kita-kita ini. Ayo, kamu mau gak? Walau hambar, tapi lumayan lah, perbaikan gizi," Roni menawarkan daging ayam itu pada Aldo, namun Aldo tak berminat sedikit pun.
Aldo lalu berjalan keluar. Ia ingin mencari tau siapa yang masuk ke kontrakannya tanpa ijin dan meletakan barang-barang aneh(sesajen) di kasurnya. Ia lalu menuruni tangga dan menggedor pintu rumah pemiliknya.
Tok tok tok!
Aldo mengetuk pintu pengurus kontrakan.
Pintu pun terbuka memunculkan sosok Bi Sumi yang judes.
"Apa lagi?" tanyanya ketus.
"Maaf, Bu. Ada orang yang masuk ke kontrakan saya, nyimpan sesajen segala. Kira-kira ibu tau tidak siapa pelakunya?" tanya Aldo, walau sebal dengan muka judesnya tapi ia ingin memberi pelajaran pada si pelaku.
"Memangnya kenapa?" jawab Bi Sumi, datar. Sontak Aldo terkejut dengan pertanyaan balasan itu.
"Kenapa??" Aldo tak habis pikir, wanita itu akan menganggap sepele hal itu. "Ya ... itu kan gak sopan. Masuk rumah orang seenaknya," jawab Aldo.
"Terus, mau kamu apa?" Bi Sumi masih dengan wajah judes, melirik dengan sudut mata, seperti meremehkan.
"Ya, saya pengan tau siapa dan dia harus minta maaf pada saya," jawab Aldo sedikit kesal.
"Aku yang masuk ke kontrakanmu," jawab Bi Sumi singkat.
Aldo sudah menduganya karena yang bisa masuk selain pemilik ya ... yang memegang kunci cadangan.
"Untuk apa?" tanya Aldo penasaran.
"Lah. Katanya digangguin, ada yang nangis ada yang lari-lari. Dibantu ngilangin, malah nuduh pencuri. Dasar wong edan, wong gendeng."
Aldo mengerti arti kata edan dan gendeng itu umpatan. Walau merasa sangat kesal, ia coba menahannya.
"Saya tak percaya hal-hal mistis seperti sesajen dan yang lainnya. Bawa kembali barang-barang itu dan jangan berani masuk lagi tanpa sepengetahuan saya, atau nanti saya adukan perbuatan ibu ke pemiliknya" gertak Aldo geram.
"Hahah berani benar kau anak muda. Kau tak tahu apa-apa," ejek Bi Sumi seakan meremehkan.
Aldo sudah tak tahan, ia lalu membalikan badan dan berjalan menjauhi tempat itu. Lalu saat baru beberapa meter, Bi Sumi sedikit berteriak. "Hey, bilang sama temanmu. Yang sopan kelakuannya. Kalau tidak, dia akan dapat akibatnya," teriak Bi Sumi. Aldo enggan menanggapi. Ia terus saja berjalan menaiki tangga. Lalu saat sampai di kontrakannya, ia melihat Roni akan membuka kelapanya."Ron! Jangan, Ron!." Aldo langsung mengambil kelapa sesajen dari tangan Roni.
"Kenapa sih, Do. Lebay amat." Roni sedikit kecewa
"Ini bukan punya kamu. Ini punya orang," jawab Aldo sembari meletakan lagi kelapa ke tempatnya.
"Punya siapa? Roh? Lagian mereka gak doyan beginian. Mereka maunya doa, bukan sesajen," Roni mulai sewot.
"Tapi tetap aja, itu bukan punya kamu."
"Ah terserah lah. Buang sesajen itu dari depan mukaku. Kaya mau ditumbalin aja," Roni ngedumel.
Saat Aldo membuka pintu untuk meletakan sesajen itu di luar. Tiba-tiba Bi Sumi merebutnya dari tangan Aldo.
"Bilang sama temanmu. Jaga sikapnya. Atau nanti sia kena tuah," ucap Bi Sumi dengan wajah judesnya.
Roni terus saja berada di kamar mandi. Entah apa yang dia lakukan hingga tak kunjung keluar juga. Aldo pikir mungkin temannya itu salah makan. Aldo jadi kepikiran ucapan Bu Sumi dan saat Sahabatnya itu makan makanan sesajen. Ucapan Bu Sumi itu seperti ancaman halus.
Aldo jadi hawatir. Ia lalu menggedor pintu kamar mandi untuk memastikan keadaan sahabatnya itu.
"Ron. Lu baik-baik aja kan? Kok gak keluar-keluar?"
"Iiiya Do, bentar."
Tak lama dari pintu kamar mandi terbuka. "Aduh, Do. Perut gue sakit banget, Do." ucap Roni sambil memegangi perutnya. Wajahnya pun sudah mulai pucat.
"Tolongin gue Do. Perut gue rasanya melilit banget. Kaya mau mati."
Aldo panik melihat sahabatnya itu kesakitan.
"Oke. Lu diem di sini. Gue mau ke warung cari obat. Tunggu ya!"
Part 5Roni tak mengindahkan ucapan Aldo karena berlari lagi ke WC. Aldo lalu pergi sendiri ke warung depan gang sambil membawa galon kosong. Sekalian isi air.Jalan menuju warung harus melewati gang sempit yang agak gelap, karena pencahayaan yang hampir tak ada. Hanya mengandalkan satu lampu di ujung gang sebagai penerang.Saat Aldo sedang berjalan di gang sempit dan gelap itu, tiba-tiba dari arah depan ada segerombolan pria berpakaian preman hendak melintas juga. Keadaan gang yang sempit, memaksa salah satu harus menyender pada dinding untuk mempersilahkan yang lain lewat dulu. Aldo yang badannya lebih kecil, mengalah memberi jalan.Saat pria-pria berbadan tambun melintas aroma bau melati lalu kapur barus menyeruak ke indra penciuman Aldo. Ia berusaha menahan napas karena baunya sangat menyengat, tapi sia-sia saja. Tetap bau melati dan kapur barus itu membuat Aldo pusing dan hampir muntah.Anehnya setelah Aldo menengok ke belakang. Pria-pria tadi
Part 6Saat suasana masih mencekam. Membangunkan Roni percuma. Dia seperti mayat hidup tak bisa dibangunkan dengan pukulan tanganm Aldo berusaha mencari lampu emergency. Saat lampu berhasil ditemukan tiba-tiba lampu hidup kembali. Aldo pun mengecek kameranya yang lain. Beruntung kamera yang satunya lagi on. Suara-suara ketukan tak lagi terdengar. Aldo kuras setelah ia ada teman yang menemaninya di kontrakan itu, gangguan-gangguan aneh tak akan muncul lagi. Tapi ternyata Aldo salah. Gangguan itu masih saja ada dan semakin mengerikan.Aldo melakukan siaran live lagi. Betapa terkejutnya ia melihat hasil videonya yang tadi. Lima ribu penonton dengan dua ribu lima ratus komentar. Aldo takjub sejenak melihat angka-angka itu. Ia jadi bersemangat melakukan live lagi. Ini kali kedua live videonya meledak."Hai gais. Maaf terputus tadi. Biasa. Kamera ngadak-ngadak mati sendiri. Lanjut cerita di gang itu lagi ya gais. Pas aku lagi jalan, dari depa
"Ron, Lu dimana?" Teriak Aldo."Weits nyantai aja bos. Gak usah teriak-teriak gitu. Gue di rumah, Do.""Hah? Di rumah?!""Iya, sorry Bro. Gue gak jadi nginep. Perut gue gak bisa diajak kompromi. Takut ganggu lo, jadinya gue pulang aja.""Lu pulang? Kapan?" tanya Aldo."Waktu lo beli obat. Lama banget, gue pulang gak tahan.""Hah, dari gue beli obat?!! Terus yang tidur bareng gue siapa dong?" Aldo jadi merinding ketakutan. Kakinya lemes berasa tak menapak."Serius Lu pulang dari pas gue ke warung? Ko kita gak papasan jalan?" Aldo baru ingat kalau saat pulang dari warung, ia mengambil jalan yang lain."Lah. Lu gak percaya? Nih ngomong ama bini gue, perut masih mules nih." Lalu suara Roni menghilang pun dengan sambungan telepon yang terputus.Aldo masih lemas dan takut mengingat kalau ia semalam tidur dengan mahluk lain. Pantas saja ngoroknya beda, keras banget. Aldo juga baru ingat kalau ia dan Roni tak
Bab 8Ojek online berhenti di sebuah SPBU. Aldo yang memintanya untuk menunggu sebentar. Ada uang tips juga untuk waktu tunggu yang akan diberikan Aldo diluar ongkos. Bang Ojol lanjut mengisi bensin sedangkan Aldo langsung berlari ke kamar mandi setelah membeli beberapa keperluan mandi di minimarket.Mandi di SPBU lebih nyaman dan aman, dari pada mandi di kontrakan. Ia takut kejadian saat air keran berubah merah terulang lagi. Toilet nya bersih dan wangi, seperti baru saja dibersihkan membuat Aldo nyaman membasuh badannya. Segarrr...Setelah beres mandi Aldo kemudian melanjutkan ke sebuah toko pakaian dulu untuk mengganti bajunya. Bang Ojol dengan setia mengantar. Hanya sepasang baju saja yang ia beli dan langsung dipakai di ruang ganti setelah membayarnya lebih dulu di kasir.Baju baru, wajah fresh siap bertemu dengan seseorang yang bisa memecahkan misteri kontrakan sebenarnya. Tak sabar Aldo ingin segera bertemu pelita.[A
Part 9__Setelah menjenguk Roni di rumah sakit, Aldo mengajak Pelita untuk melihat kontrakannya. Awalnya pelita menolak karena mendapat ancaman dari mahluk-mahluk itu, namun Aldo sedikit memaksanya, maka ia pun akhirnya ikut ke kontrakan."Pelita, tadi temanku nyuruh mintain maaf ke penjaga kontrakan. Kira-kira kenapa ya?" tanya Aldo yang masih bingung saat mereka sedang berjalan menuju kontrakan."Memang sebelumnya temanmu salah apa?" tanya Pelita datar."Dia memakan sesajen di sana," ucap Aldo. Ia yakin sakitnya Roni pasti masih berkaitan dengan dengan makan sesajen itu."Oh, pantes tadi perutnya dimakan-, Ups" Pelita menutup mulutnya. Hampir saja ia mengatakan itu."Dimakan apa?" Aldo penasaran."Ya ... ja-jangan dimakan kalau sesajen, nanti ada yang marah." Pelita mengalihkan ucapannya lalu berjalan lebih cepat tak ingin Aldo menanyai hal yang bisa membuatnya salah bicara lagi.Aldo merasa aneh, mengapa Pelita tahu
Bab 10Biasanya jika ada yang meninggal, arwahnya akan ada di samping jenazah, melihat siapa saja yang melayat. Namun kali ini Pelita tak melihat arwah Roni di sana. Sekalipun korban kecelakaan atau jasadnya hilang, tapi saat pemakaman pasti mereka datang melihat yang bersedih untuknya. Makanya di beberapa negara ada jasa untuk menangis di pemakaman. (India dan Jepang) sebagai penghibur kalau sang Arwah sangat dicintai.Pelita pamit pulang lebih dulu. Sedangkan Aldo masih berada di krematorium. Ia masih shock dan bersedih atas kepergian sahabatnya itu.Aldo mengikuti semua rangkaian acara untuk melepas kepergian Roni. Acara berakhir kira-kira pukul lima sore. Aldo masih tak percaya sahabatnya kini telah pergi. Ia pun pulang ke kontrakannya. Entah mengapa kini Aldo tak takut lagi masuk ke kontrakan itu. Mungkin rasa sedih dan lelah setelah seharian di pemakaman membuat Aldo tidur dengan nyenyak.Samar-samar Aldo melihat bayangan Roni. Masih dengan ba
Aldo mencari seseorang yang bisa mengusir mahluk itu. Ia ingin hidup tenang tanpa diganggu kehidupannya oleh hal-hal yang sangat membuatnya tak nyaman."Ada yang punya kenalan orang yang bisa ngusir setan gak?" tulis Aldo membuat pengumuman di media sosial miliknya. Berharap ada seseorang yang bisa membantu mengusir mereka.Langsung banyak yang merespon. Dari sekian banyak yang menawarkan terselip satu komentar dari pelita. "Bukannya kamu senang, karena hal itu subscribe kamu jadi tambah banyak"Seperti sindiran sinis bagi Aldo. Ia lalu berpikir lagi sebenarnya apa tujuan tetap bertahan di tempat terkutuk itu. Padahal gampang, tinggal pindah saja. Uang sejuta tak seberapa baginya, itu hanya alasan semata agar tetap mendapat popularitas berkat konten horor.Ia berpura-pura tak nyaman, padahal sangat senang videonya ditonton ratusan ribu orang. Tapi, bukan kah hidup adalah tantangan."Aku bisa membantumu" sebua
Sepulang dari WC mushalla, Aldo kembali ke kamarnya dan mengunci pintu. Lantunan orang mengaji menandakan bahwa waktu subuh sebentar lagi tiba. Aldo yang masih mengantuk, berbaring kembali di kasur dan menarik selimut ke seluruh badannya. Dia jadi teringat mimpinya tadi tentang Roni."Mengapa ia muncul di mimpiku? Semoga kau tenang di surga kawan," ucap Aldo.Hari ini jadwal Aldo adalah mengambil barang-barang di kontrakan kenanga ke kosannya yang baru. Namun, Aldo sedikit takut, takut kalau bi Sumi marah dan murka atau mengirimkan pasukan mahluk astral-nya karena berani pindah.Aldo lalu teringat Doma. Kalau Doma ikut, pasti bisa ditangkal olehnya. Tangan Aldo meraih handphone untuk menghubungi Doma, tapi saat akan menekan tombol, Aldo teringat saat ia membawa Pelita ke sana. Bi Sumi sangat tidak suka. Nanti jadi masalah baru lagi, pikirnya. Saat