Part 3
"Do, bangun do!"
Aldo akhirnya membuka mata setelah mendengar suara yang memanggil dan menyentuh-nyentuh pipinya.
"Lo, kenapa tidur di sini sih?"
"Hah?! Dimana?" Aldo memandang ke sekeliling. Ternyata ia tertidur di bak mandi. Semua bajunya basah, logikanya kalau baju basah atau kedinginan kan susah untuk terlelap tidur dan Aldo yakin diingatan terakhirnya saat mati lampu, dia ada di depan pintu. Kenapa bisa jadi di kamar mandi? Benar-benar aneh.
"Tolong! Tolongin gue gais. Bawa gue pergi," kata Aldo ketakutan.
"Lo kenapa, Do? Makanya gue dan Roni ke sini. Lihat postingan Lo semalam. Kita ngehawatirin lo." Dipapahnya Aldo oleh teman-temannya ke ruang tengah.
"Muke lu pucet banget, Do. Lu belum makan kan? Tuh gue bawa nasi Padang. Makan gih,"
"Wah, makasih. Friend. Emang bener gue kelaparan dari kemarin." Aldo menyantapnya dengan lahap setelah mengeringkan badan.
"Wah! Do! Follower dan subsqribe lu nambah drastis. Ampe dua ribuan. Hebat, gais!
"Hah?! Mana?" Aldo mengesampingkan nasi padangnya untuk melihat layar handphone itu.
"Video lo semalam jadi trending. Komenan juga udah ribuan. Lo kayaknya cocok di genre horor, Man."
Pikiran Aldo melayang kebingungan. Satu sisi ia senang penontonnya bertambah, tapi di sisi lain. Ia tak sanggup mengalami hal-hal aneh lagi di kontrakan ini. Lalu Aldo membuka DM dari akun bernama pelita, yang kemarin mengingatkan Aldo untuk pergi.
[Ka Aldo. Gak apa-apa kan?]
[Ka Aldo tidur di bak mandi kan? Syukurlah.]
Aldo kaget, kenapa akun pelita itu tau dia ditemukan di bak mandi. Ia jadi percaya kalau dia memang punya kemampuan.
[ Dear Pelita. Bisa kita ketemu? Aku butuh bantuanmu. Please] ketik Aldo membalas pesan pelita.
Aldo jadi berpikir untuk memanfaatkannya sebagai pendongkrak popularitas. Follower dan subscriber yang bertambah pesat, sampai ribuan hanya dalam beberapa jam saja membuat Aldo melupakan ketakutannya. Ia berpikir kalau punya seseorang yang bisa menangkalnya, semua akan aman terkendali.
Ting ! bunyi DM masuk
[Bisa, Ka. Kapan?] balas Pelita.
[Kamu kapan bisanya? Eh BTW kamu lokasinya di mana? Aku Jakarta]
[ Aku Jakarta timur, Ka. Besok aku bisa.]
[Oke. Besok di musium Fatahilah. Gimana?] tanya Aldo.[Oke. Jam 9 ya, eh, Ka Aldo. Usahakan malam ini jangan tidur di sana, atau ajak teman untuk menemani. Jangan tidur di kasur itu dan jangan menyimpan apapun di lemari. Tidurlah menghadap barat, usahakan berdoa sebelum tidur.]
[Oke. Akan aku lakuin, thanks]
"Chat sama siapa sih, Do? Serius amat?" tanya Roni yang membuat Aldo kaget.
"Temen. Eh Ron, malam ini temenin gue ya. Semalaam aja. Gue traktir rokok deh," bujuk Aldo.
"Oh wokeh, Bos!" Roni langsung setuju dengan mengacungkan jempolnya.
"Ron. Lu gak takut nginep di sini? Lu kan takut hantu?"ucap teman satunya lagi.
"Gue lebih takut sama mertua gue dari pada sama hantu, Mod. Gak ada ceritanya tuh hantu makan orang. Kalau mertua makan menantu, banyak."
Hahahaha
Roni memang orang yang humoris. Dia bisa membuat suasana horor jadi humor dan pasti bisa membuat siapapun tertawa ngakak.
Tempat yang seharusnya nyaman ditinggali sendiri, kini malah tak nyaman. Dulu Aldo bisa seharian di dalam kamar untuk mengedit dan membuat konten. Sekarang di tempat itu, jangankan seharian. Semalam saja tadi, berasa sangat lama.
Aldo dan kedua temannya memutuskan keluar mencari bahan makanan untuk nanti malam. Aldo masih penasaran, suara orang mandi dan memasak semalam ia yakin dari kontrakan sebelah. Tapi apa ia kosong? Aldo lalu menanyakan pada ibu yang mengantarkannya dulu ke kontrakan ini karena kebetulan berpapasan di gang.
"Bu, pemilik kontrakan itu ya?" tanya Aldo. Namun si ibu memperlihatkan wajah judes, enggan menjawab.
"Iya, ada apa?" jawabnya ketus
"Kalau kontrakan di sebelahku itu kosong atau berpenghuni?" tanya Aldo.
Si ibu tak langsung menjawab, malah menatap Aldo dari atas ke bawah.
"Memangnya kenapa? Dia gangggu?" Ibu itu malah balik nanya. Padahal yang Aldo butuhkan jawaban berpenghuni atau tidak.
"Enggak. Hanya saja semalam ada suara orang mandi dan masak."
"Suara anak kecil berlarian, enggak? Suara yang nyuruh pergi enggak? Atau suara wanita menangis, gak dilaporin juga?"
Aldo terkejut. Dari mana ibu itu tau semuanya? Padahal tak ada satupun orang yang Aldo beri tahu.
"Kok Ibu tahu?" Aldo penasaran.
"Saya bilangin ya Mas. Kalau mau ngontrak di sini jangan banyak ngomong. Apalagi banyak curhat sama orang. Diam dan abaikan saja." Lalu ibu itu berlalu pergi. Aldo masih berusaha mencerna apa maksud si ibu tadi. Diam? Abaikan? Apa pemiliknya tau kalau kontrakannya berhantu? Wah misterius ini.
"Apanya yang misterius?"tanya Roni, mengagetkan.
"Enggak. Yo lanjut nyari warung!"
Sesampainya di warung kelontongan yang tepat berada di sisi gang, Aldo membeli beberapa bungkus mie instan dan camilan.
"Bu, maaf mau tanya. Tau Kontrakan kenanga?" tanya Aldo. Si ibu pemilik warung dan suaminya malah saling pandang.
"Tau, memangnya kenapa, Mas?"
"Ibu yang tadi itu pemiliknya ya?" Menunjuk pada wanita yang berpapasan dengan Aldo tadi.
"Oh, yang barusan lewat itu Bi Sumi. Dia bukan pemiliknya, tapi orang yang bekerja di sana. Orang kepercayaan lah, semacam itu. Pemiliknya itu Bu Arum dan Pak Bandi," jawab ibu warung.
"Bukan yang punya tapi kok judes amat, yak," ucap Roni. Namun cepat dicubit Aldo.
"Orang sini gak bakalan ada yang mau ngontrak di sana, karena -," belum selesai si ibu bicara, suaminya sudah menempelkan tangan pada mulut si ibu warung.
"Hush, jangan ngomong sembarangan," tegur suaminya "maaf, ya, .Nak. Istri saya suka ngelantur ngomongnya," bapak itu lalu mendorong istrinya untuk masuk.
Sebenarnya Aldo penasaran dengan ucapan ibu warung tadi, tapi melihat sikap suaminya yang begitu, membuat Aldo urung menanyakannya lagi.
Aldo sudah merasakan banyak kejanggalan. Hanya saja, ia tak tahu bagaimana memecahkannya atau bertanya pada siapa. Pelita, ya akun pelita itu mungkin bisa menjawab semuanya. Aldo masih memikirkan cara agar ia tetap bisa bertahan untuk membuat konten horor selanjutnya.
Sembari memikirkan itu. Aldo berjalan menuju pulang ke kontrakannya bersama Roni. Setelah hampir sampai, ia kaget melihat pintu kontrakannya terbuka.
"Ron, kontrakan gue terbuka. Ron! Cepetan!" Aldo berlari menaiki tangga menuju kamar kontrakannya yang berada di pojok lantai dua. Aldo takut, barang-barang berharganya seperti laptop, kamera dan lain-lain hilang di curi. Barang itu yang pertama Aldo cari keberadaannya. Tapi semua ada.
"Do, kok ada sesajen di sini?" kata Roni.
Aldo dan Roni saling pandang, kaget melihat ada sesajen dengan kemenyan yang masih mengepul berada di atas tempat tidurnya."Jangan-jangan??"
.Aldo yang sampai di depan gerbang, terkejut melihat pintu kontrakannya terbuka. Ia ingat betul, kalau pintunya sudah dikunci sebelum pergi tadi. Lalu ia merogoh saku, ujung tangannya menyentuh kunci yang masih ada di sana."Ron, kontrakan gue pintunya kebuka. Ron! Cepetan!" Aldo berlari menaiki tangga menuju kamar kontrakannya yang berada di pojok lantai dua. Aldo takut, barang-barang berharganya seperti laptop, kamera dan lain-lain hilang di curi. Barang itu yang pertama Aldo cari keberadaannya. Tapi semua rapi. Masih ada di tempatnya. Tapi bau kemenyan bakar sangat menusuk hidung saat masuk ke sana."Do, kok ada sesajen di sini?" ucap RoniAldo dan Roni kaget melihat ada sesajen dengan kemenyan yang masih mengepul berada di atas tempat tidur."Hah, sesajen?!" kata Ronim"Jangan-jangan??" Aldo dan Roni saling pandang. Aldo kebingungan, maksudnya apa ini? Tapi ia lebih kesal karena ada orang yang sembarangan masuk ke kamarnya.
Part 5Roni tak mengindahkan ucapan Aldo karena berlari lagi ke WC. Aldo lalu pergi sendiri ke warung depan gang sambil membawa galon kosong. Sekalian isi air.Jalan menuju warung harus melewati gang sempit yang agak gelap, karena pencahayaan yang hampir tak ada. Hanya mengandalkan satu lampu di ujung gang sebagai penerang.Saat Aldo sedang berjalan di gang sempit dan gelap itu, tiba-tiba dari arah depan ada segerombolan pria berpakaian preman hendak melintas juga. Keadaan gang yang sempit, memaksa salah satu harus menyender pada dinding untuk mempersilahkan yang lain lewat dulu. Aldo yang badannya lebih kecil, mengalah memberi jalan.Saat pria-pria berbadan tambun melintas aroma bau melati lalu kapur barus menyeruak ke indra penciuman Aldo. Ia berusaha menahan napas karena baunya sangat menyengat, tapi sia-sia saja. Tetap bau melati dan kapur barus itu membuat Aldo pusing dan hampir muntah.Anehnya setelah Aldo menengok ke belakang. Pria-pria tadi
Part 6Saat suasana masih mencekam. Membangunkan Roni percuma. Dia seperti mayat hidup tak bisa dibangunkan dengan pukulan tanganm Aldo berusaha mencari lampu emergency. Saat lampu berhasil ditemukan tiba-tiba lampu hidup kembali. Aldo pun mengecek kameranya yang lain. Beruntung kamera yang satunya lagi on. Suara-suara ketukan tak lagi terdengar. Aldo kuras setelah ia ada teman yang menemaninya di kontrakan itu, gangguan-gangguan aneh tak akan muncul lagi. Tapi ternyata Aldo salah. Gangguan itu masih saja ada dan semakin mengerikan.Aldo melakukan siaran live lagi. Betapa terkejutnya ia melihat hasil videonya yang tadi. Lima ribu penonton dengan dua ribu lima ratus komentar. Aldo takjub sejenak melihat angka-angka itu. Ia jadi bersemangat melakukan live lagi. Ini kali kedua live videonya meledak."Hai gais. Maaf terputus tadi. Biasa. Kamera ngadak-ngadak mati sendiri. Lanjut cerita di gang itu lagi ya gais. Pas aku lagi jalan, dari depa
"Ron, Lu dimana?" Teriak Aldo."Weits nyantai aja bos. Gak usah teriak-teriak gitu. Gue di rumah, Do.""Hah? Di rumah?!""Iya, sorry Bro. Gue gak jadi nginep. Perut gue gak bisa diajak kompromi. Takut ganggu lo, jadinya gue pulang aja.""Lu pulang? Kapan?" tanya Aldo."Waktu lo beli obat. Lama banget, gue pulang gak tahan.""Hah, dari gue beli obat?!! Terus yang tidur bareng gue siapa dong?" Aldo jadi merinding ketakutan. Kakinya lemes berasa tak menapak."Serius Lu pulang dari pas gue ke warung? Ko kita gak papasan jalan?" Aldo baru ingat kalau saat pulang dari warung, ia mengambil jalan yang lain."Lah. Lu gak percaya? Nih ngomong ama bini gue, perut masih mules nih." Lalu suara Roni menghilang pun dengan sambungan telepon yang terputus.Aldo masih lemas dan takut mengingat kalau ia semalam tidur dengan mahluk lain. Pantas saja ngoroknya beda, keras banget. Aldo juga baru ingat kalau ia dan Roni tak
Bab 8Ojek online berhenti di sebuah SPBU. Aldo yang memintanya untuk menunggu sebentar. Ada uang tips juga untuk waktu tunggu yang akan diberikan Aldo diluar ongkos. Bang Ojol lanjut mengisi bensin sedangkan Aldo langsung berlari ke kamar mandi setelah membeli beberapa keperluan mandi di minimarket.Mandi di SPBU lebih nyaman dan aman, dari pada mandi di kontrakan. Ia takut kejadian saat air keran berubah merah terulang lagi. Toilet nya bersih dan wangi, seperti baru saja dibersihkan membuat Aldo nyaman membasuh badannya. Segarrr...Setelah beres mandi Aldo kemudian melanjutkan ke sebuah toko pakaian dulu untuk mengganti bajunya. Bang Ojol dengan setia mengantar. Hanya sepasang baju saja yang ia beli dan langsung dipakai di ruang ganti setelah membayarnya lebih dulu di kasir.Baju baru, wajah fresh siap bertemu dengan seseorang yang bisa memecahkan misteri kontrakan sebenarnya. Tak sabar Aldo ingin segera bertemu pelita.[A
Part 9__Setelah menjenguk Roni di rumah sakit, Aldo mengajak Pelita untuk melihat kontrakannya. Awalnya pelita menolak karena mendapat ancaman dari mahluk-mahluk itu, namun Aldo sedikit memaksanya, maka ia pun akhirnya ikut ke kontrakan."Pelita, tadi temanku nyuruh mintain maaf ke penjaga kontrakan. Kira-kira kenapa ya?" tanya Aldo yang masih bingung saat mereka sedang berjalan menuju kontrakan."Memang sebelumnya temanmu salah apa?" tanya Pelita datar."Dia memakan sesajen di sana," ucap Aldo. Ia yakin sakitnya Roni pasti masih berkaitan dengan dengan makan sesajen itu."Oh, pantes tadi perutnya dimakan-, Ups" Pelita menutup mulutnya. Hampir saja ia mengatakan itu."Dimakan apa?" Aldo penasaran."Ya ... ja-jangan dimakan kalau sesajen, nanti ada yang marah." Pelita mengalihkan ucapannya lalu berjalan lebih cepat tak ingin Aldo menanyai hal yang bisa membuatnya salah bicara lagi.Aldo merasa aneh, mengapa Pelita tahu
Bab 10Biasanya jika ada yang meninggal, arwahnya akan ada di samping jenazah, melihat siapa saja yang melayat. Namun kali ini Pelita tak melihat arwah Roni di sana. Sekalipun korban kecelakaan atau jasadnya hilang, tapi saat pemakaman pasti mereka datang melihat yang bersedih untuknya. Makanya di beberapa negara ada jasa untuk menangis di pemakaman. (India dan Jepang) sebagai penghibur kalau sang Arwah sangat dicintai.Pelita pamit pulang lebih dulu. Sedangkan Aldo masih berada di krematorium. Ia masih shock dan bersedih atas kepergian sahabatnya itu.Aldo mengikuti semua rangkaian acara untuk melepas kepergian Roni. Acara berakhir kira-kira pukul lima sore. Aldo masih tak percaya sahabatnya kini telah pergi. Ia pun pulang ke kontrakannya. Entah mengapa kini Aldo tak takut lagi masuk ke kontrakan itu. Mungkin rasa sedih dan lelah setelah seharian di pemakaman membuat Aldo tidur dengan nyenyak.Samar-samar Aldo melihat bayangan Roni. Masih dengan ba
Aldo mencari seseorang yang bisa mengusir mahluk itu. Ia ingin hidup tenang tanpa diganggu kehidupannya oleh hal-hal yang sangat membuatnya tak nyaman."Ada yang punya kenalan orang yang bisa ngusir setan gak?" tulis Aldo membuat pengumuman di media sosial miliknya. Berharap ada seseorang yang bisa membantu mengusir mereka.Langsung banyak yang merespon. Dari sekian banyak yang menawarkan terselip satu komentar dari pelita. "Bukannya kamu senang, karena hal itu subscribe kamu jadi tambah banyak"Seperti sindiran sinis bagi Aldo. Ia lalu berpikir lagi sebenarnya apa tujuan tetap bertahan di tempat terkutuk itu. Padahal gampang, tinggal pindah saja. Uang sejuta tak seberapa baginya, itu hanya alasan semata agar tetap mendapat popularitas berkat konten horor.Ia berpura-pura tak nyaman, padahal sangat senang videonya ditonton ratusan ribu orang. Tapi, bukan kah hidup adalah tantangan."Aku bisa membantumu" sebua