Share

bab 22 : growing fear — 2

"Kau benar-benar sudah baik-baik saja, Sima?" sembari mencatat stok kain yang baru datang, Kinara bertanya. Atensi kedua netra indah itu lantas beralih sepenuhnya pada wajah jelita Sima, salah satu sahabat baiknya selain Anindita. Wanita yang tengah hamil muda itu tampak semakin pucat sore ini. "Jangan dipaksakan jika masih belum kuat."

Kepala dengan rambut menjuntai panjang itu menoleh, sesaat menghentikan kegiatannya menata gaun-gaun terbaru pada display di hadapannya. "Aku baik, Nara ... aku masih butuh uang, makanya aku harus berangkat bekerja." Ia lantas kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Ah, apakah suamimu yang pelukis itu sudah gulung tikar?" Anindita—dengan sebuah gaun berwarna peach di kedua tangannya—menimpali sembari mengangkat satu alisnya kala bersitatap dengan Sima, namun tiada menghentikan langkah kakinya menuju meja kasir. Sedangkan di belakang tubuh ramping itu terlihat dua sosok yang mengekorinya. Ah, wanita itu sedang melayani pelanggan rupanya.

Tentu Sima menoleh c
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status