Share

4

Penulis: qeynov
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-25 07:17:31

"Gallen tuh, Gallen! Samperin, Bro!" Boy menepuk pundak Sahrul ketika matanya menangkap pentolan grup mereka di pinggir jalan.

"Acie-Cie! Pacaran. Pantes diajak  mab.. Weh, Bangsul. Napa ol," belum sempat keduanya merampungkan godaan, motor yang ditumpangi keduanya menabrak tempat cuci piring tukang sate. Alhasil mereka pun terjatuh dengan kondisi memprihatinkan, membuat Gallen tertawa terbahak-bahak.

 "Gimana sih lo, Rul! Jatoh kita!" Hardik Boy sembari mencoba berdiri.

Sahrul yang dimarahi pun abai. Ia menatap sendu motor hasil curiannya. Mamanya pasti mengamuk nanti Sudahlah ia membawa lari motor pembantu mereka, motor itu ia buat menabrak lagi.

"Lah lo ngapain nangis, Bangsat?!"

"Tanggung jawab lo, Boy! Lo yang nyuruh pake ini motor. Udah tau gue punyanya Sim A!"

Boy menepuk keningnya. Ia pikir patah tulang, ternyata perkara motor. "Cemen lo! Ntar gue polesin biar kinclong lagi!"

"Nyokap gue?!"

"Iye ntar gue bilang kalau gue yang bawa. Ribet amat lo anak mama!"

"Hahahaha!! Lo berdua malem-malem ngehibur kegabutan gue." Gallen menghampiri keduanya dengan tawa yang tidak surut sedikit pun. Sahabat-Sahabatnya sangatlah antik. Satu hari tidak berulah sepertinya akan cacingan. Pas-lah kalau mereka awet berteman sampai sekarang.

"Ganti woy piring Bapak Sate. Diarak warga ntar lo." Ujar Gallen, masih dengan tawa yang mengudara.

"Emang anjing si Sahrul! Bawa motor aja kagak bener. Gimana bawa kapal cinta. Bukannya bermuara ke pernikahan, malah ke rumah pemakaman yang ada!"

Gallen pun terbahak untuk yang kesekian kali. Boy dan sok puitisnya— sebuah hiburan yang tak boleh dilewatkan.

"Lo berdua ngapain naik motor, Nyet? Mobil pada disita?"

"Nyari angin kita. Mau ke rumah lo buat main PS. Eh, ternyata lo-nya pacaran. Nggak asik banget sumpah!"

"Yeee, jomblo!" dengan entengnya Gallen menoyor kepala Boy, "nggak usah ganggu acara gue! Gue orang sibuk. Kalau mau maen, bikin appointment dulu kek."

"Dikira Pak Jokowi kali," balas Boy nyinyir. "Bantuin gue.. Anjrot lah! Masih aja liatin motor kayak orang susah. Sahrul!!" Geram Boy.

"Balik sono balik. Urusan piring biar gue yang atasin. Hahahaha!!"

"Thanks! Catet utang aja, kalau ketemu lunas!"

"Bangke!" Maki Gallen sembari menendang angin kosong. Ia lantas kembali pada line antriannya bersama Nava. "Pak itu sekalian piring sama baknya yang rusak. Abis mabok mereka, Pak!"

"Beneran?!" Pekik Navara, kaget.

"Canda, Ay. Si Sahrul nggak bisa bawa motor," lagi-lagi ia terkikik. Tampang Sahrul tadi menggelitik perutnya.

"Makan di rumah lo aja ya," ucap Gallen setelah mereka berada di dalam mobil.

Berjam-jam Gallen habiskan di depan ruang TV Navara. Ia sangat suka menghabiskan waktu bersama gadis itu. Tak jarang Gallen berdoa supaya Bunda Navara kerap melakukan perjalanan bisnis dengan atasannya. Dengan begitu ia jadi memiliki waktu tak terbatas.

"Jam sebelas, balik gih! Dimarahin Bunda loh ntar."

"Ish! Ntaran lagi kek, Ay. Masih seru film-nya." Protes Gallen, “kan udah gue sogok pake kue putu tadi.”

"Gallen besok sekolah!"

Navara melipat kedua tangannya ketika suara sang Bunda menyeruak. Usiran sudah berkumandang, itu tandanya Gallen harus segera angkat kaki.

"Iya Bunda! Cuci piring dulu."

"Nggak usah, Sayang. Biar Mbak aja besok!" Serangan balasan mematahkan gairah Gallen. Pundaknya langsung luruh seketika. Ada saja gangguan kalau mau mojok.

"Ay," Gallen menarik Navara agar keduanya menempel, "jangan dikunci. Lima belas menit lagi gue ke kamar," bisiknya pelan. Tak lupa Gallen mengecup kening tunangannya sebagai salam perpisahan sementara.

“Pake linger..”

“Bunda Gallenya nggak balik-balik nih!” Teriak Navara memotong ucapan ngawur Gallen.

“Awas ya lo! Gue perawanin ntar lo!” Kata Gallen serupa bisikan. Ia tak berani kencang-kencang, takut kalau restu yang sudah diberikan ditarik kembali edarannya.

Gallen pun menepati ucapannya. Sesuai dengan waktu yang dirinya perkirakan, pemuda itu sudah melompat menyeberangi pembatas balkon yang memisahkan kamar keduanya. Seperti malam-malam sebelumnya, ia akan menginap lalu pulang pada keesokan harinya.

Ceklek!

“Kok nggak bisa didorong?!” Gumamnya, bermonolog. Sekali lagi Gallen memutar knop pintu, namun ketika ia mendorongnya, terdapat sebuah ganjalan yang membuat pintu tak dapat terbuka.

Tok! Tok! Tok!

“Ay, bukain!!” Pinta Gallen, berusaha menjaga pita suaranya. Ia yakin sekali jika Navara belum berkelana ke alam mimpi. Bisanya gadis itu masih membaca buku. Apalagi katanya besok akan ada kuis.

“Kuis?”

Kening Gallen menyerngit. Mereka kan satu kelas, kok dirinya tidak tahu kalau akan diadakan kuis?!

“Wah gue ditipu, Anjing!”

Brak! Brak! Brak!!

“Ayang buka nggak? Gue dobrak nih pintu biar pecah sekalian kacanya!!”

“NAVARA!!!”

Keributan yang Gallen timbulkan membuat orang-orang keluar, termasuk kedua orang tuanya.

“YA TUHAN, GALLEN!! NGAPAIN KAMU TENGAH MALEM DISANA?! TURUN!!”

Mata Gallen membeliak. Di bawah sana, ia tak hanya melihat mama, papa, dan calon ibu mertuanya, melainkan gadis yang dicari-carinya. Navara berdiri tepat disamping bundanya itu.

“NGINEP MAH! GALLEN NGGAK BISA TIDUR KALAU NGGAK MELUK NAVARA!!”

“BELUM SAH, GALLEN!!!” Jerit Rebeca, emosi. Anaknya ini memang paling-paling kalau disuruh membuat masalah. Lihatlah sekarang. Seluruh warga komplek mengerubungi rumah mereka.

“Ay! Naek! Ayo bobok!!”

“Pah, anak kamu!!” Rebeca menyenggol lengan suaminya. Harus ada orang yang menyadarkan kebodohan Gallen malam ini sebelum anak itu dinikahkan secara paksa.

“Balik ke kamar kamu, Gallen! Jangan bikin huru-hara! Pak RT sama Pak RW sampe melek ini gara-gara kamu!”

“Yeee bodo amat! Orang Gallen nggak ada urusan sama mereka. Pah suruh mantunya naek, Pah. Gallen udah ngantuk ini!” Jawab Gallen, tak sadar situasi.

“Ay, ayo ih. Nggak usah peduliin mereka. Biasanya aja gimana sih!”

Semua orang terpelongo. Mereka menatap Navara, meminta penjelasan.

“Gallennya maksa. Katanya nggak berani tidur sendiri,” beo Navara membela diri. Sudah dua kali dirinya mendapatkan tatapan aneh karena Gallen.

“Tuh kan, Bu Rebeca. Saya mah nggak mengada-ada. Saya emang sering ngeliat Mas Gallen masuk ke rumah Bu Shintya tengah malem. Mereka selama ini udah bobok bersama, Bu, Pak,” ujar Pak RT setempat.

“Dinikahkan aja sekarang, Pak. Takutnya Mbak Navaranya udah diapa-apain sama Mas Gallen. Kan kasihan. Nanti malah Mas Gallen lupa tanggung jawab!” Celetuk salah satu warga.

“Bener itu!”

“Saya setuju. Mbak Navara anak baik-baik. Kasihan masa depannya dirusak Mas Gallen tiap malem. Mukanya aja keliatan tertekan banget ini.”

“Nah, iya. Mumpung saudara saya yang penghulu nginep di rumah. Bisa ini dimintain tolong, Pak. Besok ada nikahin orang di komplek sebelah.”

“WOI!! PADA NGERUMPI APAAN DAH?! UDAH MALEM! WAKTUNYA BOCAN! SURUH NAVARANYA BALIK KAMAR DONG!” Teriak Gallen dari atas tak mengetahui kekisruhan di bawah.

Rebeca menghela napasnya dalam-dalam. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya. “Bapak-Bapak manjat dulu. Seret itu anak turun terus arak keliling komplek pake bokser aja. Saya dendam!! Setelah itu baru kawinin mereka!!” Seru Rebeca sembari menunjuk anaknya yang memasang raut tak berdosanya.

.

.

Keinginan Rebeca diaminkan oleh bapak-bapak komplek. Mereka semua mengejar Gallen, membuat anak itu menapaki aspal komplek. Kaosnya dilucuti secara paska sebelum tangan dan kakinya diikat.

“Apaan ini? Papa tolongin Gallen! Gallen mau dicoleeeek!! Papaaaa!!!” Jerit Gallen, keringat dingin. Ia semakin gemetaran saat tubuhnya dinaikan ke atas motor bak sampah RT mereka.

“ANJING! Mau dibawa kemana gueeeee!!!”

“NAVAAA!! BANTUIN!!”

Navara terduduk lemah. Ia kehilangan daya. Impiannya menikah dengan proses sakral bertaburkan doa-doa lenyap sudah. Semua ini gara-gara Gallen yang otak-nya kurang satu ons.

“Ya Tuhan Nava. Hidup kamu kok ngenes banget, Sayang.” Rintih Bunda Navara, memandang melas Gallen di atas bak sampah.

“ANJIR! PELAN-PELAN!! KEPALA GUE KEPENTOK!!”

“PAK RT BABI!! AWAS LO! GUE BAKAR MOTOR BUTUT LO BESOK!!”

“MAMAAA!!! HELP MEEE!!”

Komplek yang seharusnya tenang itu, gaduh dengan warga yang menertawakan Gallen. Ungkapan pepatah mengenai terlalu banyak tertawa akan menghadirkan air mata terbukti benar adanya di hidup Gallen.

Sekarang Gallen menangis karena tak ada satu pun orang yang menolongnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Young Marriage    6

    Brak!!Gallen terlonjak, begitu juga dengan Sahrul yang langsung melompat ke dalam pelukan Boy. Pintu mobil yang dibanting keras membuat ketiganya kaget. “Len, calon bini lo kenapa lagi?”“Iya nih. Masih pagi tapi udah suram aja auranya, Njrot!” Timpal Sahrul, melengkapi ke-kepo-an Boy. “Komuk lo juga, Anjir! Ngapa dah?!”“Gue semalem pisah ranjang,” ungkapnya tak menjelaskan mengapa Navara mengamuk pagi ini. “What the fuck!” Pekik keduanya, tercengang dengan pernyataan Gallen. Mereka tahu Gallen ini kadang memang di luar ekspektasi angan-angannya, tapi berhalu di pagi hari yang cerah sungguhlah sangat-sangat keterlaluan menurut mereka. Sahrul mendekati Gallen, melayangkan tangannya untuk memegang kening pentolan grupnya. Setelah dirasa cukup, tangannya beralih menuju pantat berlapiskan celana sekolah milik Boy. “Panas, pantes aja,” selorohnya, menyindir bualan Gallen.“Tobat lo! Ngebet banget perasaan seranjang sama Nava! Nikah dulu egeb!”“Udah!” “Barusan kayak ada yang ngomong,

  • Young Marriage    5

    “Pah, seret!” Titah Rebeca kala tubuh Gallen dibawa secara paksa untuk masuk ke dalam rumah. Para tetangga pun berkumpul memenuhi ruang tamu Gallen. Rencananya, mereka akan dijadikan saksi dalam ijab qobul dadakan Gallen bersama Navara. Paman Navara bahkan sudah tiba. Pria itu bertugas menikahkan keponakannya, mewakili mendiang sang kakak yang telah berpulang.“Apaan lagi ini!!” Jerit Gallen. Penyiksaan terhadap dirinya ternyata belum usai. “Papa jangan tarik bokser, Gallen. Tytyd Gallen cuman boleh diliat Nava! Papaaa!!” Jeritan itu kontan membuat orang-orang sibuk menahan tawa.“Diem kamu, Gallen! Mau dinikahin sama Nava nggak sih kamu? Itu Pak Penghulunya udah nungguin!” Hardik sang papa mencoba memandikan Gallen secepat yang dirinya bisa.“MAU PAPA! MAUUU!! CEPET MANDIIN GALEN!!”“Mas Gallen emang bucin parah ke Mbak Navara.”“Ih, saya loh saksi kebucinan-nya Mas Gallen. Dulu pas masih SMP kan nangis-nangis dia gara-gara Mbak Navara ikut pulang bareng Mas Gio. Ngepel jalanan dep

  • Young Marriage    4

    "Gallen tuh, Gallen! Samperin, Bro!" Boy menepuk pundak Sahrul ketika matanya menangkap pentolan grup mereka di pinggir jalan."Acie-Cie! Pacaran. Pantes diajak mab.. Weh, Bangsul. Napa ol," belum sempat keduanya merampungkan godaan, motor yang ditumpangi keduanya menabrak tempat cuci piring tukang sate. Alhasil mereka pun terjatuh dengan kondisi memprihatinkan, membuat Gallen tertawa terbahak-bahak. "Gimana sih lo, Rul! Jatoh kita!" Hardik Boy sembari mencoba berdiri.Sahrul yang dimarahi pun abai. Ia menatap sendu motor hasil curiannya. Mamanya pasti mengamuk nanti Sudahlah ia membawa lari motor pembantu mereka, motor itu ia buat menabrak lagi."Lah lo ngapain nangis, Bangsat?!""Tanggung jawab lo, Boy! Lo yang nyuruh pake ini motor. Udah tau gue punyanya Sim A!"Boy menepuk keningnya. Ia pikir patah tulang, ternyata perkara motor. "Cemen lo! Ntar gue polesin biar kinclong lagi!""Nyokap gue?!""Iye ntar gue bilang kalau gue yang bawa. Ribet amat lo anak mama!""Hahahaha!! Lo berd

  • Young Marriage    3

    [Gallen] Nav, makan sate depan komplek kuy. Mama mertua lo masak capcay sama ayam goreng. Pengen yang berdaging gue. Ntar gue beliin es krim sama coklat deh. Sate ayam kane kayaknya nih!Gallen memulai aksinya dalam meluluhkan kemarahan Navara. Ia terbangun saat adzan maghrib dan sudah waktunya untuk meredam kemarahan si cantik hanya sebelum akhirnya tersisa beberapa jam saja sebelum ia tidak diperbolehkan menginap.[Navara] Coklat sogokan kemarin masih ada. [Navara] Sebuah pesan gambar diterima.Balasan sang kekasih membuat Gallen auto meringis. Ia terlalu sering bermasalah, buktinya coklat yang dirinya berikan memenuhi laci belajar gadis itu."Gimana dong?! Masa iya ntar malem gue meluk guling. Nggak ada yang bisa diremes sebelum tidur, Anjir!" "Nggak bisa! Cari cara laen!" [Gallen] Ayolah, Cantik! Abang kelaparan nih. Mau lo gue sakit terus nempelin lo 24/7?!Hehehe..Memaksakan kehendak memang jalan ninjanya. Navara tak akan mau direcoki hampir 24 jam. Gadis itu terlalu sibuk b

  • Young Marriage    2

    “Ya Tuhan, Gallen! Muka kamu kenapa lagi?! Habis tawuran ya kamu?!”Rebeca, Mama Gallen tak bisa menyembunyikan kegeramannya usai melihat penampilan acak-acakkan sang putra. Perasaan ketika berangkat pagi tadi, anak itu masih dalam kondisi layak untuk dilihat. Kenapa pulangnya seperti maling yang ketahuan mencuri underwear ibu-ibu PERSIT.“Calon mantu Mama tuh! Mata Gallen benjol sebelah jadinya!” Adu Gallen. Enak saja dituduh tawuran. Melihat gerombolan masa menghadang jalannya saja, ia putar balik untuk kembali masuk ke gerbang sekolah. Ia terlalu mencintai penampilan cetar membahananya, sampai-sampai tak rela turun tangan mempertahankan kedaulatan tempatnya mengenyam pendidikan.“Nava?”“Emang calon mantu Mama ada berapa? Ya dia doang. Gallen abis dilempar sepatu ya!”Rebeca mendudukan dirinya. Tangannya menarik majalah yang sempat ia lempar ke atas meja. “Pasti kamu habis bikin gara-gara sama dia,” ucapnya kembali ke dalam mode tenang. Calon menantunya tak mungkin main tangan tanp

  • Young Marriage    1

    Gallen Putra Dipraja— Sosoknya begitu terkenal seantero Bina Bangsa. Pemuda dengan jambul menukik yang tak pernah terkena potong guru Bagian Kesiswaan itu adalah cucu dari pemilik yayasan tempat dimana ia mengenyam bangku SMA.Pamornya pun cukup melejit di kalangan cabe-cabean sekolah. Hampir seluruh adik kelas berjenis kelamin perempuan menggandrungi dirinya. Bisa dibilang, hanya dengan sekali kedip saja, semua gadis berteriak histeris ingin dijadikan pacar.Pesohor sekolah macam Gallen tentu tak seorang diri dalam menebarkan aroma kenajisannya. Disisi pemuda itu, dua pemuda yang menamakan diri sebagai ajudan setianya selalu mengekor, tak terkeculi ketika Gallen sedang sinting-sintingnya. Contohnya seperti sekarang.“Nyot-Nyot, dikenyot, Nyoot!!”“Nyooottt!!” Sahut Sahrul dan Boy, si ajudan setia secara serempak.Ketiganya sangat kompak. Bahkan dalam urusan membolos dari satu mata pelajaran. Tak peduli dengan hukuman yang menanti, asalkan mereka happy terkena amukan guru BK pun tak m

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status