Share

5

Author: qeynov
last update Last Updated: 2025-04-25 07:20:42

“Pah, seret!” Titah Rebeca kala tubuh Gallen dibawa secara paksa untuk masuk ke dalam rumah. 

Para tetangga pun berkumpul memenuhi ruang tamu Gallen. Rencananya, mereka akan dijadikan saksi dalam ijab qobul dadakan Gallen bersama Navara. Paman Navara bahkan sudah tiba. Pria itu bertugas menikahkan keponakannya, mewakili mendiang sang kakak yang telah berpulang.

“Apaan lagi ini!!” Jerit Gallen. Penyiksaan terhadap dirinya ternyata belum usai. 

“Papa jangan tarik bokser, Gallen. Tytyd Gallen cuman boleh diliat Nava! Papaaa!!” Jeritan itu kontan membuat orang-orang sibuk menahan tawa.

“Diem kamu, Gallen! Mau dinikahin sama Nava nggak sih kamu? Itu Pak Penghulunya udah nungguin!” Hardik sang papa mencoba memandikan Gallen secepat yang dirinya bisa.

“MAU PAPA! MAUUU!! CEPET MANDIIN GALEN!!”

“Mas Gallen emang bucin parah ke Mbak Navara.”

“Ih, saya loh saksi kebucinan-nya Mas Gallen. Dulu pas masih SMP kan nangis-nangis dia gara-gara Mbak Navara ikut pulang bareng Mas Gio. Ngepel jalanan depan rumah saya itu anaknya.”

“Ehem,” dehem Rebeca, memutus interaksi para tetangganya yang berghibah-ria. “Aib anak saya jangan dibongkar semua dong. Malu ini saya, Pak,” tutur Rebeca ingin sekali menghilang menggunakan jurus seribu bayangan. Kelakuan Gallen memang benar-benar melunturkan mukanya.

“Santai aja Bu Rebeca. Bukan aib kok. Semua warga komplek udah maklum sama tingkah bucinnya Mas Gallen.”

Ya Tuhan!! Rebeca akan kutuk Gallen menjadi anak super tampan yang dapat dibanggakan oleh nusa dan bangsa. Ia tak tahan lagi— Sumpah-lah, Sumpah!

“Gallen pake baju yang bener dulu. Ya kali kamu nikah andukan doang! Melorot, terbang itu angry bird kamu.”

Navara memegangi tangan sang bunda. Ia menatap sendu bundanya. Matanya yang indah berkaca-kaca. Andai tak ada orang tua mereka, sudah ia pastikan Gallen akan bertemu dengan dua malaikat penanya di alam kubur.

“Sabar ya, Sayang. Nikahnya cuman dipercepat kok.”

Gadis itu menggigit bibirnya mendengar ucapan bundanya. Bundanya tak salah. Pernikahan mereka memang hanya dipercepat beberapa bulan, tapi yang melandasi pernikahan itu-lah yang membuatnya ingin mati saja.

“Eh, udah pada kumpul? Mau nyaksiin saya kawin ya?” Cengir Gallen memasang deretan gigi-gigi putihnya.

“Nikah Mas!” Jawab para bapak-bapak serentak, mengoreksi perbendaharaan kata Gallen. “Kawinnya mah udah sering kali lah Mas Gallen-nya.”

Pitnih nih, PAK RETE! Saya perjaka ting-ting ya! Dijamin masih ting-ting!” Panggul Gallen menggeol dengan irama nada yang dirinya ucapkan.

“HA-HASYEK!!”

Paman Navara menguap. Gallen terlalu banyak tingkah. Adik dari ayah Navara itu memilih menyimpan energinya daripada menanggapi kegilaan Gallen.

“Sergio tolongin Mama. Adek kamu kesurupan setan jahanam,” lirih Rebeca memegangi dadanya yang berdenyut. Disaat-saat tak terkendali seperti ini, Rebeca membutuhkan Sergio. Abang Gallen itu paling bisa mengendalikan adiknya yang suka sekali error.

“Kelamaan! Om tinggal pulang juga nih! Istri Om kasihan bobok sendirian di rumah.”

“Eh! Eh! Udah siap kok, udah! Ayo Om ijab sah!” Gallen seketika duduk bersila disamping penghulu. Tanpa sebuah perkenalan ia menyenggol lengan orang yang akan menjadi petugas pernikahannya. “Tenang aja, Pak Kiayi. Saya udah sering latihan ini dari SD. Dijamin apal. Tinggal tambahin Almarhum aja di depan nama ayah mertua.”

“GALLEN!!” Sentak semua orang karena anak itu masih bisa memasang candaan garingnya.

“Loh, apa salah Gallen, Kisanak?!”

“Udah! Mulai-Mulai! Nungguin Gallen waras bisa terbit matahari!!” Paman Navara meraih tangan Gallen, ia mencengkram erat telapak tangan pemuda yang ingin menikahi keponakan satu-satunya. “Ngulang ijab, Om potong tytyd kamu biar Nava cuman liat bolanya aja!” Ancamnya membuat Gallen bergidik, ngeri.

“Saudara Gallen Putra Dipraja bin Gideon Dipraja, Saya nikahkan dan saya kawinkan Engkau dengan keponakan saya Navara Giyanti Atmaja binti Almarhum Hasan Atmaja dengan mas kawin uang tunai dua milyar rupiah, dibayar tunai.”

“Eh banyak banget? Gallen nggak punya duit sebanyak itu, Om!”

“Hadoh!!” Kooran menggema karena respon bodoh Gallen.

“Duit Papa Gallen, duit Papa! Kamu mana punya! Satu juta nyisa di rekening aja belum tentu ada!” Amuk Gideon, tak habis pikir dengan putranya.

“Ups! Ulang-Ulang! Maapin Gallen! Gallen khilaf! Jangan potong tytyd Gallen, Om. Kasihan Nava nggak ada yang ena-enain ntar!”

“Mas Gallen memang beda. Pantes anak saya naksirnya cuman seminggu aja. Saya tau sekarang alasannya.”

Prosesi sakral yang ternoda itu kembali diulang. Pada percobaan kedua, semua berjalan lancar. Gallen bahkan dapat melakukannya dalam satu tarikan napas ketika mengucapkan ijabnya. Pernikahan yang sejatinya digelar karena bentuk kesalahpahaman antar warga dan keluarga tersebut, ditutup dengan untaian doa-doa guna menjadi pondasi awal rumah tangga pasangan muda itu.

“Selamat ya, Mas Gallen. Saya udah nggak perlu nyuruh Pak Imin buat keliling ngeronda lagi sekarang.”

“Komplek aman dari Tarzan yang nyusup ke kamar Mbak Nava ya, Pak RT?”

Pak RT menganggukkan kepalanya. Ia menepuk-nepuk pundak Gallen. “Makasih dong sama saya. Kalau bukan karena saya, mana bisa kawin kamu Mas,” kekeh pria itu dengan wajah menyebalkan.

“Saya tetep masih dendam sama Bapak. Liat aja. Besok motor tua Bapak bakalan jadi abu rongsokan!!”

“Nooo!”

Pak RT lalu berlari cepat meninggalkan rumah kediaman Dipraja. Ia harus segera mengamankan motor kesayangannya agar tak terlihat di mata anak kedua tetangganya.

.

.

“Hiyaa!!”

“Adidaw! Ay! Botak rambut gue!!” Gallen memegangi rambutnya. Kepalanya langsung berdenyut nyeri menerima serangan brutal Navara. Baru juga melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar yang diincarnya, tapi Navara sudah menghadang menggunakan kuda-kuda andalan gadis itu.

“Gue benci lo, Gall. Demi Allah! Pengen mutilasi sekarang juga!!”

Istighfar, Ayang! Dosa! Aku suami kamu!!” Jambakan Navara dirambutnya terlepas. Ia akhirnya bisa bernapas lega.

Belum satu jam loh jadi suami istri, main KDRT aja coba! Mau bangunin Kak Seto kan bingung gimana bikin alasannya.

“Nggak gini caranya, Gallen. Huhuhuhu..” Isakan terdengar dari bibir Navara. Seumur-umur Gallen mengenal Navara baru dua kali ia melihat Navara menangis. Pertama saat ayah gadisnya meninggal dan yang kedua, sekarang ini.

“Ya udah sih, Ay. Kan kita emang mau nikah.”

“Tapi nggak karena digrebek juga!!” Sentak Navara, galak menciutkan nyali Gallen. 

“Sal-Salah kamu. Kenapa nggak dibukain balkonnya,” cicit Gallen, takut-takut.

“Ish, masih aja bahas itu!” Navara mengambil bantal di ranjangnya. Sepanjang pagi ini ia akan membuat perhitungan dengan Gallen. Pria itu wajib menerima kompensasi karena telah mempermalukan dirinya di hadapan warga komplek mereka.

“Ay! Ampun! Jangan gebukin gue lagi, Ay!!”

Gallen berlari memutari kamar Navara demi untuk menghindari hantaman sang kekasih. Percayalah— ketika marah, tenaga badak bercula pasti berpindah ke tubuh kekasihnya. Gallen masih sayang nyawa. Seluruh tubuhnya juga masih sakit karena diarak oleh warga komplek tadi.

Cepat-Cepat Gallen memutar kunci balkon. Ia sudah tak memerdulikan apapun. Kabur merupakan jalan ninja terbaik selagi awan kinton menyelubungi jasad kekasihnya. Dengan sekuat tenaga, Gallen menerobos, melompati pembatas balkon kamar mereka.

“Awas lo berani ke sini lagi. Gue cekek batang leher lo!!” Seru Navara merah padam. Ia tak main-main dengan ucapannya saat ini.

“Ay, malem pertama kita ini!”

“Hoey!!” Teriaknya karena Navara membalikkan tubuhnya.

“Maen sabun sono lo!”

Bugh!!

Bantal ditangan Navara mendarat mulus ke wajah Gallen.

Bye!

Brak!!

Tubuh Gallen berjengit. Ia bisa mendengar pintu balkon yang dibanting keras oleh istrinya.

“Puasa nih Mas Gallen?”

Gallen melongok ke bawah. Di jalanan, Pak RT mengolok-ngoloknya. Pria itu sedang menaikan motor bututnya ke atas sebuah mobil pick up.

“Motornya mau saya amanin ke tempat istri ke dua dulu,” pria tua itu menjulurkan lidahnya mengejek Gallen. “Selamat main sabun, Mas!”

“GUE BAKAR RUMAH LO BESOK RETE BANGSAT!! PINDAHIN SONO BANGUNAN RUMAH LO!!” Kepalang emosi, Gallen melayangkan jari tengahnya sebelum ia memasuki kamarnya.

“MAMAAA!! NAVA NGGAK MAU DIAJAKIN BIKIN ANAK!!”

“BERISIK KAMU GALLEN!! TIDUR BESOK SEKOLAH!!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Young Marriage    35

    Gallen membuka pintu rumah sang opa. Pemuda itu disambut oleh beberapa pelayan yang langsung membungkukkan tubuh mereka.“Mas Gallen.. Tuan Besar dan Mbak Navara sudah menunggu.” Mendengar ada nama sang istri disebut, kontan saja alis Gallen mengerut.“Nava disini?”“Betul Mas. Supir Tuan yang menjemput Mbak Navara dari rumah tadi.”Gallen mulai bertanya-tanya. Sebenarnya apa alasan yang membuat kakeknya mengundangnya pulang ke rumah utama keluarga Dipraja. Pria itu bahkan diam-diam memanggil Navara tanpa sepengetahuan dirinya.“Bikinin saya soda gembira ya..” Pinta Gallen, masih sempat untuk memberikan perintah kepada pelayan kakeknya.“Carikan soda untuk membuat minuman yang Mas Gallen mau.”Pemuda itu terkekeh. Di rumah kakeknya, dialah rajanya. Barang yang tidak ada, pasti akan tetap diada-adakan. Namanya juga cucu kesayangan. Berbeda dengan kediaman milik orang tuanya yang memperlakukan dirinya selayaknya anak tiri. Mumpung berada disini, maka sekalian saja dipuas-puaskan.“Nav..

  • Young Marriage    34

    “Calon bapak, perasaan komuknya suram amat?!” Boy menarik kursi dihadapan Gallen. Pemuda itu langsung meluncur ketika Gallen menghubunginya. Jadilah Gallen tak perlu menunggu terlalu lama. Mereka sama-sama bertolak, meninggalkan kediaman masing-masing dijam yang sama.“Nawhy, Bos?”“Navara ngidamnya nyiksa,” adu Gallen. Sudah menjadi kebiasaan baginya untuk membagi beban hidup. Meskipun Navara melarang, kebiasaan tersebut begitu sulit untuk dihilangkan.“Minta daging onta? Apa tireks?” Kekeh Boy, menjahili sahabatnya. Tidak tahu saja Boy jika nyonya muda Dipraja itu, bahkan meminta sesuatu yang jauh lebih horor, dibandingkan dua daging yang dirinya sebutkan.“Dia tiap liat muka gue muntah, Boy. Ngidam nggak bisa deketan sama gue!!” Mengatakan kronologi yang menimpanya saja, Gallen sudah kesal setengah mati. Terlebih tadi ketika mengalaminya langsung. Rasanya ia ingin gantung diri di atas pohon cabe-cabean.Mata Boy membola. “Demi apa lo, Bos?!” Pekiknya seakan menolak untuk percaya. I

  • Young Marriage    33

    “Stop! Berhenti disana!” Teriak Navara membuat langkah kaki Gallen terhenti diambang pintu kamar mereka. Perempuan itu membekap mulutnya, merasakan mual setelah melihat wajah sang suami.“Ay, why?” tanya Gallen, tak mengerti.“Jangan deket-deket Gallen, muka kamu jelek. Bikin pengen muntah!”What the hell!!Katakan jika Navara sedang melakukan shooting reality show. Wanita kesayangannya itu pasti membual. Wajahnya adalah aset paling diminati oleh para perempuan di seluruh muka bumi. Hampir tak ada siswi di sekolah mereka, yang tidak menggilainya. Termasuk Navara! Istrinya! Catat!“Kamu kenapa sih?! Aku nggak operasi plastik. Masih seganteng Oppa-Oppa di drakor kesukaan kamu.”“Hoek!!”Benar saja, ketika Gallen berada beberapa sentimeter di hadapannya, desakan dari dalam perut Navara keluar mengotori ranjang. Perempuan hamil itu benar-benar muntah.“Hiks, udah aku bilang, kamu jelek. Keluar huhuhu.. Hoek!” lagi Navara muntah.“Aku bantu bersihin, Nav..”Navara mengulurkan tangannya, hen

  • Young Marriage    32

    Gallen tak dapat mengalihkan tatapannya dari seseorang. Disaat dirinyalah yang menjadi bintang utama pertemuan keluarga besarnya, ia justru memfokuskan penglihatannya kepada sosok lain.Pemuda itu— sungguh, Gallen tidak menyangkanya.“Ngapain liatin dia terus?”Gallen menghembuskan napasnya. Ia tidak akan menjadi cepu, meski tidak suka pada orang tersebut. Bukan urusannya. Selagi dia tidak mengganggu Navara lagi, apa pun yang dia kerjakan, bukanlah ranahnya.“Gallen cuman kaget aja, Opa. Melvin mau dateng buat kasih kami selamat.”“Dia tetep saudara kamu, Gallen. Dia pasti juga bahagia denger kabar kehamilan Navara.”Benarkah?Lalu bagaimana dengan kehamilan perempuan yang sepupunya hamili? Apakah Melvin bahagia? Kenapa dia meminta perempuan itu menggugurkan bayinya.Tak pernah Gallen sangka jika sosok yang mencetuskan kalimat kejam tersebut merupakan saudaranya sendiri. Betapa malangnya perempuan yang mengandung bayinya. Benar kata Navara, perempuan itu begitu malang. Rasa kesal yang

  • Young Marriage    31

    “Bunda..”Navara tersentak kala sang bunda melewatinya. Perempuan yang begitu menyayanginya itu tampak tidak memperdulikan eksistensinya di dapur. Bundanya pasti sangat marah dengan perilakunya semalam.“Maaf, Bunda,” cicit Navara, lirih. Kepalanya menunduk. “Mbak Navara butuh sesuatu? Biar Bibi buatkan?!”Navara tak membutuhkan apa pun selain bundanya. Ia sengaja memberanikan diri turun, ingin meminta maaf secara langsung. Hubungannya dengan Gallen membaik, tapi tidak dengan bundanya yang terlanjur kecewa.Rebeca yang akhir-akhir ini mulai menyambangi dapur pun melihat interaksi menantu dan besannya. Mama Gallen itu mendekat, membelai punggung menantunya. “Nava istirahat lagi aja, biar Mama yang bujuk,” ucapnya. “Ay.. Ayang..”Suara Gallen yang berteriak membuat mereka semua memalingkan wajah, terutama Cintya— sosok yang semalam teramat terpukul menyaksikan kesedihan menantunya. Mendung tidak lagi menghiasi wajah pemuda itu, seolah pertengkaran dengan putrinya tak pernah terjadi.“K

  • Young Marriage    30

    “Gallen..”Pria itu mengabaikan panggilan Navara. Ia berlalu, memilih menulikan indera pendengarannya dan memasuki bilik kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Bersama kedua sahabatnya tadi ia sempat menghabiskan sebotol minuman beralkohol.Brak!!Gallen membanting keras daun pintu. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang dirinya rencanakan. Boy dan Sahrul menasehatinya agar membangun komunikasi yang baik dengan Navara, tapi Gallen merasa tidak mampu. Melihat sang istri menumbuhkan kembali sakit serta kecewa di hatinya.Ia menyalakan kran air secara kasar. Menyentakan tuas ke atas sehingga air yang mengalir begitu deras. Meski begitu Gallen tak kunjung membasuh wajahnya. Pemuda yang tengah patah hati itu justru memandangi penampilannya melalui pantulan yang dihasilkan oleh kaca wastafel di kamar mandinya.Ia mendengus melihat penampilannya sendiri. Lihatlah betapa barhasilnya Navara dalam menghancurkannya. Gallen menundukkan kepalanya, menadahkan air menggunakan telapak tangan, lalu memba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status