Pagi ini entah kenapa mataku masih terlalu malu menatap lukisan Haha yang bertengger anggun di dinding bangunan utama. Senyumnya menyungging angkuh seolah mengejekku karena tak mampu berdiri tegak dihadapannya tiga hari belakangan. Aku menunduk menatap layar ponsel yang menyala di telapakku. Sebenarnya, ada yang ingin kubicarakan.
Dalam bisu, Paman Frank berdehem. Seolah menyuruhku segera berbicara setelah sekian lama berdiri canggung dihadapannya.
"Semalam, Shereen membagikan data-data tentang kasus perdagangan sel telur di Tuvallu padaku. Seperti biasa, gadis itu pantang menyerah." tanganku mengacungkan ponsel menunjukkan beberapa gambar, "Ini adalah foto kondisi terkini dari korban diruang bawah tanah rumah sakit. Seperti yang bisa kalian lihat, kondisi mereka buruk. Rahim membusuk, celana penuh darah, kotoran di sudut ruang dan pena
Dua hari kemudian, mobil-mobil kami berhenti diseberang rumah sakit bersalin Tuvallu. Beberapa saat kemudian, beberapa mobil berkaca hitam beriringan memasuki ruang parkir basement. Rumah sakit ini benar kumuh dan terlalu kecil untuk lalu lalang penumpang sebanyak itu didalamnya. Aku memberi kode kepada Kyrene untuk segera memasang radar pengintai. Kami harus paham situasi sebelum masuk kedalam."Wah, gila." komentar Sora. Aku menoleh, turut memperhatikan layar monitor Kyrene.Mobil-mobil itu berhenti didepan pintu kaca yang telah terbuka lebar. Seorang lelaki dengan badan kekar meloncat turun membuka pintu penumpang. Perempuan-perempuan yang langkahnya tertatih bergandengan keluar. Kamera radar bergerak menyusuri ruangan putih yang menuntun mereka pada suatu tempat."96 perempuan." Ky
Dua hari setelah Tongatapu mengumumkan kematian Mr. Tonga dan melantik kepala keluarga baru, The Boss menggelar pertemuan mendadak di Foxwoods. Seolah menyongsong hadirnya maut, balairung senyap tak semewah dulu. Tidak ada barisan sambutan pelayan. Tidak ada minuman selamat datang. Tidak ada Dario yang berdiri di ambang pintu masuk. Tidak ada apapun, kecuali berpasang mata yang menyelorot marah menatap kami. Rupanya, hari ini die Waffe menjadi tamu utama.Mr. Thomas berdehem menatap Sora yang menguliti apel dengan wakizashi. Setelah sadar berpasang mata menghardik diam-diam, ia menghentikan pergerakan dan membalas satu persatu tatapan mereka. "Ada yang salah?" tanyanya.Seluruh ruangan diam dan menghindari kontak mata saat seorang putri Jenderal besar sedang berbicara. Aku tersenyum kecut mengejek dalam bisu. Tidak sal
Semenjak Tongatapu diam-diam berada dikekuasaan kami, pertemuan rutin organisasi makin sering diadakan. Banyak hal yang harus didiskusikan terkait kepemimpinan baru; kerjasama, keuntungan, hubungan persahabatan dan hal-hal yang bisa membawa die Waffe ke puncak kejayaan lainnya. Seperti sore ini, seluruh pucuk kepemimpinan Die Waffe melingkar di balik meja pertemuan. Sudah lima jam kami berbaur dengan laporan-laporan, panggilan telepon dan beberapa makan ringan."So, anything else?" tanyaku.Sora memutar kursinya, ia kembali dari memeriksa beberapa persediaan senjata Tongatapu dilayar monitor, "Me! Me!" ujarnya mengacungkan tangan."God!" keluh Kyrene, "Pertemuan ini tidak memiliki ujung.""Ssstt!" S
God! Kepalaku pening mendengar hirupikuk gelegar tawa dan decitan lantai dansa. Aku tidak menyangka akan seramai ini. Seharusnya, aku mendengar saran Kyrene untuk tetap tinggal.Semua ini bermula dari empat minggu lalu ketika pertemuan rutin The Boss digelar. Kami datang dengan beribu satu alibi untuk menutupi upacara pengeboman mobil pemimpin The Marrakesh. Tapi, ternyata hari itu dewi Fortuna menjelma menjadi jamuan makan malam di Foxwoods. Tak ada lagi mata yang menghardik kami diam-diam. Usut punya usut, bersamaan dengan datangnya Mr. Pierre ke markas kami, sekelompok organisasi mafia yang berada dibawah kekuasaannya membelot. Mereka merusak markas dan menghancurkan aset bisnis The Marrakesh. Akhir kata pertemuan itu berjalan mulus, seluruh kecurigaan diletakkan di bawah kaki pemimpin pemberontakan. The Marrakesh bulat dikeluarkan dari asosiasi.
Libur telah usai. Tak ada lagi ombak berkejaran yang menyambut di beranda, tak ada lagi keramaian pasar tradisional yang menjajahkan berbagai pernak-pernik kayu dengan harga murah, bahkan tak ada lagi malam-malam dingin penuh bintang yang selalu kami sambut meriah bersama sebotol wine dan ikan bakar. Semua telah usai, kami harus bergegas kembali pada kenyataan.Setibanya di markas, beribu macam kabar dari berbagai situasi menyapa. Salah satunya, kabar dari Dario tentang Mr. Thomas yang menjalani operasi pergantian jantung palsu tiga minggu lalu. Ia sengaja mengirim kabar tersebut ke markas karena tidak ingin menganggu liburan kami. Hari ini, kami bergegas pergi berkunjung demi menebus keterlambatan."Aku rasa laporan ini tidak beres." ujarku sembari terus meneliti angka per angka di layar tablet, "Mana laporan dari tim audit?"
Dari lorong bangsal, kini seluruh anggota The Victory membanjiri pelataran taman rumah sakit. Mata mereka nyalang menatap satu persatu pasien yang seketika bangkit tak nyaman. Dihadapanku, Mr. Thomas terus berusaha menelan makanan sembari diam-diam berusaha mengendalikan keadaan sekitar. Ia berulang memanggil satu dua anggotanya agar berhenti bersikap keterlaluan."Kau harusnya ikut mereka ke markas, Zoe. Perjalananmu jauh, kau belum beristirahat dan kini harus menyuapiku makan."Aku tersenyum sembari menyendokkan suapan lain, "Hidup pula adalah perjalanan jauh. Tak sewaktupun aku sempat beristirahat. Ini bukan masalah besar, Mister. Aku hanya ingin membiarkan Dario istirahat sejenak, karena kudengar ia tak sekalipun meninggalkan rumah sakit sejak kau dirawat. Lagipula, tak pantas seorang putri lelah merawat orang tuanya."
Aku berlari sepanjang koridor markas The Victory. Segala kemewahan dan kemegahan interior ruangan ini tak sedikitpun membuatku melambatkan langkah kaki. Pikiranku penuh oleh kabar yang dideringkan Sora. Ditiap langkah kaki, aku terus mengutuki diri berulang. Apa yang dialami Jack sepenuhnya adalah kesalahanku. Baru saja kami pulang berlibur, aku sudah memberikannya banyak pekerjaan. Siang malam ia duduk tegak di ruang kerja demi memenuhi apa yang kuminta. Tak khayal, jika akhirnya kabar ini sampai ditelingaku.Dengan nafas terengah, langkahku terhenti diambang pintu. Kyrene yang sedang memeriksa Jack mendadak berhenti ketika menyadari kedatanganku. "Zoe, apakah kau terbang untuk datang kemari?" tanyanya.Sora dan Dario yang sibuk dengan pikiran mereka masing-masing turut menoleh mengikuti arah pandang Kyrene. Mata mereka terlihat sama terkejutnya dengan kedatanganku yang tiba-tiba."Bagaimana keadaannya?" tanyaku tanpa basa-basi."Selamat so
Setelah Kyrene berhasil melacak keberadaan Dario. Aku kembali bergegas menjemputnya seorang diri. Tidak ada Sora, Kyrene, Tytan, Jack bahkan anggota die Waffe yang bergerak mengikuti. Ini pilihan yang terbaik ketika burung-burung dan daun jatuh menjadi mata telinga musuh. Semakin aku menyalak, semakin buas mereka berteriak.Sepanjang perjalanan, tanganku lihai meliuk-liukkan setir mobil diantara padat ramai kesibukan kota. Klakson terus kubunyikan keras-keras memaki sesiapa saja yang berusaha menghadang putaran kendali. Aku berhenti di persimpangan yang mengantarkan pada koordinat Dario. Beberapa anggota polisi berserakan dijalan, melambaikan tangan meminta seluruh pengendara yang lewat berbelok ke arah yang ditunjuk tangannya.Salah seorang dari mereka mengetuk kaca mobilku, "Road is close, lady. Berbeloklah ke kanan untuk jal