Sekarang ini Ailee baru sampai di sekolah dengan menggunakan angkutan umum. Saat berjalan melewati parkiran, ia dapat melihat mobil kekasihnya sudah terparkir di sana. Ailee hanya bisa menghela nafas panjang dan berniat untuk membujuk Zuco setelah pertandingan selesai.
Pertandingan diadakan di lapangan indoor. Dan parkiran untuk tamu pun kini terlihat mulai penuh, cukup banyak siswa dan siswi dari SMA Assatya yang datang untuk memberikan dukungan tim sekolah mereka. Sebagian penasaran dengan gossip tentang siswa dan siswi Phiresa yang tampan juga cantik.
Ailee terlihat berjalan dengan santai menuju ruangan ekskul Cheers untuk melakukan diskusi terlebih dahu
Suasana di dalam mobil sangatlah tidak nyaman. Baik Zuco ataupun Ailee, keduanya sama-sama memilih diam. Namun rahang Zuco masih terlihat mengeras, tangannya mencengkeram stir dengan kuat. Hal itu yang membuat Ailee merasa takut dan duduk sangat rapat pada pintu.Sampai akhirnya Ailee menghembuskan nafas pasrah. Diamnya Zuco harus segera diakhiri, bagaimanapun mereka terikat hubungan, jika tidak ada yang mengalah maka semua hal akan menjadi abu-abu.Ailee berdehem pelan. "Zuco." Panggil Ailee.Dan berhenti, Zuco menghentikan laju mobilnya. Ailee memandang keluar, ternyata Zuco menghentikan mobilnya di sebuah taman yang sepi pengunjung.Namun di detik kemudian Ailee tersadar. Ia mengenali tempat itu."Zuco, Zuco kita dimana?" Tanya Ailee setengah panik."Di perkebunan Papah aku." Jawabnya.Ailee sudah menebaknya. Ia bahkan dapat melihat jembatan disebera
Keesokan harinya, hubungan mereka sudah baik-baik saja. Zuco kembali menjemput Ailee untuk berangkat bersama, Zuco kembali mengganggu Ailee dengan pesan-pesan dan juga panggilannya. Tapi Ailee tidak terlalu ambil pusing dengan hal itu, bahkan jika Zuco memintanya melakukan video call dengan paksa, Ailee hanya perlu mengangkat kemudian membiarkan Zuco menatapnya.Tinggal setengah jam lagi bel masuk berbunyi. Dan Zuco terlihat duduk di ruangan untuk ekstrakurikuler cheer leader dengan ditemani beberapa anggotanya. Ia terlihat menunggu seseorang yang juga sempat dirinya temui, Jessie, ketua ekskul tersebut."Kalau boleh tahu, Kak Leon ada perlu apa yah, ya kak?" Tanya seorang siswi.Zuco hanya diam tanpa ada niat untuk menjawab pertanyaan adik kelasnya itu."Emh, Kak Leon mau--""Berisik." Sahut Zuco yang sudah mulai bosan menunggu.Hingga akhirnya Jessie datang, ia langsu
Ailee terlihat duduk dengan gelisah, menunggu Jhonatan yang sedang menemui seseorang di lantai bawah gedung perusahaannya. Ia terus melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 14.30. Ailee harus sampai di rumah sebelum jam 4, agar Zuco tidak lebih dulu menjemputnya untuk berziarah pada makam sang Ibunda.Setelah Zuco mengantarkannya pulang, Ailee langsung berganti pakaian dan pergi ke kantor Jhonatan untuk memastikan perkiraannya bahwa Zuco tidak cukup dekat dengan almarhum ibundanya.Ceklek."Om,""Dokter silahkan masuk!" Ucap Jhonatan mempersilahkan seorang pria dengan kemeja rapih untuk masuk.Ailee sempat mengernyit heran, sampai akhirnya Jhonatan memperkenalkan pria tersebut."Ailee, kenalkan ini Dokter Gilang yang menangani Zuco."Ailee tersenyum ramah seraya menyalami Dokter tersebut."Kamu pasti mau membica
Ailee tersenyum memandangi wajah Zuco yang sedang memejamkan mata dan khusyuk berdoa. Profil side nya sangat sempurna, Ailee mengakuinya, ketampanan Zuco memang nyata adanya. Belum lagi sekarang pria itu terlihat sangat tenang ketika memanjakan doa untuk almarhum sang ibunda."Ailee..."Ailee tersadar. "Hn? Oh, udah selesai?"Zuco tersenyum dan mengangguk. "Aku doanya lama yah?""Enggak, tapi ya lebih lamaan kamu dibanding aku, mhehehe... Pulang?"Zuco menggelengkan kepala tak setuju. "Makan.""Okay, ayo bangun!" Ajak Ailee pada Zuco yang masih berdiri dengan kedua lututnya.Zuco mengusap nisan sang Ibunda dan menunduk sedih. "Semoga dikehidupan selanjutnya hanya ada aku, Mamah dan Papah, a perfect familly." Gumamnya dalam hati."Ayo! Hari ini aku mau makan sayur," ucapnya seraya berjalan dengan merangkul pinggang ramping Ailee.
Beb... Harusnya kemarin tuh part gak kayak gitu)ㅠㅠ, itu tuh buat agak nantian... Tapi, udah terlanjur dah lanjut aja awowkk...***"Angga!!" Panggil Ailee dari luar rumah sahabatnya itu. Saat ini ia sedang benar-benar marah kepadanya.Ceklek."Ailee, kamu kok nangis?" Tanya Ibu Angga yang membukakan pintu untuknya.Ailee menghapus air matanya, walau percuma saja karena tangisannya masih belum mau berhenti. "Angga mana Tante, mau aku pukul dia!!""Ya ampun, kalian berantem? Kamu diapain sama anak Tante, Lee?""Tante, Angganya mana ih...""Udah dong nangisnya, Angga ada di kamarnya. Kamu temuin aja,"Tanpa mengatakan apapun lagi, Ailee langsung naik ke lantai dua menuju kamar Angga. Tangannya sudah gatal ingin menjambak sahabat kejamnya itu.Ceklek."Ket
Sudah 3 hari berlalu sejak hari itu, hari ketika Ailee meminta break dalam hubungannya dengan Zuco. Dan semua berjalan seperti seharusnya. Keduanya tidak melakukan komunikasi. Zuco berusaha untuk tetap cool seperti biasanya. Bahkan kabar Break mereka membuat para siswi terlihat berusaha untuk merebut perhatian Zuco, namun Zuco sama sekali tidak melirik mereka. Tidak satupun.Bagaimana tidak, Zuco kini lebih terfokus memperbaiki pola pikirnya. Overact, over thinking, rasa khawatir yang berlebih, rasa takut yang tak wajar dan rasa gelisah yang tidak beralasan, Zuco mencoba untuk memperbaiki itu semua. Perlahan.Itu semua demi Ailee. Dulu ia tidak pernah ingin bertemu Dokter manapun, ia percaya dirinya baik-baik saja. Tapi mengingat Ailee dan apa yang Angga katakan sebagai peringatan, Zuco pun mengerti.Kini bukan hanya tentang dirinya. Karena ada Ailee dalam hidupnya, ada seorang anak gadis yang orang tuanya percayakan un
Sudah satu jam lamanya, Zuco dan Ailee berada di dalam air. Di kolam renang yang ada di kediaman Corner. Awalnya Ailee ragu, tapi Zuco meyakinkan dirinya bahwa tidak akan terjadi apa-apa selama Ailee berlatih dengan dirinya. Akhirnya Ailee pun mau turun dan belajar berenang bersama tunangannya itu."Gak bisa Zuco, takut!" Tolak Ailee.Zuco yang berdiri di samping kiri Ailee tampak melipat kedua tangan di depan dada."Tangan kamu ke depan yaang, nah kaki kanan kamu ke dinding. Terus dorong, nanti pas maju tangannya gerakkin juga." Jelas Zuco."Teori doangmah gampang," ujar Ailee. "Udah ah biarin, paling dapet C, kan masih ada ulangan teori."Ailee hendak naik ke atas dan menyudahi latihannya. Ia menyerah. Namun Zuco menahannya dan membawanya kembali masuk ke dalam air."Apa lagi s-- eeeh!" Tiba-tiba saja Zuco menarik pinggangnya, menghilangkan jarak diantara mereka.
Ailee berjalan dengan sebuah kotak yang ia jinjing ditangan sebelah kirinya. Ia baru saja turun dari mobil Zuco dan tanpa menunggu tunangannya itu, Ailee berlalu begitu saja menuju kantin untuk menitipkan donat yang dibuat oleh Ibu juga dirinya.Zuco yang sibuk dengan ponselnya di dalam mobil tidak menyadari jika Ailee sudah menjauh dari mobilnya, ia kira Ailee sedang menunggunya di luar, nyatanya ditinggalkan."Kinar gak boleh nikah sama Om Willson, kasian sepupu gue punya Ibu titisan dakjal." Pikir Zuco.Zuco mengedarkan pandangannya dan mengembuskan nafas kasar ketika melihat Ailee yang sudah berjalan di koridor kelas."Tinggal aja terus." Gumamnya. "YAAANG! TUNGGU!" Teriaknya.Dengan langkah lebarnya ia berlari menyusul Ailee.Sedangkan Ailee tersenyum mendengar teriakan itu walaupun samar. Di satu sisi ia senang karena Zuco selalu membuat dirinya merasa berharga de