Beranda / Romansa / cinta yang terpisah / BAB 6 LEMBARAN BARU

Share

BAB 6 LEMBARAN BARU

Penulis: Rara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-16 09:06:04

Liburan di pantai memberikan suntikan energi baru bagi Vika dan Aldo. Mereka kembali ke rutinitas sehari-hari dengan semangat yang lebih besar. Vika semakin fokus pada karirnya di bidang desain grafis, sementara Aldo terus mengembangkan bisnisnya di bidang teknologi. Keduanya saling mendukung dalam setiap langkah yang diambil.

Namun, kebahagiaan mereka tidak sepenuhnya sempurna. Meskipun hubungan mereka semakin membaik, Vika masih memiliki sedikit keraguan di hatinya. Ia merasa perlu untuk memastikan bahwa mereka benar-benar berada di jalur yang benar sebelum melangkah lebih jauh dalam hubungan ini.

Suatu malam, ketika mereka sedang makan malam di restoran favorit mereka, Aldo tiba-tiba berkata, "Vika, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu."

Vika menatap Aldo dengan penuh perhatian. "Ada apa?"

"Aku sudah memikirkannya matang-matang," kata Aldo sambil menarik napas dalam-dalam. "Aku ingin kita merencanakan masa depan bersama. Aku ingin kita serius."

Vika terkejut mendengar perkataan Aldo. Ia tidak menyangka bahwa Aldo akan membahas topik ini secepat ini.

"Apa maksudmu?" tanya Vika dengan nada gugup.

"Aku ingin kita menikah," jawab Aldo dengan mantap. "Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu."

Vika terdiam sejenak. Ia tidak tahu harus berkata apa. Ia merasa bahagia, tetapi juga takut. Ia takut mengambil langkah yang terlalu besar terlalu cepat.

"Aldo, aku..." Vika mencoba menjawab, tetapi kata-katanya tercekat di tenggorokan.

"Aku tahu ini mungkin terlalu cepat bagimu," kata Aldo dengan lembut. "Aku tidak memaksamu untuk menjawab sekarang. Pikirkanlah baik-baik. Aku akan menunggumu."

Vika mengangguk pelan. "Aku butuh waktu," katanya dengan suara lirih.

Aldo tersenyum dan menggenggam tangan Vika. "Aku mengerti. Ambil waktu sebanyak yang kau butuhkan."

Setelah malam itu, Vika merasa semakin bimbang. Ia mencintai Aldo, tetapi ia masih ragu apakah ia siap untuk menikah. Ia takut jika mereka menikah, masalah-masalah lama akan kembali muncul dan menghancurkan hubungan mereka.

Ia memutuskan untuk berbicara dengan ibunya tentang perasaannya. Ibunya selalu menjadi sumber kebijaksanaan dan dukungan baginya.

"Ibu, Aldo melamarku," kata Vika dengan nada bingung.

Ibunya tersenyum bahagia. "Benarkah? Itu kabar baik! Apa yang membuatmu ragu?"

"Aku takut, Ibu," jawab Vika dengan jujur. "Aku takut jika kami menikah, semuanya akan berubah. Aku takut masalah-masalah lama akan kembali menghantui kami."

Ibunya meraih tangan Vika dan menggenggamnya dengan lembut. "Vika, setiap hubungan pasti memiliki masalah. Tidak ada hubungan yang sempurna. Yang penting adalah bagaimana kalian berdua menghadapinya bersama-sama."

"Tapi bagaimana jika kami tidak bisa menghadapinya?" tanya Vika dengan nada cemas.

"Kalian harus saling percaya dan saling mendukung," jawab ibunya dengan bijak. "Jika kalian berdua berkomitmen untuk menjaga hubungan ini, maka kalian akan bisa melewati semua rintangan."

Nasihat ibunya memberikan Vika sedikit ketenangan. Ia tahu bahwa ibunya benar. Ia dan Aldo harus saling percaya dan saling mendukung jika ingin hubungan mereka berhasil.

Setelah berpikir matang-matang, Vika akhirnya memutuskan untuk menerima lamaran Aldo. Ia merasa bahwa ia siap untuk mengambil langkah selanjutnya dalam hubungan mereka.

Ia menghubungi Aldo dan mengajaknya bertemu di taman tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama.

"Aldo, aku sudah memikirkannya," kata Vika dengan nada serius. "Aku bersedia menikah denganmu."

Mata Aldo berbinar-binar mendengar jawaban Vika. Ia memeluk Vika erat-erat dan menciumnya dengan penuh kasih sayang.

"Aku sangat bahagia, Vika," kata Aldo dengan suara bergetar. "Aku berjanji akan membuatmu bahagia selamanya."

Setelah itu, mereka mulai merencanakan pernikahan mereka. Mereka sepakat untuk mengadakan pernikahan yang sederhana tetapi bermakna, dihadiri oleh keluarga dan teman-teman terdekat.

Mereka memilih lokasi pernikahan di sebuah vila di tepi pantai. Tempat itu memiliki pemandangan yang indah dan suasana yang romantis.

Vika mulai mencari gaun pengantin yang sempurna. Ia ingin gaun yang sederhana tetapi elegan, sesuai dengan kepribadiannya.

Sementara itu, Aldo sibuk mengurus semua persiapan lainnya, seperti katering, dekorasi, dan hiburan. Ia ingin memastikan bahwa pernikahan mereka berjalan lancar dan berkesan.

Di tengah persiapan pernikahan, Vika tiba-tiba mendapat kabar yang mengejutkan. Karina, mantan rekan kerja Aldo yang pernah membuat Vika cemburu, kembali muncul dalam kehidupan mereka.

Karina menghubungi Aldo dan memintanya untuk bertemu. Ia mengaku bahwa ia masih mencintai Aldo dan ingin merebutnya kembali dari Vika.

Aldo menolak permintaan Karina dan mengatakan bahwa ia sudah bertunangan dengan Vika dan sangat mencintainya. Namun, Karina tidak menyerah begitu saja. Ia terus berusaha mendekati Aldo dan membuat Vika merasa tidak aman.

Vika merasa sangat marah dan kecewa dengan tindakan Karina. Ia tidak mengerti mengapa Karina masih mengganggu mereka setelah sekian lama.

Ia memutuskan untuk menghadapi Karina secara langsung. Ia ingin menjelaskan kepadanya bahwa Aldo adalah miliknya dan ia tidak akan membiarkan siapa pun merebutnya.

Vika mengajak Karina bertemu di sebuah kafe. Ia ingin berbicara dengan Karina secara baik-baik dan menyelesaikan masalah ini sekali dan untuk selamanya.

"Karina, aku ingin bertanya kepadamu," kata Vika dengan nada tegas. "Mengapa kamu masih mengganggu kami? Mengapa kamu tidak bisa membiarkan kami bahagia?"

Karina tersenyum sinis. "Karena aku mencintai Aldo," jawabnya dengan nada penuh dendam. "Aku tidak bisa melihat dia bahagia dengan wanita lain."

"Tapi Aldo tidak mencintaimu," kata Vika dengan tenang. "Dia mencintaiku. Kami akan menikah."

"Itu tidak mungkin," bantah Karina dengan keras kepala. "Aldo masih mencintaiku di dalam hatinya. Aku tahu itu."

"Kamu salah," kata Vika dengan yakin. "Aldo sudah melupakanmu. Dia hanya mencintaiku. Jadi, tolong, pergilah dari kehidupan kami dan jangan pernah kembali."

Karina menatap Vika dengan tatapan penuh kebencian. "Aku tidak akan menyerah," katanya dengan nada mengancam. "Aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkan Aldo kembali."

Vika tidak takut dengan ancaman Karina. Ia tahu bahwa ia memiliki Aldo di sisinya dan mereka akan menghadapi semua rintangan bersama-sama.

"Kamu boleh mencoba," kata Vika dengan senyum sinis. "Tapi aku yakin kamu akan gagal. Karena cinta kami lebih kuat dari apa pun."

Setelah mengatakan itu, Vika pergi meninggalkan Karina sendirian di kafe. Ia merasa lega telah menghadapi Karina dan mengungkapkan semua perasaannya.

Vika menceritakan semua kejadian itu kepada Aldo. Aldo merasa sangat marah dengan tindakan Karina dan berjanji akan melindungi Vika dari segala ancaman.

"Aku tidak akan membiarkan Karina menyakitimu," kata Aldo dengan tegas. "Aku akan selalu ada di sisimu dan melindungimu."

Vika merasa sangat terharu dengan dukungan Aldo. Ia tahu bahwa ia telah membuat keputusan yang tepat dengan menerima lamarannya.

"Terima kasih, Aldo," kata Vika dengan suara lembut. "Aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu, Vika," jawab Aldo sambil memeluknya erat-erat.

Setelah itu, Aldo mengambil tindakan untuk menjauhkan Karina dari kehidupan mereka. Ia berbicara dengan atasannya di kantor dan meminta agar Karina dipindahkan ke divisi lain. Ia juga memblokir nomor telepon Karina dan semua akun media sosialnya.

Dengan tindakan tegas Aldo, Vika merasa lebih aman dan tenang. Ia tahu bahwa Aldo akan selalu melindunginya dari segala bahaya.

Akhirnya, hari pernikahan yang dinanti-nantikan tiba. Vika bangun pagi-pagi sekali dengan perasaan gugup dan bahagia. Ia tidak sabar untuk segera menjadi istri Aldo.

Ia pergi ke salon untuk merias wajah dan menata rambut. Ia ingin tampil cantik dan sempurna di hari pernikahannya.

Sementara itu, Aldo juga sedang bersiap-siap di tempat lain. Ia mengenakan tuksedo hitam yang membuatnya terlihat tampan dan gagah.

Setelah selesai bersiap-siap, Vika dan Aldo berangkat menuju vila tempat pernikahan mereka akan diadakan.

Ketika tiba di vila, Vika terpesona dengan keindahan dekorasi pernikahan mereka. Tempat itu dihias dengan bunga-bunga segar berwarna putih dan ungu. Suasana romantis dan elegan terasa sangat kental.

Para tamu undangan sudah mulai berdatangan. Mereka memberikan ucapan selamat dan doa restu kepada Vika dan Aldo.

Acara pernikahan dimulai dengan prosesi pengantin. Vika berjalan menuju altar didampingi oleh ayahnya. Ia terlihat sangat cantik dan anggun dengan gaun pengantin putihnya.

Aldo menunggu Vika di altar dengan senyum bahagia. Ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Vika. Ia merasa sangat beruntung bisa menikahi wanita yang sangat dicintainya.

Setelah Vika sampai di altar, ayahnya menyerahkannya kepada Aldo. Aldo menggenggam tangan Vika dengan erat dan menatapnya dengan penuh kasih sayang.

Upacara pernikahan dilanjutkan dengan pembacaan janji suci pernikahan. Vika dan Aldo mengucapkan janji mereka dengan tulus dan sepenuh hati. Mereka berjanji untuk saling mencintai, menghormati, dan mendukung dalam suka maupun duka.

Setelah selesai mengucapkan janji, pendeta menyatakan Vika dan Aldo sebagai suami istri. Aldo mencium Vika dengan mesra di hadapan semua tamu undangan.

Semua orang bertepuk tangan meriah untuk memberikan selamat kepada pasangan pengantin baru.

Setelah upacara pernikahan selesai, acara dilanjutkan dengan resepsi pernikahan. Para tamu undangan menikmati hidangan lezat dan minuman segar sambil mendengarkan musik yang merdu.

Vika dan Aldo berjalan berkeliling untuk menyalami semua tamu undangan dan mengucapkan terima kasih atas kehadiran mereka.

Mereka juga menyempatkan diri untuk berfoto bersama dengan keluarga dan teman-teman.

Suasana resepsi pernikahan sangat meriah dan penuh kebahagiaan. Semua orang merasa senang bisa menjadi bagian dari momen spesial dalam kehidupan Vika dan Aldo.

Acara resepsi pernikahan juga diisi dengan pidato dan ucapan selamat dari keluarga dan teman-teman terdekat Vika dan Aldo.

Ayah Vika memberikan pidato yang menyentuh hati tentang perjalanan cinta Vika dan Aldo. Ia mengucapkan selamat kepada mereka dan berharap mereka selalu bahagia bersama.

Sahabat Vika, Rina, juga memberikan ucapan selamat yang lucu dan mengharukan. Ia menceritakan kenangan-kenangan indah yang pernah mereka alami bersama dan mendoakan agar Vika dan Aldo selalu saling mencintai dan mendukung.

Aldo juga memberikan pidato singkat untuk mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah hadir dan memberikan dukungan kepada mereka. Ia juga mengungkapkan cintanya yang mendalam kepada Vika dan berjanji akan selalu menjaganya dengan baik.

Salah satu momen yang paling dinantikan dalam resepsi pernikahan adalah tari pertama pengantin baru. Vika dan Aldo berdansa dengan anggun dan mesra diiringi lagu romantis.

Semua mata tertuju pada mereka. Mereka terlihat sangat bahagia dan serasi bersama.

Setelah selesai berdansa, Vika dan Aldo berpelukan erat. Mereka merasa sangat bersyukur bisa merayakan pernikahan mereka dengan orang-orang yang mereka cintai.

Di tengah acara resepsi, tiba-tiba lampu di ruangan itu padam. Semua orang terkejut dan bertanya-tanya apa yang terjadi.

Tiba-tiba, sebuah sorot lampu menyoroti panggung. Di sana, seorang penyanyi terkenal muncul dan mulai menyanyikan lagu kesukaan Vika dan Aldo.

Vika dan Aldo terkejut dan merasa sangat terharu dengan kejutan itu. Mereka tidak menyangka bahwa teman-teman mereka telah menyiapkan kejutan yang begitu istimewa untuk mereka.

Mereka berdua naik ke atas panggung dan berdansa bersama diiringi lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi tersebut.

Semua orang ikut bernyanyi dan berdansa bersama dengan mereka. Suasana semakin meriah dan penuh kebahagiaan.

Acara resepsi pernikahan berakhir pada tengah malam. Vika dan Aldo mengucapkan selamat tinggal kepada semua tamu undangan dan berterima kasih atas kehadiran mereka.

Mereka merasa sangat lelah, tetapi juga sangat bahagia. Mereka tidak akan pernah melupakan hari pernikahan mereka yang indah ini.

Setelah semua tamu undangan pulang, Vika dan Aldo masuk ke kamar pengantin mereka. Mereka berdua merasa sangat bersyukur bisa merayakan pernikahan mereka dengan orang-orang yang mereka cintai.

"Aku sangat bahagia, Aldo," kata Vika dengan suara lembut. "Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan sebahagia ini."

"Aku juga sangat bahagia, Vika," jawab Aldo sambil memeluknya erat-erat. "Aku berjanji akan membuatmu bahagia selamanya."

Mereka berdua berciuman dengan mesra dan menghabiskan malam pertama mereka sebagai suami istri.

Keesokan harinya, Vika dan Aldo berangkat untuk bulan madu mereka. Mereka memilih Bali sebagai destinasi bulan madu mereka.

Mereka menghabiskan waktu selama seminggu di Bali, menikmati keindahan alam dan kebudayaan Bali. Mereka mengunjungi pantai-pantai yang indah, kuil-kuil yang megah, dan desa-desa tradisional yang unik.

Mereka juga mencoba berbagai macam aktivitas yang menyenangkan, seperti surfing, snorkeling, dan diving.

Selain itu, mereka juga menikmati makanan khas Bali yang lezat dan spa tradisional yang menenangkan.

Selama bulan madu, Vika dan Aldo semakin dekat dan saling mencintai. Mereka berbagi cerita, tertawa bersama, dan saling mendukung.

Mereka merasa sangat bahagia dan bersyukur bisa menghabiskan waktu bersama sebagai pasangan suami istri.

KEMBALI KE KEHIDUPAN NYATA

Setelah seminggu berlalu, Vika dan Aldo kembali ke Jakarta. Mereka kembali ke kehidupan nyata dan mulai menjalankan rutinitas mereka seperti biasa.

Vika kembali bekerja di bidang desain grafis, sementara Aldo terus mengembangkan bisnisnya di bidang teknologi.

Meskipun mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing, mereka selalu menyempatkan diri untuk menghabiskan waktu bersama setiap hari.

Mereka makan malam bersama, menonton film, atau hanya sekadar mengobrol tentang hari mereka.

Mereka juga terus saling mendukung dalam setiap langkah yang diambil.

KEHAMILAN

Beberapa bulan setelah menikah, Vika menyadari bahwa ia hamil. Ia merasa sangat bahagia dan terkejut dengan berita tersebut.

Ia segera memberi tahu Aldo tentang kehamilannya. Aldo juga merasa sangat bahagia dan terharu dengan berita tersebut.

Mereka berdua sangat antusias untuk menyambut kehadiran anak pertama mereka.

Selama masa kehamilan, Aldo selalu menjaga dan merawat Vika dengan baik. Ia memastikan bahwa Vika selalu makan makanan yang sehat, istirahat yang cukup, dan mendapatkan perawatan medis yang memadai.

Ia juga selalu menemani Vika saat kontrol ke dokter dan menghadiri kelas persiapan persalinan.

Vika merasa sangat beruntung memiliki suami yang begitu perhatian dan penyayang.

Setelah sembilan bulan mengandung, akhirnya tiba saatnya bagi Vika untuk melahirkan. Ia melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat dan tampan.

Vika dan Aldo merasa sangat bahagia dan terharu dengan kelahiran anak pertama mereka. Mereka memberi nama anak mereka, Rafael.

Rafael menjadi sumber kebahagiaan baru dalam kehidupan Vika dan Aldo. Mereka berdua sangat menyayangi Rafael dan merawatnya dengan penuh kasih sayang.

Setelah kelahiran Rafael, kehidupan Vika dan Aldo berubah drastis. Mereka harus menyesuaikan diri dengan peran baru mereka sebagai orang tua.

Mereka harus belajar bagaimana merawat bayi, memberi makan, mengganti popok, dan menidurkannya.

Awalnya, mereka merasa kesulitan dan kewalahan. Namun, dengan kerja sama dan saling

pengertian, mereka berhasil melewati masa-masa sulit itu.

Mereka belajar untuk saling mendukung dan membantu dalam merawat Rafael.

Meskipun kehidupan mereka menjadi lebih sibuk dan melelahkan, Vika dan Aldo tetap merasa bahagia dan bersyukur.

Mereka merasa bahwa kehadiran Rafael telah melengkapi kehidupan mereka.

Mereka berjanji akan selalu memberikan yang terbaik untuk Rafael dan membesarkannya menjadi anak yang saleh, cerdas, dan berbakti kepada orang tua.

Vika dan Aldo menatap masa depan dengan penuh harapan dan optimisme. Mereka tahu bahwa kehidupan mereka tidak akan selalu mudah, tetapi mereka yakin bahwa mereka bisa melewati semua rintangan bersama-sama.

Mereka berjanji akan selalu saling mencintai, menghormati, dan mendukung dalam suka maupun duka.

Mereka juga berjanji akan selalu menjaga keutuhan keluarga mereka dan memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka.

Dengan cinta dan komitmen yang kuat, Vika dan Aldo siap untuk menghadapi masa depan dan membangun keluarga yang bahagia dan harmonis.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • cinta yang terpisah   Bab 26 : Simfoni kegelapan dan akar tersembunyi

    Udara di Pulau Senyap terasa membeku, meskipun suhu tropis Ambon. Bisikan aneh dari dalam hutan, suara berat yang seperti mantra, menusuk relung hati Vika, Aldo, dan Lila. "Kalian tidak seharusnya datang ke sini." Itu adalah peringatan, bukan pertanyaan. Mereka dikepung oleh sosok-sosok yang nyaris tak terlihat dalam kegelapan, bergerak senyap seperti bayangan.Aldo segera mengaktifkan mode malam pada perangkat pengawasannya. Layar kecil itu menampilkan beberapa siluet yang mengelilingi mereka. Mereka tidak bersenjata api, tetapi memegang tongkat panjang yang tampak kokoh. Yang lebih mengkhawatirkan adalah cara mereka bergerak—terkoordinasi sempurna, nyaris tanpa suara, seperti robot. Aura dingin yang mereka pancarkan bukan hanya sugesti, melainkan seperti gelombang energi yang nyata."Siapa kalian?" teriak Vika, mencoba memecah ketegangan, namun suaranya terdengar pecah di tengah keheningan mencekam.Sebagai jawaban, salah satu sosok maju selangkah. Ia tinggi, mengenakan jubah gelap

  • cinta yang terpisah   Bab 25: Gelombang Pasang Konsekuensi dan Jejak Baru

    Udara pagi di Teluk Ambon terasa lebih berat dari biasanya, seolah membawa beban dari peristiwa semalam. Kemenangan atas Adnan, dengan dinonaktifkannya malware dan terbukanya seluruh jaringannya melalui kesaksian Hendra serta rekaman Ratih, adalah sebuah masterstroke. Namun, seperti riak di permukaan air, setiap tindakan besar selalu diikuti oleh gelombang konsekuensi yang tak terduga. Adnan mungkin telah kalah dalam pertempuran strategis, tetapi kekalahan itu belum tentu berarti akhir dari segalanya. Di ruang kendali markas rahasia, Profesor Dimas sibuk dengan layar-layar komputer, memastikan setiap data yang diambil dari jaringan Adnan telah diamankan dan diklasifikasi. Wajahnya serius, sesekali mengernyitkan dahi. Pak Wijoyo menerima laporan tanpa henti dari timnya, yang kini bergerak cepat menindaklanjuti informasi dari Hendra dan data yang baru didapatkan. Sejumlah penangkapan senyap sedang dilakukan di berbagai kota besar di Indonesia dan bahkan beberapa di luar negeri, berkat

  • cinta yang terpisah   Bab 24 : Simpul-simpul terurai dan bayangan yang tak pernah padam

    Fajar menyingsing di Teluk Ambon, namun kegelapan yang meliputi mereka jauh lebih pekat daripada malam yang baru saja berlalu. Penangkapan Hendra adalah sebuah kemenangan, sebuah langkah maju yang signifikan. Namun, kemenangan itu datang dengan harga yang mahal: risiko pengkhianatan yang tak terduga, dan pengungkapan kebenaran yang semakin kompleks tentang peran Ratih dan Bapak Suryo. Rekaman pengakuan yang kini dipegang Ibu Kirana, dan kesaksian Hendra, ibarat dua bilah pedang yang siap menembus jantung jaringan Adnan, namun juga berpotensi melukai mereka yang ada di dalamnya. Di markas kepolisian yang dijaga ketat, Hendra duduk di ruang interogasi, wajahnya masih memucat ketakutan dan amarah. Pengkhianatan Adnan telah menghancurkan fondasi kepercayaannya. Pak Wijoyo dan timnya, didampingi Ibu Kirana, dengan cermat menggali setiap informasi dari Hendra. Informasi yang ia berikan adalah kunci yang sangat berharga. Hendra mengungkapkan detail tentang skema pencucian uang melalui prope

  • cinta yang terpisah    Bab 23: Bayangan yang Bergerak dan Langkah Sang Pion

    Udara di safe house terasa tegang, penuh dengan antisipasi yang membara setelah pengungkapan rekaman pengakuan Ratih dan Bapak Suryo. Cahaya matahari pagi yang menerobos celah tirai seolah tak mampu mengusir bayangan dilema yang masih menyelimuti mereka. Liontin kunci, yang kini disimpan Ibu Kirana, telah membuka pintu ke kebenaran yang jauh lebih gelap dari yang mereka bayangkan. Ratih, bukan hanya korban, melainkan seorang pemain catur ulung yang mengorbankan segalanya demi keadilan. "Jadi, ibuku... dia sengaja masuk ke sarang Adnan untuk mengumpulkan bukti?" Lila berbisik, suaranya bercampur antara rasa bangga, kesedihan, dan keterkejutan. "Dia tahu rahasia kematian anak Suryo, dan dia menggunakannya sebagai leverage?" Vika mengangguk, menatap Lila dengan empati. "Ratih sangat cerdas, Lila. Dia tidak hanya ingin membongkar Adnan, dia ingin melindungi banyak hal. Rekaman itu membuktikan dia sedang membangun sebuah kasus dari dalam, selangkah demi selangkah." Aldo menambahkan,

  • cinta yang terpisah   Bab 22 : Pengkhianatan tersembunyi dan keadilan

    Malam di Teluk Ambon terasa begitu panjang, diwarnai dengan ketidakpastian dan beban moral yang membelenggu. Di sebuah safe house rahasia yang disediakan Pak Wijoyo, jauh dari hiruk pikuk kota, Vika, Aldo, dan Lila duduk mengelilingi meja, diterangi cahaya lampu redup. Di tengah mereka, tergeletak liontin kunci kusam yang didapatkan dari Pak Harun. Liontin itu, yang tadinya mereka kira adalah kunci menuju keadilan, kini menjelma menjadi kunci ke dalam jurang dilema yang tak berujung. Pak Harun sendiri, kini dalam perawatan intensif di rumah sakit, kondisinya kritis setelah insiden di gang sempit. Keadaannya menjadi pengingat pahit akan betapa berbahayanya permainan Adnan. "Rekaman ini..." Vika memulai, suaranya pelan, seolah takut mengganggu kesunyian. "Ini bisa jadi pedang bermata dua. Menjatuhkan Adnan, tapi juga menghancurkan banyak orang, termasuk nama baik Ratih." Aldo menatap liontin kunci itu, jemarinya membelai ukiran samar di permukaannya. "Kakek buyutku dan Ratih... mereka

  • cinta yang terpisah   Bab 21 : Lorong Gelap Rahasia dan Kunci Pengorbanan

    Malam di Teluk Ambon telah menyingkap wajah aslinya—bukan lagi pesona bahari yang memikat, melainkan sebuah tirai gelap yang menyelimuti rahasia dan ancaman. Di dalam rumah mewah Adnan yang kini disesaki tim forensik dan polisi, ketegangan menggantung di udara seperti bau amis darah. Ultimatum Adnan menggema, bukan hanya sebagai ancaman, tetapi sebagai sebuah jebakan moral yang mengikat erat Vika, Aldo, dan Lila. Mereka kini memahami: pertarungan ini bukan lagi sekadar perebutan warisan atau keadilan semata, melainkan sebuah permainan catur rumit dengan taruhan yang menghancurkan. Vika, Aldo, dan Lila berdiri di hadapan Adnan yang telah diborgol, namun seringai licik tak pernah lepas dari wajahnya. Tatapan matanya yang tajam dan dingin memancarkan keyakinan bahwa ia telah memenangkan pertempuran ini, bahkan dalam kekalahan sekalipun. Ia tahu, mereka kini terjebak di antara dua pilihan pahit: mengungkap jaringannya yang luas dengan risiko kekacauan global dan aib bagi Ratih, atau memb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status