Beranda / Romansa / cinta yang terpisah / BAB 7 UJIAN CINTA

Share

BAB 7 UJIAN CINTA

Penulis: Rara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-16 09:09:48

Setelah pernikahan yang bahagia dan bulan madu yang menyenangkan, Vika dan Aldo kembali ke rutinitas mereka dengan semangat baru. Namun, kehidupan tidak selalu berjalan mulus. Munculnya konflik baru mulai menguji kekuatan cinta mereka.

Beberapa bulan setelah kembali dari bulan madu, Aldo mulai merasakan tekanan di tempat kerjanya. Proyek baru yang dipegangnya ternyata lebih rumit daripada yang diperkirakan. Ia harus menghadapi tenggat waktu yang ketat dan tuntutan dari atasannya. Sementara itu, Vika juga sibuk dengan proyek desain grafisnya yang menuntut perhatian penuh.

Keduanya berusaha untuk saling mendukung, tetapi sering kali mereka merasa lelah dan stres. Aldo sering pulang larut malam, dan Vika merasa kesepian di rumah. Meskipun mereka saling mencintai, jarak emosional mulai terasa di antara mereka.

Suatu malam, saat Vika menunggu Aldo pulang, ia menerima pesan dari Rina, sahabatnya. Rina mengajak Vika untuk keluar bersamanya. "Kita butuh waktu untuk bersantai! Ayo kita nonton film!" tulis Rina.

Vika merasa senang dengan tawaran itu dan memutuskan untuk pergi. Namun, saat ia sedang bersenang-senang dengan Rina, ia tidak bisa berhenti memikirkan Aldo yang sedang bekerja keras. Ketika pulang ke rumah, ia menemukan Aldo sudah tertidur di sofa dengan laptopnya masih terbuka.

Keesokan harinya, Vika mencoba membangunkan Aldo. "Aldo, kamu harus tidur lebih awal. Ini tidak baik untuk kesehatanmu," katanya lembut.

Aldo terbangun dengan mata setengah tertutup. "Aku tahu, Vika. Tapi aku harus menyelesaikan proyek ini," jawabnya dengan nada lelah.

"Proyek itu tidak akan pergi ke mana-mana. Kita perlu waktu untuk diri kita sendiri juga," balas Vika dengan tegas.

Aldo menghela napas panjang. "Aku mengerti, tapi aku juga ingin memastikan kita memiliki masa depan yang baik. Kita butuh uang untuk membesarkan Rafael."

Vika merasa frustrasi mendengar alasan itu. "Tapi apa gunanya memiliki masa depan yang baik jika kita tidak punya waktu untuk satu sama lain? Kita harus menemukan keseimbangan."

Percakapan itu berakhir tanpa solusi yang jelas. Keduanya merasa tertekan dan bingung tentang bagaimana melanjutkan hubungan mereka di tengah kesibukan masing-masing.

Di tengah ketegangan ini, Karina kembali muncul dalam kehidupan mereka. Meskipun Aldo telah memblokir semua kontaknya, Karina berhasil mendapatkan nomor telepon baru Aldo melalui seorang teman di kantor.

Suatu malam, Vika menerima pesan dari Aldo saat ia sedang menyusui Rafael. "Karina menghubungiku lagi," tulis Aldo singkat.

Vika merasakan jantungnya berdegup kencang. "Apa yang dia inginkan?" tanyanya cemas.

"Aku tidak tahu. Dia hanya ingin berbicara," jawab Aldo.

Vika merasa marah dan cemas sekaligus. "Kenapa kamu tidak bilang padanya untuk pergi? Dia sudah cukup mengganggu hidup kita."

"Aku sudah bilang padanya bahwa aku menikah dan mencintaimu," balas Aldo defensif.

Vika merasa hatinya terbakar oleh rasa cemburu dan ketidakpastian. "Tapi kenapa dia masih terus mengganggu kita? Apa kamu yakin dia tidak punya niat lain?"

Aldo mencoba menenangkan Vika. "Aku berjanji bahwa aku hanya mencintaimu dan tidak akan membiarkan siapa pun merusak hubungan kita."

Namun, meskipun kata-kata itu menenangkan, keraguan tetap ada di benak Vika.

Merasa perlu menyelesaikan masalah ini sekali dan untuk selamanya, Vika memutuskan untuk menghadapi Karina secara langsung. Ia mengajak Karina bertemu di sebuah kafe tempat mereka pernah bertemu sebelumnya.

"Karina," kata Vika tegas saat mereka bertemu, "aku ingin tahu kenapa kamu terus mengganggu kami? Apa yang kamu inginkan dari Aldo?"

Karina tersenyum sinis. "Aku ingin merebut kembali apa yang menjadi milikku," jawabnya tanpa ragu.

Vika merasa marah mendengar jawaban itu. "Aldo bukan milikmu lagi! Dia sudah memilihku."

"Dia mungkin memilihmu sekarang, tetapi aku tahu dia masih memikirkan aku," bantah Karina dengan percaya diri.

Vika berusaha tetap tenang meskipun hatinya bergejolak. "Kamu harus berhenti mengganggu hidup kami. Jika kamu benar-benar mencintainya, kamu seharusnya membiarkannya bahagia."

Karina menatap Vika dengan tatapan penuh kebencian. "Aku tidak akan menyerah begitu saja."

Setelah pertemuan itu, Vika merasa semakin cemas tentang hubungan mereka. Ia menceritakan semuanya kepada Aldo dan berharap ia bisa mendapatkan dukungan darinya.

"Aldo," katanya dengan suara bergetar saat mereka duduk bersama setelah makan malam, "aku merasa terancam oleh Karina."

Aldo menatap Vika dengan serius. "Aku tidak akan membiarkan dia merusak hubungan kita, Vika. Aku mencintaimu dan hanya kamu."

Namun, Vika merasa ada sesuatu yang hilang dalam hubungan mereka—kepercayaan diri Aldo terhadap keputusan yang diambilnya untuk menjauhkan Karina dari kehidupan mereka.

"Aku ingin kita berbicara tentang masa depan kita," kata Vika akhirnya. "Apa rencana kita setelah ini? Apakah kita akan terus seperti ini?"

Aldo terdiam sejenak sebelum menjawab. "Aku ingin kita memiliki rumah sendiri dan membesarkan Rafael bersama-sama."

"Bagaimana jika ada halangan lain seperti Karina?" tanya Vika skeptis.

"Kita akan menghadapi semuanya bersama-sama," jawab Aldo tegas.

Vika merasa sedikit lega mendengar jawaban itu tetapi masih meragukan komitmen Aldo terhadap hubungan mereka.

Seiring waktu berlalu, ketegangan antara Vika dan Aldo semakin meningkat karena tekanan dari pekerjaan dan gangguan dari Karina. Mereka mulai saling menyalahkan satu sama lain atas masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Suatu malam setelah pertengkaran hebat mengenai pekerjaan dan tekanan dari luar, Vika meninggalkan rumah untuk berjalan-jalan sendirian sambil merenungkan semuanya. Ia merasa bingung tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya dalam hubungan mereka.

Di tengah perjalanan pulang, ia menerima telepon dari Rina yang menanyakan kabar terbaru tentang pernikahannya dengan Aldo. Mendengar suara sahabatnya membuatnya merasa sedikit lebih baik.

"Rina, aku merasa semuanya semakin sulit," ungkap Vika sambil menahan air mata.

"Apa yang terjadi?" tanya Rina khawatir.

"Karina kembali muncul dalam hidup kami dan membuat semuanya semakin rumit," jawab Vika dengan suara putus asa.

Rina memberikan nasihat bijak tentang pentingnya komunikasi dalam hubungan dan bagaimana cara menghadapi konflik secara dewasa tanpa saling menyalahkan.

Setelah percakapan tersebut, Vika mulai merenungkan semua saran Rina dan menyadari bahwa ia perlu berbicara lagi dengan Aldo—dengan cara yang lebih terbuka dan jujur tentang perasaannya serta kekhawatiran yang menghantuinya.

Keesokan harinya, saat suasana hati keduanya sudah lebih tenang setelah beberapa hari penuh ketegangan, Vika memutuskan untuk membuka pembicaraan lagi dengan Aldo mengenai perasaan mereka masing-masing terhadap situasi ini.

"Aldo," katanya saat sarapan bersama Rafael di meja makan, "aku ingin kita berbicara tentang apa yang terjadi antara kita."

Aldo menatapnya serius sambil menggigit roti panggangnya. "Baiklah."

"Karena semua tekanan ini—dari pekerjaan dan gangguan Karina—aku merasa seperti kita semakin menjauh satu sama lain," ungkap Vika jujur.

"Aku juga merasakannya," balas Aldo pelan sambil menunduk sejenak sebelum melanjutkan berbicara. "Tapi aku ingin kita mencari solusi bersama-sama."

Dengan semangat baru untuk memperbaiki hubungan mereka, keduanya sepakat untuk lebih terbuka satu sama lain mengenai perasaan masing-masing dan mencari cara agar bisa saling mendukung meskipun dalam situasi sulit sekalipun.

Mereka berjanji untuk menghadapi setiap tantangan bersama-sama—apakah itu datang dari pekerjaan atau gangguan pihak ketiga seperti Karina—dengan saling percaya bahwa cinta mereka akan mampu melewati segala ujian yang ada di depan mereka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • cinta yang terpisah   Bab 26 : Simfoni kegelapan dan akar tersembunyi

    Udara di Pulau Senyap terasa membeku, meskipun suhu tropis Ambon. Bisikan aneh dari dalam hutan, suara berat yang seperti mantra, menusuk relung hati Vika, Aldo, dan Lila. "Kalian tidak seharusnya datang ke sini." Itu adalah peringatan, bukan pertanyaan. Mereka dikepung oleh sosok-sosok yang nyaris tak terlihat dalam kegelapan, bergerak senyap seperti bayangan.Aldo segera mengaktifkan mode malam pada perangkat pengawasannya. Layar kecil itu menampilkan beberapa siluet yang mengelilingi mereka. Mereka tidak bersenjata api, tetapi memegang tongkat panjang yang tampak kokoh. Yang lebih mengkhawatirkan adalah cara mereka bergerak—terkoordinasi sempurna, nyaris tanpa suara, seperti robot. Aura dingin yang mereka pancarkan bukan hanya sugesti, melainkan seperti gelombang energi yang nyata."Siapa kalian?" teriak Vika, mencoba memecah ketegangan, namun suaranya terdengar pecah di tengah keheningan mencekam.Sebagai jawaban, salah satu sosok maju selangkah. Ia tinggi, mengenakan jubah gelap

  • cinta yang terpisah   Bab 25: Gelombang Pasang Konsekuensi dan Jejak Baru

    Udara pagi di Teluk Ambon terasa lebih berat dari biasanya, seolah membawa beban dari peristiwa semalam. Kemenangan atas Adnan, dengan dinonaktifkannya malware dan terbukanya seluruh jaringannya melalui kesaksian Hendra serta rekaman Ratih, adalah sebuah masterstroke. Namun, seperti riak di permukaan air, setiap tindakan besar selalu diikuti oleh gelombang konsekuensi yang tak terduga. Adnan mungkin telah kalah dalam pertempuran strategis, tetapi kekalahan itu belum tentu berarti akhir dari segalanya. Di ruang kendali markas rahasia, Profesor Dimas sibuk dengan layar-layar komputer, memastikan setiap data yang diambil dari jaringan Adnan telah diamankan dan diklasifikasi. Wajahnya serius, sesekali mengernyitkan dahi. Pak Wijoyo menerima laporan tanpa henti dari timnya, yang kini bergerak cepat menindaklanjuti informasi dari Hendra dan data yang baru didapatkan. Sejumlah penangkapan senyap sedang dilakukan di berbagai kota besar di Indonesia dan bahkan beberapa di luar negeri, berkat

  • cinta yang terpisah   Bab 24 : Simpul-simpul terurai dan bayangan yang tak pernah padam

    Fajar menyingsing di Teluk Ambon, namun kegelapan yang meliputi mereka jauh lebih pekat daripada malam yang baru saja berlalu. Penangkapan Hendra adalah sebuah kemenangan, sebuah langkah maju yang signifikan. Namun, kemenangan itu datang dengan harga yang mahal: risiko pengkhianatan yang tak terduga, dan pengungkapan kebenaran yang semakin kompleks tentang peran Ratih dan Bapak Suryo. Rekaman pengakuan yang kini dipegang Ibu Kirana, dan kesaksian Hendra, ibarat dua bilah pedang yang siap menembus jantung jaringan Adnan, namun juga berpotensi melukai mereka yang ada di dalamnya. Di markas kepolisian yang dijaga ketat, Hendra duduk di ruang interogasi, wajahnya masih memucat ketakutan dan amarah. Pengkhianatan Adnan telah menghancurkan fondasi kepercayaannya. Pak Wijoyo dan timnya, didampingi Ibu Kirana, dengan cermat menggali setiap informasi dari Hendra. Informasi yang ia berikan adalah kunci yang sangat berharga. Hendra mengungkapkan detail tentang skema pencucian uang melalui prope

  • cinta yang terpisah    Bab 23: Bayangan yang Bergerak dan Langkah Sang Pion

    Udara di safe house terasa tegang, penuh dengan antisipasi yang membara setelah pengungkapan rekaman pengakuan Ratih dan Bapak Suryo. Cahaya matahari pagi yang menerobos celah tirai seolah tak mampu mengusir bayangan dilema yang masih menyelimuti mereka. Liontin kunci, yang kini disimpan Ibu Kirana, telah membuka pintu ke kebenaran yang jauh lebih gelap dari yang mereka bayangkan. Ratih, bukan hanya korban, melainkan seorang pemain catur ulung yang mengorbankan segalanya demi keadilan. "Jadi, ibuku... dia sengaja masuk ke sarang Adnan untuk mengumpulkan bukti?" Lila berbisik, suaranya bercampur antara rasa bangga, kesedihan, dan keterkejutan. "Dia tahu rahasia kematian anak Suryo, dan dia menggunakannya sebagai leverage?" Vika mengangguk, menatap Lila dengan empati. "Ratih sangat cerdas, Lila. Dia tidak hanya ingin membongkar Adnan, dia ingin melindungi banyak hal. Rekaman itu membuktikan dia sedang membangun sebuah kasus dari dalam, selangkah demi selangkah." Aldo menambahkan,

  • cinta yang terpisah   Bab 22 : Pengkhianatan tersembunyi dan keadilan

    Malam di Teluk Ambon terasa begitu panjang, diwarnai dengan ketidakpastian dan beban moral yang membelenggu. Di sebuah safe house rahasia yang disediakan Pak Wijoyo, jauh dari hiruk pikuk kota, Vika, Aldo, dan Lila duduk mengelilingi meja, diterangi cahaya lampu redup. Di tengah mereka, tergeletak liontin kunci kusam yang didapatkan dari Pak Harun. Liontin itu, yang tadinya mereka kira adalah kunci menuju keadilan, kini menjelma menjadi kunci ke dalam jurang dilema yang tak berujung. Pak Harun sendiri, kini dalam perawatan intensif di rumah sakit, kondisinya kritis setelah insiden di gang sempit. Keadaannya menjadi pengingat pahit akan betapa berbahayanya permainan Adnan. "Rekaman ini..." Vika memulai, suaranya pelan, seolah takut mengganggu kesunyian. "Ini bisa jadi pedang bermata dua. Menjatuhkan Adnan, tapi juga menghancurkan banyak orang, termasuk nama baik Ratih." Aldo menatap liontin kunci itu, jemarinya membelai ukiran samar di permukaannya. "Kakek buyutku dan Ratih... mereka

  • cinta yang terpisah   Bab 21 : Lorong Gelap Rahasia dan Kunci Pengorbanan

    Malam di Teluk Ambon telah menyingkap wajah aslinya—bukan lagi pesona bahari yang memikat, melainkan sebuah tirai gelap yang menyelimuti rahasia dan ancaman. Di dalam rumah mewah Adnan yang kini disesaki tim forensik dan polisi, ketegangan menggantung di udara seperti bau amis darah. Ultimatum Adnan menggema, bukan hanya sebagai ancaman, tetapi sebagai sebuah jebakan moral yang mengikat erat Vika, Aldo, dan Lila. Mereka kini memahami: pertarungan ini bukan lagi sekadar perebutan warisan atau keadilan semata, melainkan sebuah permainan catur rumit dengan taruhan yang menghancurkan. Vika, Aldo, dan Lila berdiri di hadapan Adnan yang telah diborgol, namun seringai licik tak pernah lepas dari wajahnya. Tatapan matanya yang tajam dan dingin memancarkan keyakinan bahwa ia telah memenangkan pertempuran ini, bahkan dalam kekalahan sekalipun. Ia tahu, mereka kini terjebak di antara dua pilihan pahit: mengungkap jaringannya yang luas dengan risiko kekacauan global dan aib bagi Ratih, atau memb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status