Semua Bab Be My Husband (INDONESIA): Bab 41 - Bab 50
52 Bab
40. Membara di Kantor
"Memenangkan hati ayahnya mungkin sulit, tapi memenangkan hati anaknya lebih sulit," ujar Ruri setelah mendengar ceritaku. Setelah jam kantor selesai, aku mengajak Ruri untuk makan malam bersama. Sebenarnya Evan telah mengajakku makan malam terlebih dahulu, sebelum dirinya mendapat telepon bahwa Karin ingin makan malam bersamanya. Aku tidak ingin begitu saja muncul lagi di makan malam antara Evan dan Karin, karena kuyakin Karin akan curiga tentang hubunganku dengan ayahnya itu. Bukan bermaksud menyembunyikannya, tetapi aku ingin pelan-pelan saling mengenal dengan anak perempuan itu. "Ya, apalagi kita bicara tentang anak perempuan yang bahkan belum masuk sekolah dasar." Ruri lalu memegang tanganku, seolah mencoba men
Baca selengkapnya
41. Aku Sedang Mencintaimu
"Mari hidup bersama?" Aku menatap langit-langit kamarku sambil memikirkan ucapan Evan yang bisa memiliki makna yang luas. Meski itu terdengar seperti ajakan berumah tangga, tetapi aku tidak ingin berprasangka lebih jauh. Sementara memikirkan lelaki itu, ternyata Evan mengirimkan sebuah pesan kepadaku. Bukannya senang, aku malah merasa sedih. Evan♡ : Tiga hari ke depan aku tidak akan masuk kantor. Termasuk senin depan. Kiran : Kenapa? Ada masalah? Evan♡ : Karin sedang sakit. Badannya sangat panas dan sedang pemeriksaan darahnya. Takutnya demam berdarah. Aku ikut khawatir mendengar kabar Karin terseb
Baca selengkapnya
42. Kiran Ingin Melihat Karin
Besok aku berencana menjenguk Karin yang masih dirawat di rumah sakit. Menurut Evan, anak perempuan itu sudah dalam masa pemulihan. Kurasa ini kesempatan bagiku untuk bisa lebih dekat dengan Karin. Meski aku sendiri tidak tahu bagaimana tanggapan anak tersebut nanti."Kau yakin tidak ingin aku jemput lalu ke rumah sakit bersama?" tanya Evan sekali lagi.Saat ini kami sedang berada dalam perjalanan pulang dari kantor. Aku berkata kepada Evan jika bisa datang sendiri ke rumah sakit. Cukup lelaki itu menunggu di sana saja."Sangat yakin. Lagipula bukankah Karin memintamu makan malam bersamanya? Menjemputku di kantor akan membuatmu terlambat," jawabku m
Baca selengkapnya
43. Cup Cup
Aku memandangi penampilanku di depan cermin saat ini. Memakai gaun mungkin adalah pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir. Jika bukan karena ajakan kencan dari Evan, mana mungkin aku mau repot-repot memakainya. "Aku ingin mengajakmu menonton bersama, namun malah ada agenda kencan," keluh Ruri yang telah sengaja mengosongkan jadwalnya dan berangkat menuju indekos tempatku tinggal. Aku melirik Ruri sekilas. "Salah sendiri tidak kabarin dulu. Waktu akhir pekan untuk perempuan yang telah memiliki kekasih bukanlah di rumah," ujarku terdengar sombong sampai Ruri berdecak lidah. "Ketemu tiap hari juga." Aku mengeluarkan liptint dari tasku. Mengoleskannya sebagai sentuhan terakhir untuk acara kencanku hari ini. Semoga
Baca selengkapnya
44. Hati Manusia Ternyata Serapuh Itu
Sesuai dengan janji kami, aku mendatangi salah satu restoran untuk bertemu dengan Kanaya pada jam istirahat kerja. Ketika aku sampai, ternyata Kanaya telah duduk pada sudut restoran terlebih dahulu. "Kak Kanaya," sapaku membuat Kanaya mendongak menatapku. Dia tersenyum tipis sekilas lalu mempersilakanku. "Kau benar-benar sibuk sampai terlambat hampir setengah jam?"  Aku tertawa sumbang. "Jam makan siang selalu membuat jalan di depan kantor menjadi padat." "Bukan karena menemani Kak Evan makan siang dulu?" Balasan Kanaya menjadikanku terdiam. Dia langsung membahas tentang hubunganku dengan lelaki itu. "Apakah … Ibu dan Ayah telah tahu tentang hal
Baca selengkapnya
45. Kondisi Darurat
Sesuai dengan instruksi dokter, aku menuju salah satu rumah sakit besar yang ada di Indonesia untuk melakukan pemeriksaan lanjutan dan pemeriksaan kali ini jauh lebih banyak serta kompleks, sehingga aku harus meminta izin agar tidak masuk kantor selama satu hari. Aku tidak mungkin memberitahu Evan tentang penyakitku ini, karena lelaki itu pasti akan khawatir dan mulai tidak fokus dalam bekerja. Tanggung jawab Evan begitu besar dan melibatkan banyak orang. Namun Evan mencoba mencari tahu alasanku untuk cuti satu hari tersebut.  Maka dari itu kami kini tersambung melalui panggilan suara. Aku berada di depan ruang pemeriksaan setelah mengganti baju. Sebelah tanganku memegang nomor antrean dan satunya lagi memegang ponsel. "Kau sungguh mengajukan cuti, karena Kanaya meminta
Baca selengkapnya
46. Menepi Untuk Berjuang Kembali Kepelukanmu
Masalah kebohonganku  kepada layanan darurat telah di atasi oleh Evan. Pria itu bahkan menemaniku ke kantor polisi terlebih dahulu, kemudian akan menyusul Karin yang telah dibawa ke rumah sakit.Menurut keterangan polisi, pria yang menculik Karin dari tempat les adalah pemain lama yang memiliki komplotan tersendiri. Salah satu dari penculik yang telah ditangkap tersebut bahkan merupakan residivis untuk kasus yang sama."Kiran," panggil Evan melangkah mendekat, lalu memelukku erat. "Terima kasih, terima kasih."Aku tersenyum lalu membalas pelukan lelaki itu. Kemudian terdengar isak tangis, perasaanku tersayup, apakah Evan sedang menangis dalam p
Baca selengkapnya
47. Sendu Kerinduan
Aku berpikir bahwa menyingkir dari hiruk pikuk Jakarta akan membuat kesehatanku mulai membaik. Namun ternyata aku salah, baru sehari tiba di Bandung, aku langsung tumbang.Ayah dan ibu pun langsung mengetahui penyakitku setelah aku dirawat di rumah sakit. Mendapat perawatan bukan berarti membuat kerisauanku menghilang. Nyatanya aku malah bertambah akan satu hal. Evan, lelaki itu telah mengetahui surat pengunduran diriku.Evan♡ : Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku? Apakah aku membuat kesalahan? Maafkan aku tidak terlalu memperhatikanmu disaat sedang bersama Karin. Evan♡ : Berikan aku alasan pengunduran dirimu, di mana kau sekarang?
Baca selengkapnya
48. Kamu Yang Kutunggu
Sudah tiga hari sejak Ruri membawa surat yang kutulis untuk Evan tersebut. Namun belum ada tanda-tanda kedatangannya. Aku tidak pernah meragukan bahwa Ruri akan terlambat menyerahkan surat itu. Mungkin … Evan sedang sibuk.Aku tidak membohongi diriku sendiri bahwa rasa sakit ini mulai menyiksaku. Berharap bahwa ini akan segera berakhir. Bukan hanya soal rasa sakit secara fisik, tetapi batinku tersayat melihat ayah, ibu dan Kanaya yang menangis di sampingku kala aku memejamkan mata seolah tengah tertidur, padahal mendengar bagaimana rintihan mereka.Hari ini gerimis hujan turun membasahi tanah. Aroma petrichor menyusup ke dalam kamar rawatku, sengaja aku meminta Kanaya tidak menutup jendela. Suara rinai hujan membuat ingatanku tertaut pada
Baca selengkapnya
49. Impian, Harapan dan Cinta
Author POV-------------------------------------------------------------------Pada sebuah toko buku di pusat perbelanjaan, tampak adanya antrean panjang di dalamnya. Pengunjung yang baru datang lalu membaca spanduk yang terdapat pada pintu depanFan Meeting With RiruNovel terbaru : Linggar (Impian, Harapan dan Cinta)Ruri telah sukses menjadi seorang penulis novel, setelah mengundurkan diri sebagai editor. Ia juga memakai nama Riru sebagai nama penanya. Hanya membalik huruf pada
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status