All Chapters of Seamin Tak Seiman: Chapter 11 - Chapter 20
26 Chapters
Dejavu
“Jadi, bisa kamu jelaskan ucapan kamu?”Saat ini Isabel tengah duduk di salah satu rumah makan junk food bersama Kakak Sean, yang ia ketahui namanya adalah Sea. Gadis itu tampak menatap kesal dan angkuh ke arah Isabel.“Sean pergi dari rumah karena tak mendapatkan restu dari kedua orang tuaku untuk menikahimu!” sergah Sea, amarahnya tampak sudah di ujung tanduk dan akan meledak sebentar lagi.Tubuh Isabel mematung seketika, ia tak tahu harus berkata apa. Lidahnya terasa kelu seketika dan tenggorokannya seperti tercekat sesuatu. Hatinya seperti tercelos membuat lubang yang cukup besar di sana.“T-ttapi, dia berkata bahwa dia telah bertunangan dengan seorang gadis yang seiman dengannya!” seru Isabel, kedua matanya telah panas dan berkaca-kaca.Terdengar suara tawa meledak dari Sea, gadis itu seakan meledek Isabel dan hal itu membuat Isabel merasa tak nyaman.“Kenapa kamu ketawa?” tanya Isabel yan
Read more
Fitting Gaun
“Isabel! Ayo cepat, Ahmed sudah nungguin kamu dari tadi. Lama banget sih,” omel Hana dengan suara yang lebih mirip seperti teriakan.Bagaimana tidak, Isabel sudah tiga puluh menit berdandan dan tak kunjung keluar dari kamarnya. Membuat Ahmed yang sudah datang sedari tadi menunggunya sangat lama di ruang tamu.Akhirnya, Isabel pun keluar dari pintu kamarnya. Tampak cantik dengan gamis berwarna cokelat muda dipadukan dengan hijab berwarna putih yang licin. Terlihat sempurna dan sangat menutupi tubuh Isabel.Gadis itu pun segera menghampiri Ahmed yang telah beranjak dari duduknya. Ia hanya menatap Uminya dengan tatapan polos dan cengiran kecil.“Maaf, ya, nunggu lama,” ucap Isabel merasa bersalah.“Nggak apa-apa kok. Ayo kita pergi sekarang, sebelum jam makan siang. Nanti menunggunya lama lagi,” ajak Ahmed.Kepala Isabel pun mengangguk mantap, ia mengambil telapak tangan Hana dan menciuminya. Diikuti oleh Ahm
Read more
Akad Suci
Jam masih menunjukkan pukul lima subuh, Isabel dan keluarganya baru saja menyelesaikan ibadah salat subuh, berdoa agar apa yang akan mereka lakukan hari ini dilancarkan oleh Allah SWT, sebagai sang pencipta.Bahkan saat ini jantung Isabel tak bisa berdetak dengan normal, terus berdegup kencang membuat Isabel bertambah gugup. Ia merasa hatinya tak karuan saat ini. Senang, sedih, dan gugup dalam waktu bersamaan.Isabel senang bisa menikah dengan pria yang baik dan selalu menghormati dirinya. Ia sedih karena harus melepaskan cintanya yang telah ia ukir bersama Sean. Dan ia gugup karena ini merupakan pernikahan pertamanya dan berharap menjadi pernikahan terakhir dalam hidupnya.Bunyi decitan pintu yang dibuka membuat lamunan Isabel buyar, ia pun menolehkan kepalanya menatap seseorang yang ternyata Hana berdiri di depan pintu.“Isabel, penata riasnya udah sampai nih. Dia bakal rias kamu, menjadi ratu yang paling cantik hari ini,” ucap Hana seraya d
Read more
Raja dan Ratu
“Kalian siapin diri buat nanti malam dulu. Nanti sorean ada tukang rias yang datang lagi ke kamar ini,” ucap Hana sesaat sebelum ia menutup pintu kamar Isabel.Kini Isabel dan Ahmed tengah terduduk kaku di atas ranjang Isabel yang berseprai murah muda. Bahkan kedua pasangan tersebut tak berani tuk saling menatap.Setelah bersalaman dengan beberapa kerabat dekat mereka, Isabel dan Ahmed pun masuk ke kamar tuk beristirahat agar nanti malam saat resepsi bisa bugar dan tak tumbang di tengah-tengah acara.“Bel,” panggil Ahmed memecahkan keheningan di kamar tersebut.Isabel pun menolehkan kepalanya menatap Ahmed malu-malu. “Ada apa?”“Kita kan sekarang sudah menjadi suami istri yang halal di mata agama dan hukum, masa panggilannya nama doang. Gak mau gitu punya panggilan sayang kayak pasangan lain?” goda Ahmed seraya menaik turunkan sebelah alisnya.Sontak Isabel mencubit kecil pinggang Ahmed, membua
Read more
Prank!
“TUNGGU!”Wanita berambut cokelat tersebut berjalan mendekati panggung, tampak perut buncitnya menjadi sorot utama semua orang. Isabel yang tak tahu apa-apa pun menatapnya bingung dengan kening yang mengerut, kedua alisnya saling bertautan. Seolah bertanya ada apa dengan wanita tersebut.Tanpa aba-aba, wanita itu menampar pipi Ahmed dengan keras, membuat suara yang cukup menggema dan mengagetkan para tamu yang hadir di sana. Kedua mata Isabel pun melotot ke arah wanita tersebut.“Apa-apaan sih kamu?!” bentak Isabel. “Sinting atau gila?! Datang-datang ke nikahan orang malah nampar. Gak waras, ya?”Sisi sarkas dan julid Isabel akhirnya keluar juga, gadis itu tak segan tuk mengatakan apa yang ada di pikirannya. Walaupun akan menyakiti hati orang yang mendengarnya.“Lo tau? Cowok yang lo nikahin ini adalah pacar gue! Dan sekarang gue lagi hamil anak dia! Kalau lu gak percaya, tanya dia aja. Apa dia kenal sama gue atau gak!” ucap wanit
Read more
Malam Pertama
Para tamu baru pulang secara keseluruhan saat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, hal itu pun membuat kedua pengantin yang berdiri di atas panggung kewelahan dibuatnya.Bagaimana tidak, mereka berdiri dan menampilkan pose terbaik mereka selama hampir dua jam lebih hanya untuk menangkap gambar yang sempurna di kamera. Agar bisa dicetak dan dijadikan kenangan yang dibingkai sempurna di dalam sebuah album.Kini, yang tersisa hanya keluarga inti saja dari pihak Isabel dan Ahmed, mereka pun juga sama capainya dengan kedua pengantin tersebut setelah menyambut ratusan tamu baik rekan bisnis kedua orang tua mereka, maupun teman dekat Isabel dan Ahmed. Mereka pun memilih untuk ke kamar hotel yang telah dipesan.Untung saja hotelnya terletak tepat berdampingan dengan gedung resepsi pernikahan Ahmed dan Isabel dilangsungkan. Membuat mereka tak harus berlama-lama lagi menempuh perjalanan darat yang tambah membuatnya lelah."Ma, Pa, Mi,Bi, kita berdua ke kamar
Read more
Pagi Pertama
Jam menunjukkan pukul tujuh pagi, dan kedua pengantin baru tersebut masih belum enggan beranjak dari tidurnya. Tubuh polos mereka kini hanya berbalut selimut putih tebal saja.Menyadari sudah siang, dan matahari telah terbit Isabel pun mengedip-kedipkan matanya, membiasakan cahaya yang ada masuk menyapa retina matanya. Tangannya pun menaik untuk menggosok kedua kelopak matanya.“Astagfirullah, udah siang,” pekik Isabel terkejut. Ia ingin segera beranjak dari kasur, tetapi dengan segera ia menyadari bahwa tengah tak berbalut apa pun, membuat niatnya terurung untuk beranjak dari sana.Ia pun kembali merebahkan dirinya, melirik pria yang tengah tertidur pulas di sebelahnya. Pria yang kini sah menjadi suaminya di mata hukum dan agama. Tanpa sadar, seulas senyum perlahan terbit di wajah cantiknya.“Sebelum Ahmed bangun, mending aku mandi duluan deh,” gumam Isabel.Ia kemudian memastikan terlebih dahulu apakah Ahmed benar-benar be
Read more
Rumah Baru
Seusai sarapan bersama kedua orang tua mereka, kini tersisa Ahmed dan Isabel yang berdiri bersama di area parkiran hotel. "Kita sekarang pulang ke mana, Med? Ke rumah Umi dan Abiku, atau ke rumah Papa dan Mamamu?" tanya Isabel bingung.Di dalam hati, wanita itu sangat tak ingin tinggal bersama kedua mertuanya setelah menikah. Hal itu yang menjadi impiannya sedari dahulu, memiliki rumah sendiri dan membangun istananya bersama keluarga kecilnya tanpa ada campur tangan siapa pun."Ada deh, aku mau menunjukkan sesuatu kepada kamu," ucap Ahmed sok misterius. Ia berjalan ke sisi kiri mobilnya dan memukakan pintu mobil untuk istrinya.Isabel yang sudah terbiasa dengan hal itu pun hanya tersenyum malu-malu seraya masuk ke dalam mobil. Setelah menutup pintu mobilnya, Ahmed pun menyusul ke bagian kiri mobil dan duduk di jok kemudi itu.Rasa penasaran mengerumuni pikiran Isabel, wanita itu sangat tak penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Ahmed k
Read more
Rencana Bulan Madu
Saat tengah serius menonton drama Korea yang belum habis juga sedari tadi bersama Isabel. Ahmed kemudian teringat sesuatu.Ia pun menolehkan kepalanya, menatap Isabel yang telah berlinang air mata karena scane sedih yang tengah ditampilkan di layar televisi."Bel," panggil Ahmed pelan. Tak ingin merusam mood Isabel yang sepertinya tengah bagus.Merasa dipanggil, Isabel pun menolehkan kepalanya menatao Ahmed dengan salah satu alis yang naik. "Ada apa?""Kamu mau bulan madu ke mana?"Pertanyaan Ahmed sontak membuat kedua mata Isabel membulat sempurna. Ia yang tadinya tak bersemangat berbicara dengan Ahmed, kini menatap pria itu antusias."Kamu mau ajak aku bulan madu?!" pekik Isabel tertahan.Ahmed tak bisa lagi untuk menahan senyuman yang akan terbit di bibirnya. Ia pun menganggukkan kepalanya mantap. "Iya, aku mau bawa kamu bulan madu.""Aku mau ke ...."Isabel menahan ucapannya, keningnya berkerut tanda bahwa ia tengah bingung d
Read more
Perjalanan
"Kita pergi dulu, ya, Ma, Pa."Isabel dan Ahmed menyalimi tangan Mama dan Papa mereka secara bergantian. Sementara kedua pasangan patuh baya tersebut mengelus puncak kepala anak dan menantu mereka. Melepas kepergian Ahmed dan Isabel yang akan terbang je Turki."Kalau di negeri orang hati-hati, ya, Nak. Jangan buat masalah di sana, buat cucu untuk Mama dan Papa aja," ucap Hasan bergurau.Namun, ia mendapatkan cubitan kecil di pinggangnya dari sang istri. Membuat Hasan meringis kesakitan dengan tangan yang sudah berpindah di pinggang. "Aduh, Ma. Kebiasaan deh, mainnya cubit-cubitan. Papa kan bener, cuma minta cucu masa Mama gak mau sih?" ucap Hasan seraya mengelus pinggangnya yang terasa nyeri."Anak itu urusan Tuhan. Kalau Allah belum mau memberikan, ya jangan dipaksa, Pa. Biarkan mereka menikmati waktu berdua mereka dulu," omel Mama Ahmed. Suara dari pusat informasi pun terdengar, mengabarkan bahwa pesawat dengan rute Banda
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status