Semua Bab Hanna (Bukan Gadis Biasa): Bab 31 - Bab 40
45 Bab
31. Pulang
Sirine ambulan telah menggema di tengah sang sopir yang mengemudikannya di sepanjang jalan. Ya, sekitar beberapa menit lalu, ambulan telah tiba dan langsung mengangkut tubuh Devano yang sudah semakin melemah. Namun salutnya, cowok itu bahkan masih bisa berhaha hihi di saat kondisinya sudah terlihat tidak baik-baik saja. Membuat Hanna merasa takjub karena pada kenyataannya, cowok itu sangatlah ajaib nan penuh kejutan. "Han, berhubung kita bawa motor masing-masing, jadi kita titip Bos Dev sama lo aja ya." Sekiranya, seperti itulah komando Panca saat Devano sudah dimasukkan ke dalam ambulan. Sontak, Hanna pun membelalak horor seperti dia yang baru saja melihat manusia berkepala terbelah secara kebetulan. Kemudian, sambil menelan ludah kasar, Hanna pun kini menatap Panca dan juga Adam bergantian."Kok gue sih? Kenapa gak salah satu dari lo aja yang temenin bos kalian di dalam sana. Lagipula, gue mau langsung pulang. Ogah banget gue kalo harus ikut dulu
Baca selengkapnya
32. Sebuah Informasi
"Kakak!" seru sebuah suara. Tanpa pikir panjang, ia pun langsung memasuki sebuah ruangan di mana sang kakak tengah terbaring di atas ranjang. Menoleh, si penghuni ranjang perawatan itu lantas berupaya menyunggingkan senyumannya meski terasa sulit. Menyambut sang adik yang kini tengah dilanda kekhawatiran semenjak ia diberi kabar tentang kondisi kakaknya yang tidak bisa dibilang baik-baik saja tersebut. "Zola.""Ya ampun, Kak. Siapa yang udah lakuin ini ke Kakak? Kenapa Kak Deva gak ngelawan dia kayak biasanya sih? Tau gak? Zola khawatir banget pas dikabarin sama Kak Adam tentang Kakak yang masuk rumah sakit dengan kondisi yang gak stabil," lontar gadis itu terisak. Untuk sesaat, si penghuni ranjang yang tak lain adalah Devano pun melirikkan pandangannya ke arah Adam. Dalam sekejap, membuat sosok yang diliriknya segera memalingkan wajah seolah-olah ia tidak tahu apa-apa mengenai apapun yang dikatakan oleh adik dari sohibnya tersebut."Kak, Kaka
Baca selengkapnya
33. Didera Bosan
"Jadi, tadi pagi lo ga berangkat ke sekolah? Melainkan, lo diserang sama tiga orang asing bahkan sampe disekap di sebuah bangunan tua? Tapi, gimana bisa? Maksud gue, kok lo bisa sampe kalah gitu sih?" cerocos Milo tak menyangka. Padahal biasanya, adiknya itu selalu pandai dalam menghadapi setiap lawan yang menyerangnya bukan? Tapi setelah mendengar penuturannya barusan, kenapa tiba-tiba Hanna malah berhasil dilumpuhkan meski tak membuat wajahnya babak belur. Sebenarnya, apa yang terjadi pada adiknya itu? Batin Milo bertanya-tanya.Untuk sesaat, Hanna memutar bola matanya. Lalu kemudian, ia pun mendengkus pelan seraya berkata, "Plis deh, Bang. Atlit tinju terhebat sedunia pun kalo udah ketiban sial bisa mengalami kekalahan juga. Apa kabar sama gue yang cuma seorang gadis dan dirempug sama sekawanan cowok asing dalam satu serangan. Jelas gue pun akan kalah. Ya walaupun gue gak sampe mengalami luka-luka, tapi tetep aja, tenaga gue yang abis terserap." Gadi
Baca selengkapnya
34. Obat Suntuk
Hanna ingin mengumpat. Tapi bahkan hal itu tidak bisa ia lakukan di tengah dirinya yang sedang berada di tengah-tengah si kembar. Ya, beberapa saat yang lalu, saat Hanna sudah siap mengistirahatkan tubuh beserta pikirannya, tiba-tiba saja si kembar duo B menerobos masuk dan saling melompat naik ke atas tempat tidur. Tentu Hanna pun merasa kaget kala melihat mereka yang tahu-tahu datang memasuki kamarnya sekaligus mengambil posisi masing-masing yang ada di kedua sisi Hanna."Kok kalian belum tidur?" tanya Hanna menatap keduanya silih berganti. "Kita gak bisa tidur, Kak. Izinin kita buat tidur sama Kak HanHan aja ya khusus malam ini. Bara janji, besok-besok tidur di kamar kami lagi deh," cetus Bara yang disetujui Barie. "Ooh gitu. Jadi malam ini, kalian mau tidur bareng sama Kak Hanhan ya?" ulang Hanna yang kembali diangguki oleh si kembar. Lalu tanpa pikir panjang, Hanna pun tentu saja mengizinkan keduanya untuk tidur bersamanya khusus di malam ini. 
Baca selengkapnya
35. Dipaksa Bangun
Pagi telah tiba. Mentari pun sudah bersinar menyeluruh ke sebagian permukaan bumi. Setiap orang sudah diharuskan untuk siap beraktivitas kembali. Entah itu orang dewasa, lansia maupun anak kecil dan sederet remaja sekalian. Ya, mengingat ini bukanlah hari libur, maka tidak waktu untuk mereka berleha-leha.Seperti yang sedang terjadi di meja makan kediaman Aleandro. Vindania, suaminya, kedua bocah kembar berikut Milo yang baru saja tiba di salah satu kursi yang tersedia, pagi ini mereka sedang sibuk untuk sarapan bersama sebelum berangkat ke tempat mereka seharusnya menunaikan kewajiban masing-masing.Akan tetapi, untuk sesaat Vindania mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Merasa ada yang kurang ketika ia tidak melihat sosok putri sematawayangnya. "Loh hei, Hanna di mana? Kok Mama lihat dia belum turun ke bawah sejak tadi," ujar wanita itu bertanya.Sambil menyuapkan sesendok nasi goreng, Bara lantas menjawab pertanyaan
Baca selengkapnya
36. Milo & Zola
Setelah dinyatakan sembuh dan pulih seperti sedia kala, akhirnya Devano pun diizinkan pulang oleh dokter yang menanganinya. Mumpung papi dan maminya masih berada di luar kota bersama urusannya yang tak kunjung kelar, Devano pun merasa tidak perlu khawatir orangtuanya tahu atas yang terjadi beberapa hari terhadapnya. Selain dari Zola, tidak ada yang tahu lagi soal Devano masuk rumah sakit dari pihak keluarga. Menguntungkan memang, karena dengan begitu, Devano tidak akan dihujani oleh banyaknya pertanyaan yang bisa saja ia dapatkan dari kerabat apalagi kedua orangtuanya.Dan kini, Devano merasa bersyukur setelah ia bisa merasakan lagi udara segar tanpa dicampuri bau obat-obatan yang menusuk. Sambil menggeliat bebas, Devano pun menyuarakan kebebasannya. "Akhirnya, setelah kurang lebih empat hari mendekam di ruang perawatan, gue bisa hirup udara segar lagi layaknya manusia normal pada umumnya. Setelah ini, amit-amit deh kalo gue harus balik lagi ke rumah sakit. Jau
Baca selengkapnya
37. Aneh tapi Nyata
"WOY, COWOK GAK TAU DIRI. KELUAR LO! BERANI-BERANINYA LO BIKIN ADIK KESAYANGAN GUE NANGIS. KALO LO NGERASA GENTLE, SINI LO BAKU HANTAM AJA SAMA GUE. GAK ADA AHLAK BANGET LO PAKE ACARA NANGISIN ADIK GUE. MINTA GUE HAJAR APA GIMANA LO?" Di siang seterik ini, Hanna yang sedang rebahan santai di atas tempat tidurnya pun seketika terperanjat kaget kala mendengar suara teriakan penuh emosi dari luar sana. Ya, secepat kilat Hanna pun beranjak dari posisinya guna memeriksa keadaan di luar sana melalui balkon kamarnya. Lalu, ketika ia mendapati Devano yang sedang berdiri dari balik pagar rumahnya, matanya pun memelotot kaget sekaligus teringat akan setitik masalah yang ia ketahui telah diciptakan oleh kakaknya sendiri. "Bencana besar ini sih. Si iblis Devano jelas gak akan terima kalo tau adiknya punya masalah sama Bang Milo. Sementara itu, emosi Abang gue sendiri pun masih belum stabil setelah gue tegur dia kayak tadi. Wah, bisa-bisa perang dunia ke 3 bakalan pec
Baca selengkapnya
38. Berita Perjodohan
Seminggu telah berlalu tanpa terasa. Kehidupan Hanna seakan terjungkir balik ketika ia mendapat kabar bahwa kedua orangtuanya sudah sama-sama sepakat untuk menjodohkannya dengan cowok yang sampai saat ini masih ia anggap sebagai musuh bebuyutannya.Ya, entah bagaimana ceritanya, tahu-tahu saja tadi malam ibu negara membicarakan perihal yang sangat penting dengannya di depan Milo juga sang papa. Dan sangatlah mengejutkan ketika Milo sudah tahu lebih dulu soal perjodohan ini. Hanna begitu kaget luar biasa.Pantas saja selama ini Milo dan Devano sering bertegur sapa melalui pesan singkat yang tak jarang Hanna temukan ketika ia sedang duduk bersebelahan dengan kakaknya. Rupanya, inilah alasan dari balik sikap akur kedua cowok itu. Tapi yang membuat Hanna semakin dongkol ialah, kenapa Milo selalu menghindar setiap kali dirinya bertanya soal ia yang menjadi begitu akrab dengan Devano. Padahal seingatnya, bukankah selama ini Milo selalu muak jika harus berintera
Baca selengkapnya
39. Kembalinya Arjuna
Gadis itu menekan sakelar bel yang terletak di sudut kanan atas pintu di hadapannya. Sepulang sekolah, ia memang langsung ngacir sebelum rencananya berantakan seandainya dihalangi oleh Devano. Apalagi setelah berita perjodohan itu diutarakan oleh pihak orangtua, Hanna yakin, cowok itu pasti akan semakin banyak bertingkah. Setelah menekan sakelar untuk kedua kalinya, tak lama kemudian seseorang muncul dan membukakan pintu tersebut. Seketika, Hanna pun mengulas senyumannya kala ia berhadapan langsung dengan seorang wanita berambut demimor. "Eh, Hanna!" serunya menatap berbinar. Selanjutnya, wanita yang tak lain adalah ibunya Arjuna pun lekas memeluk tubuh Hanna dengan senyum yang tak memudar."Apa kabar, Sayang? Udah lama banget ya kita gak ketemu," ujar wanita itu sembari menyudahi pelukannya. "Apa kabar, Tante?" tanya Hanna balas tersenyum."Baik. Seperti yang kamu lihat. Kamu sendiri gimana? Duh, Tante kangen banget deh sama kamu...."
Baca selengkapnya
40. Gelisah
Milo sedang berjalan mondar-mandir di tengah rasa gelisahnya yang melanda. Langit sudah menggelap tapi bahkan Hanna belum pulang sama sekali. Membuat Milo merasa khawatir karena selain itu ponsel adiknya pun tak bisa dihubungi."Ke mana si Hanna. Kenapa udah malem begini dia belum pulang juga," gumam cowok itu mendecak resah. Sesekali, ia pun melayangkan pandangannya ke arah jam raksasa yang tergantung di sudut ruangan tengah rumahnya. "Duh bahaya ini sih. Bisa diinterogasi sama ibu negara sama bapak negara kalo misalkan mereka tau anak gadisnya belum pulang. Lagian, tuh anak pergi ke mana sih. Kelewatan banget kalo pergi main. Bikin gue belingsatan aja jadinya," tukas Milo mengembuskan napas gusar. Kemudian, tahu-tahu ponsel yang berada di dalam saku celana kargonya pun berdering. Mengejutkan cowok itu hingga kini ia pun tampak terkesiap di tengah helaan napasnya. "Mudah-mudahan ini telepon dari Hanna," harapnya sembari merogoh ponsel. Lantas,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status