All Chapters of KISSING MY EX-HUSBAND: Chapter 41 - Chapter 50
56 Chapters
Sheet 40: Semakin Mencintai, Semakin Pedih!
"Aku dengar-dengar, kau dan Skye berpisah. Apa artinya kau memilihku?" tanya Paula dengan songong, mengaduk minuman miliknya, dan tersenyum puas. Tidak! Dia tersenyum mengejek lebih tepatnya, begitu mudahnya dia membasmi semut tak guna seperti mereka. Rasa kesal Bryce sudah mencapai tenggorokannya, jika Paula masih memancingnya, maka meledak lah sekarang. Laki-laki itu mengepalkan tangannya. Paula masih menunduk, mengaduk minumannya. "Kukira kau setia. Ternyata, hanya begitu saja." Bryce mengepalkan tangan erat, kembali mengembuskan napas gusar. Tahan! Tahan! Sebelum dia meledak. "Ngomong-ngomong, aku ada mengirimkan sedikit paket untuk Skye!" Bryce langsung terhenyak, dan mendorong meja di depannya, Paula hanya menampilkan wajah tanpa dosa. Dia benar-benar wanita iblis! "Apa yang kau lakukan?" tanya Bryce penuh emosi. "Hanya sedikit paket kejutan, bangkai tikus! Sebenarnya, tikus jelek jadi mainanku. Tapi
Read more
Sheet 41: Pernikahan Seperti Neraka!
Skye tidak mengerti dengan sikap mantan suaminya yang berubah-ubah seperti bunglon, bahkan bunglon saja masih lebih konsisten dari Bryce. Setelah berpisah, Bryce memang berubah. Laki-laki itu menjadi brengsek, kejam, dan tak segan untuk mengatai dirinya bodoh, tapi ada saat di mana Bryce sangat bersikap manis padanya. Skye dibuat pusing karena ini, walau dia senang dengan perlakuan manis Bryce, dan kembali dibuat sakit hati karena sikap jahat Bryce. Sekarang, Bryce membawanya pergi ke berlibur, walau hati Skye setengah ikhlas berlibur kali ini. Wanita itu sedang dalam mood yang buruk untuk menikmati liburan kali ini, karena yang dia pikirkan adalah pernikahan yang hancur, rahasia kehamilannya, orang tuanya yang tidak tahu dia telah berpisah, terutama sikap Bryce. Skye menunduk. Dia pikir, setelah menikah dia akan bahagia, pernikahan impian yang diidamkan semua orang tidak terjadi padanya, dia mengalami pernikahan seperti neraka.&nb
Read more
Sheet 42: Amarah Kelsea
"Aku bisa melihat, jika Bryce sangat mencintaimu." ucap Verena, membuat Skye hanya menutupi matanya. Kicauan Verena tentu tak bisa dianggap serius, dia hanya anak kecil yang tak tahu apa-apa masalah orang dewasa. Baik Bryce dan Skye sama-sama terdiam, walau apa yang Verena bicarakan benar adanya. Verena bahkan bisa merasakan itu semua, di saat Skye hatinya sudah buta oleh kekecewaan. "Kau benar." jawab Bryce mantap. Skye menoleh dengan kesal, dengan jawaban penuh percaya diri Bryce, karena laki-laki ini nyatanya brengsek. Semoga Verena tidak merasakan laki-laki seperti ini. "Kau lihat, Verena, istriku sangat cantik." Skye risih dengan pelukan itu, dengan gesture tak nyaman dia menunjuk pada Bryce dia tak suka disentuh, tapi laki-laki itu pura-pura tak peduli, dan semakin menunjukkan kepalsuan di depan Verena. Verena hanya menampilkan bibir bengkok, sedikit songong, dia akan punya pasangan yang lebih romantis dari kakak-kakaknya, dia akan punya
Read more
Sheet 43 : Reveal The Truth
"Maafkan Daddy, Daddy memang suka galak. Apalagi menyangkut semua anak-anaknya." ucap Kelsea merasa bersalah pada Bryce yang babak belur, karena orang tua itu sudah tahu kabar perceraian pura-pura ini. Gerald murka, dan menganggap Bryce laki-laki bajingan yang hanya bisa menyakiti Skye. Kelsea sedang mengompres wajah Bryce, laki-laki itu hanya meringis, dia tak berani melihat wajahnya sendiri. Kelsea masih menatap Bryce, dia tahu laki-laki ini tulus mencintai Skye. Tak ada yang mencintai Skye sebesar Bryce mencintai Skye. Laki-laki ini, sudah menyukai Skye saat jakunnya belum tumbuh. "Semuanya jadi kacau. Maafkan ide konyol aku agar kau berpura-pura dengan semua ini. Aku tahu pasti berat." Bryce cemburu buta pada Skye, dia mengira wanita itu sedang berkencan dengan laki-laki lain, hingga membuat Bryce mendorong Skye dan berakhir wanita itu melahirkan. Skye makin membenci Bryce, dan itu adalah bayaran yang akan dia dapatkan dari semua kepura-pur
Read more
Sheet 44: Kesialan Selalu Menyertai
Tudung jaket di kepalanya tidak pernah ia lepaskan, walau sekarang musim panas. Pergi tanpa tujuan. Gadis itu menyeret kopernya berjalan tanpa arah, tapi sekarang dia berhasil mencapai negara lain. Perancis, negara yang tidak pernah ada dalam list hidupnya. Melihat banyak orang melakukan aktivitas, bercengkrama, saling tertawa, membuat Paula menyadari jika dia seperti hidup dalam gua gelap selama ini. Gadis itu hanya duduk di kursi tunggu di sebuah stasiun. Setelah ini, dia akan hidup sebagai Paula yang baru, mengganti identitas, tak ada lagi Paula yang dulu, Paula kelam yang hidupnya sangat menyedihkan. Gadis itu berdiri, membeli minuman kaleng untuk mengisi perutnya yang kosong, sambil memikirkan apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Mungkin dia akan berjalan sebentar, melihat kemewahan menara Eiffel yang selalu dibanggakan di seluruh dunia. Selamat tinggal pada Frankfurt, selamat tinggal pada negara tempatnya lahir yang hanya m
Read more
Sheet 45: Pilihan Sulit Membuat Dilema
Dengan tertatih-tatih, sambil tersenyum bayi satu tahun itu bejalan mendekati ibunya. "C'mon, Baby. Come to Mama." Saat mendengar suara ibunya, suara tertawa khas bayi yang membuat dada sang ibu menggembang bahagia. "Good job, Baby." ucap Skye saat Lizie berhasil mendekati dirinya, dia mengendong bayi berambut pirang dengan pipi chubby menggemaskan. Tak kuat untuk terus menciumnya, dan menggelitik perut bulat itu. "Ahhhh. My baby so super cute ever." Bayi itu kembali tertawa, saat seluruh wajahnya diciumi, dan Skye menggigit kecil pipi bulat seperti bakpau. Perkembangan Lizie semakin membaik, bayi itu sudah terlihat seperti bayi-bayi normal lainnya, walau sedikit terlambat pertumbuhannya. Skye memangku Lizie masih terus menciumi wajah, dan kepala Lizie dengan sayang. Perannya sebagai seorang ibu benar-benar dia limpahkan di sini, dan Lizie tumbuh dengan penuh kasih sayang. Walau akhir-akhir ini Skye disera
Read more
Sheet 46: Kado Terindah
Skye memperhatikan banyak orang yang sibuk, begitu juga dengan dirinya. Matanya langsung tertuju pada objek yang menjadi ramai hari ini. Lizzie tentu saja, bayi itu genap berusia satu tahun hari ini. Skye tersenyum, sudah banyak hal yang dia lewati. Masa-masa sulit berhasil dia lewati, dan sekarang merawat bayinya yang menggemaskan. Pertumbuhan Lizzie semakin memberikan dampak yang signifikan. "Kau tahu Lizzie, sebentar lagi kau juga akan punya sepupu. Oh, dan mungkin sebentar lagi aku punya suami." Skye hanya menganga, bayinya masih satu tahun, tapi Verena sudah meracuni otak Lizzie. "Hey, Lizzie masih bayi, kenapa kau racuni dia?" tegur Skye, Verena yang sedang berjongkok dan tertangkap basah berbalik sambil memutar bola matanya malas. Verena langsung memeluk Lizzie kuat, dan mencium bayi tak berdosa itu, walau Lizzie merasa risih, dan menangis. "Verena!" Itu suara Baginda Ratu. "Apa, Mom? Mom, sepertinya aku ingin p
Read more
Sheet 47: New Bryce
Lizzie sedang dideportasi, dan bayi itu seperti senang saja berpisah dengan ibunya. Lizzie anak yang manis. Skye menanti makan malam romantis ala mereka, dengan chef terbaik Bryce. Wanita itu mematut dirinya di depan cermin. Skye meyakinkan dirinya untuk bahagia sekarang, cukup sudah dia menderita selama ini. Rambut panjangnya sengaja dia ikat malam ini yang menampakkan leher jenjangnya. Skye merasa seperti kembali menjadi seorang gadis yang malu-malu pergi berkencan, walau dia senang Lizzie hadir untuknya. Skye keluar dari kamar, dan dia melihat Bryce sudah sibuk di dapur sedari tadi. "Apa yang bisa kubantu?" Bryce yang sedang mengupas kentang hanya terdiam. Laki-laki itu begitu cepat kerjanya. "Sebenarnya, aku sedang menghitung berapa nutrisi dalam makanan ini." Skye hanya menyipitkan matanya. Random sekali laki-laki ini. "Kenapa dengan nutrisi?" "Aku hanya menghitung, agar apa yang masuk da
Read more
Sheet 48: End Game
Skye berlari dengan terburu-buru, walau sekarang sudah malam, tapi kata Baginda Ratu Lizzie langsung dibawa ke dokter. Wanita itu begitu panik, bayi kesayangannya tak pernah sakit serius. "Skye!" Skye tidak peduli dengan teriakan itu, dia terus berlari, dan mencari di mana Lizzie. Skye buru-buru mengambil ponselnya, dan menelpon ibunya. "Di ruangan mana?" tanya Skye berdiri, masih berusaha untuk mengatur napasnya. Wanita itu langsung menuju ruangan yang dimaksud, dan tanpa sadar membuka pintu ruangan begitu kuat, yang mengundang suara keras, dan membuat Lizzie terkejut dan terbangun. Tubuh Skye mendadak lemas, melihat bayinya berbaring tak berdaya, tak bersemangat seperti Lizzie yang biasanya. "Baby, I'm so sorry. Mutter harusnya menjaga kamu." Tubuh Lizzie diberi infus karena kekurangan cairan. Bayi itu mengalami demam tinggi, dan mencret. Skye menangis, tak tega melihat kondisi Lizzie yang begitu lemas.
Read more
Sheet 49: Menerima Kenyataan
Skye jelas masih menyimpan dendam, dan juga benci pada mantan suaminya, tapi melihat Bryce yang sekarang membuatnya meleyot. Wanita itu masih terdiam, mengganti popok Lizzie, sesekali ekor matanya melirik pada Bryce yang sedang menyusun makanan di atas nakas. Keduanya sama-sama terdiam. Suhu tubuh Lizzie menurun, satu atau dua hari lagi, Lizzie bisa diizinkan pulang. "Sudah pukul 9, kau sarapan dulu." Skye mencari di mana keberadaan jam dinding, benar jam bundar itu menunjukkan pukul sembilan lewat dua puluh menit, sudah lewat waktu yang banyak. Skye melihat banyak roti, berserta selai, sosis, dan juga madu serta jus. "Kau sarapan saja, biar aku yang menyuapi Lizzie." Skye masih terdiam, tapi juga dia mendekati nakas sambil menarik kursi. Skye mengolesi roti dengan selai yang sudah Bryce siapkan, wanita itu melirik ke arah mantan suaminya yang begitu telaten menyuapi Lizzie, dan bayi itu mau makan. Wajah Lizzie masih l
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status