Tidak adakah nasib yang lebih tragis dariku? Dia—dia menceraikan aku saat aku tengah mengandung anaknya. Saat kami belum sempat merayakan kehadiran buah hati kami. Tapi, malam itu dia menerobos masuk dalam flat dan menciumku. Sialnya! Aku tidak menolak sentuhan itu. I kiss him back. "Bibirmu selalu menjadi candu bagiku." Ia menatapku penuh gairah. Sambil memegang bibirku. Aku hanya menatapnya polos. Sebelum punggung Bryce menjauh dan aku hanya mampu mengepalkan tanganku. (Baca kisah orang tuanya di : Guten Tag Mommy) Written : Rose Marberry
View More"Eugh.." Aku mengeluh dengan nikmat, saat pria itu memasuki begitu dalam. Aku hanya mencengkram erat seprai. Dan dia semakin menghentakan begitu dalam naik turun, membuat kepalaku pusing karena nikmat dan tak ingin rasa nikmat ini pergi sekarang.
"Ada yang ingin kukatakan." bisikku padanya. Bryce tersenyum, dan menggigit cupang telingaku dan menggodanya membuatku merasa tak karuan. Akhirnya aku memeluk belakang Bryce saat ia memasuki semakin dalam dan liar, harusnya aku mengingatkan dia jika aku sedang hamil.
"Katakan saja." Aku hanya diam, setelah ini, setelah kami bergelung dengan kenikmatan dan aku ingin mengatakan kebahagiaan ini, aku hamil. Aku senang sekali, saat mengetahui kabar ini, dengan begini ada pengikat antara aku dan Bryce yang membuat kamu terus bersama.
Bryce mencampai puncaknya dan aku merasakan rahimku hangat.
"Aku juga ingin mengatakan satu hal padamu." Aku menutup tubuhku dengan selimut. Bryce berdiri masih dengan tubuh telanjangnya. Aku memandang dirinya, penasaran apa yang ingin ia katakan.
"Apa itu?"
"Aku ingin kita bercerai." Aku merasa duniaku seperti berhenti berputar. Bryce? How dare he? Kenapa dia begitu tega padaku? Apa mau dia sebenarnya.
"K-kenapa?"
"Tidak semua hal bodoh butuh alasan. Jangan terus bertanya yang membuatmu semakin terlihat bodoh di mataku." Air mataku meluruh. Dia bukan seperti Bryce yang aku kenal. Bryce yang kukenal sangat manis dan perhatian padaku.
"Katakan apa yang mau kau katakan!" desak Bryce. Aku menggeleng, terlanjur sakit hati dan kecewa padanya. Kenapa dia begitu tega padaku seperti ini? Apa tak tersisa rasa cinta lelaki ini padaku? Jadi selama ini dia menganggap diriku apa?
"Aku juga mau bercerai!" jawabku tak kalah keras dan menyeka air mataku. Dengan begini dia merasa puas dengan jawabanku. Bryce mengetatkan rahangnya, aku mengalihkan wajahku tak ingin melihat wajah si bajingan ini. Jika boleh, aku ingin menendangnya tapi aku ingat, aku sedang mengandung anaknya. Anakku takkan pernah kenal si bajingan sial ini.
Bryce pergi. Dia pergi dan tak kembali. Meninggalkanku yang terlanjur sakit hati dan meringkuk seharian tak berdaya, dan masih belum percaya Bryce tega melakukan semua ini padaku. Bryce membuangku. Itu kesimpulan yang kudapat dari hasil aku menangis setiap hari.
🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯
Suatu malam saat aku sedang meringkuk dan merindukan si bajingan itu, dia datang. Entah setan apa yang membawanya, ia masih ingat sandi flat. Saat itu kehamilanku memasuki usia empat bulan dan perutku tidak terlalu terlihat dan mungkin juga, si bajingan itu takkan peduli jika aku hamil atau bahkan mati sekalipun.
Harusnya aku menendang Bryce tapi saat aku mencium aroma tubuhnya yang tidak pernah berubah, aku sadar aku merindukan si bajingan sial ini.
Saat Bryce naik ke atas ranjang dan menciumku. Tubuhku menggigil, aku merindukan senrugannya tapi aku menahan diri sekuat mungkin jangan sampai aku lemah. Bryce mencium pucuk kepalaku berkali-kali, aku mengepalkan tanganku jangan sampai aku terlena dengan semua ini.
"Aku tahu kamu belum tidur. Berbalik lah." Aku mengepalkan tanganku semakin erat tapi akhirnya berbalik, dan menatapnya. Bagaimanapun, aku masih mencintai si bajingan ini dan juga sudah banyak hal manis yang kami lalui bersama, tapi kenapa? Sampai sekarang aku tak menemukan jawaban pasti dari perlakuan aneh Bryce kecuali sikapnya yang semakin membuatku bertanya-tanya. Apa Bryce kesurupan?
Bryce mengambil tanganku dan meyusupkan jari-jarinya dengan tanganku dan menciumnya. Rasanya rahimku langsung disirami sesuatu yang hangat, anakku pasti senang kehadiran ayahnya di sini. Tapi si bajingan ini takkan pernah tahu anaknya dan aku juga sanksi memberi tahu Bryce apa yang menimpaku. Bryce takkan pernah tahu anaknya.
"Merindukanku?" Aku diam, masih berspekulasi sendiri dengan sikap aneh Bryce.
"Bukankah kita sudah bercerai?" tanyaku dengan suara gemetar. Ingin menampar wajahnya sekuat mungkin. Agar sesekali wajah tampan di bajingan ini bengkok, dan dia tidak sembarangan menyakitiku.
"Yeah, kau benar. Tapi tidak bisakah aku merindukan kau?" Aku menutup mataku, rasa nyaman dengan kurang ajar menyusup dalam dadaku ikut berdansa karena si bajingan ini mengatakan yang tidak seharusnya dan meruntuhkan semua pertahananku.
Bryce merapatkan tubuhku pada tubuhnya. Aku bisa merasakan jantungnya yang terus berdetak, aku yakin ia juga merasakan jantungku yang tak kalah cepat berdetak.
Kami berdua teriam saling meresapi dan menyalurkan rasa rindu. Andai Bryce tahu aku sedang hamil. Baiklah, kokohkan hatimu jangan sampai luluh ia akan melakukan circle yang sama menyakitiku berkali-kali.
Usiaku masih muda, 21 tahun. Sejak umur 20 tahun, Bryce sudah melamarku dan meyakinkan orang tuaku untuk menikah muda dan berjanji akan melindungiku, tapi nyatanya ia mengikari janjinya sendiri. Dia menceraikanku di saat aku mendapat kabar bahagia, tengah berbadan dua. Tidak adakah kabar yang lebih gila dari ini?
"Hug me please." Bryce bangun, aku bangun dan duduk di pangkuannya seperti kebiasaan yang kami lakukan saat masa-masa indah pernikahan kami. Aku hanya perlu menganggap ia suamiku, bukan mantan suami. Aku bersandar di dada Bryce dengan nyaman.
"May I kiss you?" Bryce mengangkat wajahku, awalnya aku enggan tapi entah kenapa aku selalu luluh dengan semua sentuhannya.
Bryce mulai mendekatkan wajahnya ke wajahku dan mulai melumat bibirku, aku menutup mataku dan hampir meneteskan air mata, aku merindukan laki-laki ini. Lumatannya terasa manis dan tidak terburu-buru, Bryce menyecap bibirku dengan rindu yang bisa kurasakan. Aku membalas lumatannya dan mencengkram kerah bajunya, kami sama-sama saling merindu tapi Bryce tak pernah memberitahu alasan pasti ia menceraikan diriku. Mungkin ia bosan? Bukankah itu kedengarannya sangat klise?
Ia meyedot lidahku seolah tak ada hari esok, aku juga menghisap lidahnya seolah tak mengizinkan ia pergi dari hidupku. Kami berdua saling berebut ingin berciuman. Aku baru sadar, aku mencium mantan suamiku bukan suamiku. Merasakan penganganku lemah, Bryce semakin merapatkan tubuhku dan semakin memperdalam ciumannya. Aku terbuai dan larut dalam ciuaman kami. Ia merindukanku.
"Bibirmu selalu menjadi candu, sweety." Wajahku memerah. Bryce suka memanggilku sweety, sebagai nama panggilan kesayangan.
Aku menetralkan napasku, dan memeluk dadanya sambil menghirup aromanya sebelum ia pergi lagi dan kembali menjadi Bryce yang bengis dan kejam. Aku masih mencintai Bryce, tapi memang aku juga tak mengharapkan ia kembali dalam hidupku. Kami sudah selesai, saat ia mengatakan ingin menceraikanku. Mungkin ini hanya sebagai pemanis di kisah kami yang akan berkahir tragis nanti.
Bryce berdiri. Aku mengikutinya, seolah tak mengizinkan dirinya pergi. Tapi aku sadar siapa diriku, dan hanya memohon. Jika ia melihat mataku, Bryce bisa membaca bahwa aku memohon agar ia tinggal bersamaku.
Bryce berbalik. Hatiku langsung berloncat senang, dan benar saja. Bryce langsung menciumku dengan brutal siap tak siap aku langsung menyambut ciumannya yang terasa liar dan kasar. Hingga aku kewalahan, awalanya aku ingin menyudahi tapi saat lidahnya menggoda langit-langit mulutku aku menyerah. Aku sudah bilang, aku lemah dengan sentugan laki-laki ini. Dan akhirnya kami kembali berciuman panas. Tak banyak bicara, tapi isyarat tubuh kami sudah mengatakan semuanya. Kami masih membutuhkan satu sama lain. Mungkin keegoisan yang membuat hidup harus tersiksa seperti ini.
Saat Bryce melepaskan ciumannya ia tak berani berbalik dan langsung keluar tanpa mengeluarkan sepatah kata yang membuatku hanya mampu mengepalkan tanganku.
🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯
Toko roti Skye semakin dibuat besar, toko sebelah yang dulunya menjual minuman, sekarang juga menjadi milik Skye, karena Bryce kembali membelikan untuk istrinya.Wanita itu begitu sibuk mengurus toko roti miliknya, dengan perut buncit ke mana-mana.Ya, setelah hubungannya bersama sang suami kembali membaik, Skye dan Bryce sama-sama mengalah dan mengerti, jika dalam hubungan yang dibutuhkan adalah kerja sama tim. Mereka kompak untuk mengurus Lizzie, bocah itu sudah berusia tiga tahun sekarang."Bumil capek, ya. Biar aku pijitkan." Skye duduk sambil menarik napasnya, sekarang tubuhnya bengkak semua, karena tinggal menghitung hari melahirkan. Dia kesulitan untuk bernapas, walau tetap lincah untjk bekerja.Bryce berjongkok di depan istrinya, sambil memijit telapak kaki Skye yang bengkak semua.Mereka akan punya anak perempuan lagi, dan Skye akan menamai
Mobilnya melaju di Heraut, Perancis Selatan. Dengan pemandangan saluran irigasi memancar, keluar dari titik pusat, layaknya jari-jari sepeda. Ditambah lahan pertanian segitiga menduduki strip sempit tanah antara parit.Sepanjang perjalan banyak disuguhi kebun anggur, yang merupakan produksi anggur terbaik di Perancis.Setiap kebun anggur berbentuk kotak tanpa berhubungan dengan yang lainnya.Bryce menikmati sedikit pemandangan itu, tapi bukan itu tujuan utamanya. Dia akan pergi menemui seseorang yang spesial. Laki-laki itu tersenyum miring, tidak berjumpa dengan sang tuan rumah.Sama seperti rumah-rumah yang lain, dia menaikkan kacamata hitam memastikan jika matanya tidak salah melihat di depan. Bryce menarik napas panjang. Tungkai kakinya berjalan dengan mantap menuju rumah yang dia tuju, butuh berjam-jam agar bisa sampai di sini.Bryce mengetuk pintu san
Dia punya keluarga yang utuh, keluarga yang harmonis. Skye tersenyum melihat interaksi keluarganya, hatinya menghangat dan diisi dengan kebahagiaan.Lizzie semakin besar menjadi anak yang sangat pintar. Bayi itu sedang bermain bersama Verena, walau berisik ternyata Verena sangat suka dengan anak kecil."Nampaknya kau bisa punya anak sekarang." ucap Asher pada Verena yang menatap adiknya."Bersama Mark." tambah Asher. Verena langsung mengeluarkan jari tengahnya pada Asher yang sudah terpingkal-pingkal, mereka sangat suka saling mengejek.Verena mencium pipi Lizzie, dan mengajak bertepuk tangan."Ouch, aku akan menjadi aunty kesayangan." Verena kembali memeluk Lizzie, dan menggelitik perut bayi itu yang membuatnya tertawa lucu dengan suara khas anak kecil yang menggemaskan.Keluarga heboh ini sedang bersantai, semenjak Bryce
Skye berharap sekarang adalah hujan, petir, badai, angin besar, agar hidupnya makin menyedihkan. Dia berjalan tanpa tujuan, dan tanpa sadar roda empat itu berputar ke tempat yang dulu sangat dia benci, kuburan Alicia.Skye terdiam beberapa saat, udara dingin menusuk kulitnya tapi dia masih terdiam di sana, menimbang akan turun dari mobil atau tidak, jujur saja sekarang dini hari, pukul 03 dini hari, lewat 21 menit, hanya orang gila yang datang kuburan pada dini hari. Skye berada dalam tahap hopeless.Skye menarik napas tak ikhlas, mencabut kunci mobil, merapatkan coat dan turun dari mobil, dengan cahaya senter di ponselnya, Skye memasuki pekarangan kuburan itu mengendap-endap jangan sampai dia menginjak ular atau binatang berbahaya yang lain. Ketika kakinya menginjak daun-daunan kering, Skye berdiri sebentar melihat keadaan sekeliling, setelah memastikan aman dia melanjutkan langkahnya.Ketika langkah k
Skye tak ingin merepotkan orang tuanya, dan tidak menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Bryce. Dia percaya laki-laki itu akan kembali, walau penantian itu telah berakhir, Bryce tidak muncul walau sudah dua minggu.Skye menghibur dirinya dengan terus mengajak Lizzie jalan-jalan.Kali ini Skye mengajak Lissie, walau dia sempat membenci Lissie karena Paula pada akhirnya Skye lebih terbuka, mengalahkan semua egonya demi kebahagiaannya.Rothenburg adalah salah satu kota abad pertengahan yang terbaik di Jerman. Dan hari ini adalah destinasi Skye dan Lissie, Skye ingin punya teman selama perjalanan. Ibunya sedang sibuk, Verena dan Asher sekolah. Setelah menyadari, Skye tahu dia tak punya banyak teman.Rothenburg juga disebut sebagai kota kartu pos, mulai dari museum yang mengkhususkan diri dalam elemen kriminal hingga mainan dan boneka.Wala
"Aku benar-benar jadi malaikatmu selama ini. Kau seharusnya memanggilku bidadari.""Baiklah, bidadari." jawab Skye dengan terpaksa sambil memutar bola matanya malas. Kelsea tertawa sambil membawa saudarinya dalam dekapan."Aku tanpamu butiran rinso." bisik Skye lagi, sambil mengejek Kelsea balik. Kelsea kembali tertawa."Setelah ini, kau harus menikah." pesan Skye, Kelsea kembali tersenyum, mereka saling melepaskan pelukan. Bryce hanya memperhatikan dua wanita itu berinteraksi, kasih sayang dan kerukunan kedua wanita itu tak pernah pudar, walau mereka sudah dewasa dan punya kehidupan masing-masing."Aku menikah, dan kau harus memberi aku keponakan lagi. Lizzie harus punya adik." Kelsea menyipitkan sebelah matanya ke arah Bryce, senyum laki-laki itu langsung mengembang."Kau tenang saja, itu bisa diatur." jawab Bryce tanpa dosa, memasang wajah tak bersalah sama sekali. Rasanya Skye ingin memukul kepala laki-laki itu den
Skye jelas masih menyimpan dendam, dan juga benci pada mantan suaminya, tapi melihat Bryce yang sekarang membuatnya meleyot.Wanita itu masih terdiam, mengganti popok Lizzie, sesekali ekor matanya melirik pada Bryce yang sedang menyusun makanan di atas nakas. Keduanya sama-sama terdiam. Suhu tubuh Lizzie menurun, satu atau dua hari lagi, Lizzie bisa diizinkan pulang."Sudah pukul 9, kau sarapan dulu." Skye mencari di mana keberadaan jam dinding, benar jam bundar itu menunjukkan pukul sembilan lewat dua puluh menit, sudah lewat waktu yang banyak.Skye melihat banyak roti, berserta selai, sosis, dan juga madu serta jus."Kau sarapan saja, biar aku yang menyuapi Lizzie." Skye masih terdiam, tapi juga dia mendekati nakas sambil menarik kursi.Skye mengolesi roti dengan selai yang sudah Bryce siapkan, wanita itu melirik ke arah mantan suaminya yang begitu telaten menyuapi Lizzie, dan bayi itu mau makan. Wajah Lizzie masih l
Skye berlari dengan terburu-buru, walau sekarang sudah malam, tapi kata Baginda Ratu Lizzie langsung dibawa ke dokter. Wanita itu begitu panik, bayi kesayangannya tak pernah sakit serius."Skye!" Skye tidak peduli dengan teriakan itu, dia terus berlari, dan mencari di mana Lizzie. Skye buru-buru mengambil ponselnya, dan menelpon ibunya."Di ruangan mana?" tanya Skye berdiri, masih berusaha untuk mengatur napasnya.Wanita itu langsung menuju ruangan yang dimaksud, dan tanpa sadar membuka pintu ruangan begitu kuat, yang mengundang suara keras, dan membuat Lizzie terkejut dan terbangun.Tubuh Skye mendadak lemas, melihat bayinya berbaring tak berdaya, tak bersemangat seperti Lizzie yang biasanya."Baby, I'm so sorry. Mutter harusnya menjaga kamu." Tubuh Lizzie diberi infus karena kekurangan cairan. Bayi itu mengalami demam tinggi, dan mencret.Skye menangis, tak tega melihat kondisi Lizzie yang begitu lemas.
Lizzie sedang dideportasi, dan bayi itu seperti senang saja berpisah dengan ibunya. Lizzie anak yang manis.Skye menanti makan malam romantis ala mereka, dengan chef terbaik Bryce. Wanita itu mematut dirinya di depan cermin. Skye meyakinkan dirinya untuk bahagia sekarang, cukup sudah dia menderita selama ini.Rambut panjangnya sengaja dia ikat malam ini yang menampakkan leher jenjangnya. Skye merasa seperti kembali menjadi seorang gadis yang malu-malu pergi berkencan, walau dia senang Lizzie hadir untuknya.Skye keluar dari kamar, dan dia melihat Bryce sudah sibuk di dapur sedari tadi."Apa yang bisa kubantu?" Bryce yang sedang mengupas kentang hanya terdiam. Laki-laki itu begitu cepat kerjanya."Sebenarnya, aku sedang menghitung berapa nutrisi dalam makanan ini." Skye hanya menyipitkan matanya. Random sekali laki-laki ini."Kenapa dengan nutrisi?""Aku hanya menghitung, agar apa yang masuk da
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments