Semua Bab We Are: Bab 31 - Bab 40
77 Bab
Bab 31
Berkat David yang merawat Diana saat sakit akhirnya Diana bisa sembuh dan bersekolah kembali. Ia harus menagih materi tugas kelompoknya pada Revan.  Itulah yang membebani pikirannya. Diana adalah salah satu orang yang lebih menyukai tugas mandiri dibandingkan dengan tugas kelompok. "Kau sekolah?" Revan bertanya padanya saat Diana berpapasan dengannya tepat sebelum masuk ke kelas.  Revan bertanya dengan wajah kaku di dekat pintu kelas. "Ya, kau lihat, aku sudah sembuh." Diana heran dengan ekspresi Revan yang terlihat sedikit aneh.  Ada sesuatu yang salah. "Mana materi tugas kelompok bagianmu?" tanya Diana. "Aku membawanya kemarin dan tak membawanya hari ini."  Kemarin Diana tidak datang sekolah jadi Revan kembali membawa tugasnya pulang ke rumah. Sekarang Revan tidak membawanya dan tugas itu berada di rumahnya. "Aku juga ingin tahu keseluruhan bagian tugas yang harus aku kerjakan." Revan m
Baca selengkapnya
Bab 32
  "Lagi pula, tak perlu aku jelaskan lagi. Kau pasti tahu siapa yang mendatangi siapa. Jadi siapa yang tertarik disini? Aku hanya berniat mendekati orang yang punya urusan. Dan aku tak punya urusan untuk berdekatan dengan seseorang yang sepertimu," lanjut Diana.  Ia berkata dengan terus menatap Michael, tapi sebenarnya ia juga membalas sindiran yang ia terima dari para gadis. Membalas mereka lewat Michael. Sebelum Michael membalas, Diana segera berdiri. Ia tak membiarkan Michael menyahut lagi. "Jika tak ada yang perlu dibicarakan lagi, maka kalian pergilah." Diana kali ini menatap Revan dan Kevin juga.  Ia sadar mungkin mereka akan merasa tak nyaman karena terkena dampaknya. Diana hanya berharap mereka berdua tidak tersinggung. Meski Revan dan Kevin merasa tak enak. Sebenarnya mereka tidak tersinggung, menurut mereka wajar seseorang yang badmood melakukan hal seperti yang Diana lakukan. Ini sering terjadi. 
Baca selengkapnya
Bab 33
  Revan yang melihat ekspresi tidak biasa dari Diana menjadi tertegun.  Diana menatapnya dengan tanpa ragu, meyakinkan Revan bahwa Diana mengkhawatirkannya.  Baru kali ini Revan melihat ekspresi yakin saat mengkhawatirkan sesuatu bukan ekspresi takut saat cemas.  Seolah Diana mengatakan 'aku peduli padamu' dengan tatapan pasti. "Dan ternyata kekhawatiranku itu benar. Kau terlihat tidak baik-baik saja." Diana melanjutkan karena Revan hanya diam tidak membalas perkataannya. "Begitu kah kelihatannya?" tanya Revan menyembunyikan ekspresi wajahnya. Tatapan Diana melemah sedikit saat melihat Revan yang mengalihkan tatapan darinya.  Revan tidak menyangkal ucapannya dan malah bertanya seperti itu tanpa melihat Diana. "Karena hal seperti ini juga menjadi alasan aku ingin sendirian." Revan melanjutkan saat Diana diam belum membalas ucapannya.  Ternyata Revan menyendiri itu karena tida
Baca selengkapnya
Bab 34
  Revan membuka mulutnya untuk membela diri. “Hanya saja, bagaimana bisa kau mengatakan tertidur di sini. Kau itu 'kan perempuan dan ini alam terbuka.” Revan masih mencoba mencari alasan agar Diana tidak marah padanya. Diana berbalik dan tidak lagi membelakangi Revan. Ia memejamkan mata mencoba menerima alasan Revan sekaligus menghilangkan perasaan malu dan tidak nyamannya.  Meski Diana sudah berbalik dan menghadap Revan, ia masih melipat kedua tangannya di depan tubuhnya. Semoga Revan tidak berpikiran Diana masih marah karena gayanya yang terkesan angkuh itu. “Seharusnya kau sudah tahu maksudku 'kan. Yah, terserah. Sekarang aku ingin bertanya,” kata Diana menatap Revan dengan serius. “Apa? Kau ingin bertanya apa?” tanya Revan tiba-tiba merasa harap-harap cemas dengan pertanyaan Diana. “Bagaimana kau ke sini?” tanya Diana. “Dengan mengendarai motor.” Revan menjawab dengan jujur. “Nanti aku numpang, ya?
Baca selengkapnya
Bab 35
  “Tak dipungkiri. Kalau aku jadi kau, mungkin aku juga akan memilih untuk menanyakannya langsung dengan jelas.”  Revan ternyata sependapat. Diana mengira ia akan mengajukan pertanyaan karena ia mengira Revan akan memiliki pemikiran yang berbeda dengan pemikiran Diana. Tetapi justru mereka sepemikiran dalam hal ini. “Seharusnya yang kau katakan itu adalah ‘aku mengaku kalau kata-kataku memang akan membuat salah paham’. Jadi kau harus lebih memperhatikan ucapanmu lagi.” Diana mengoreksi Revan. “Padahal aku setuju dengan pemikiranmu, kau malah menyalahkanku?” sahut Revan mengangkat sebelah alisnya. Diana tersenyum, “Hanya agar kejadian seperti tak merepotkan mu lagi.” “Benar.” Kejadian seperti ini jika terjadi lagi akan membuat Revan sendiri yang repot. Membuat orang lain salah paham walau tak disengaja itu sangatlah merepotkan. “Oh iya, Kevin mengantarku tadi dengan mobil. Ia sudah belajar mengendarai mobil ketika libu
Baca selengkapnya
Bab 36
  David menahan napasnya saat membaca surat yang ia pegang.  Sebuah surat pemberitahuan bahwa pencarian korban kecelakaan salah satu pesawat akan dihentikan. Padahal korban kecelakaan pesawat itu belum ditemukan seluruhnya.  Pihak perusahaan dari maskapai memberhentikan pencarian setelah enam bulan berjalan dan tidak membawa hasil yang diharapkan. Sampai sekarang belum ada pemberitahuan mengenai orang tua David. Orang tua David dan Diana mengalami kecelakaan pesawat. Mereka sudah dipastikan tidak selamat. Seluruh penumpangnya tak ada yang selamat. Karena hal ini Diana terguncang, ia sangat dekat dengan orangtuanya.  Otak Diana mengalami masalah karena syok berlebihan yang mengakibatkan ia trauma. Ia seperti robot yang kehilangan sistem program. David tahu, setiap malam Diana tidak bisa tidur nyenyak. Ia akan terus dihantui mimpi buruk tentang orang tuanya. Dan saat Diana bangun dari mimpi buruknya, pikirannya kosong
Baca selengkapnya
Bab 37
“Aku tidak tahu. Aku hanya menuruti perintah guru saja. Kau tidak percaya? Tanyakan saja pada ketua kelas.” Michael menjawab pada akhirnya. “Ketua kelas sedang mengikuti pelatihan kepemimpinan hari ini. Kalau memang benar seperti yang kau katakan, bagaimana kalau aku yang pergi menemui guru untuk memastikan.” Diana hendak bangkit berdiri dari duduknya di kursi. Tapi Michael tampak keberatan dan mencegahnya. “Kau akan kerepotan kalau begitu. Biar aku saja yang menemui guru dan meminta beliau untuk mengganti kelompokku agar tidak sekelompok denganmu dan menjadi anggota di kelompok lain. Masih banyak yang mau sekelompok denganku.” Michael sepertinya mengalah dan tidak ingin lagi sekelompok dengan Diana. Sedangkan di sekumpulan gadis yang masih mengamati mereka tampak senang. “Michael memang baik dan tidak mau merepotkan orang lain. Kami dengan senang hati akan menerimamu
Baca selengkapnya
Bab 38
Revan berusaha untuk tetap tenang di setiap langkahnya. Ia mendapat kabar bahwa Valen sedang berada di rumah sakit. Revan tidak akan gelisah jika Valen berada di rumah sakit karena melakukan suatu kegiatan untuk meneliti atau mengunjungi kenalannya yang sakit. Tapi Valen yang menjadi pasien saat ini bukan kenalannya. Revan segera datang mengunjungi Valen. Sejak memasuki rumah sakit, Revan sudah menahan perasaan tak nyaman karena rumah sakit tak pernah memiliki reputasi yang baik di dalam ingatannya.  Tempat ini pasti sering menyimpan kejadian tak menyenangkan untuk sebagian orang. Salah satunya adalah Revan. Akhirnya Revan sampai di depan pintu ruangan dimana Valen di rawat. Meski sudah sampai, perasaan Revan justru semakin menjadi tak tenang.  Semua pintu di rumah sakit tentu akan terlihat sama. Dan Revan melihat pintu ini sama seperti pintu yang mengingatkannya dengan kejadian dua tahun yang lalu.  Ingatan tentang
Baca selengkapnya
Bab 39
  “Dan menurutmu kenapa dia bisa meninggal karena kelelahan?” Tiba-tiba ada suara yang menimpali di dalam ruangan yang ternyata ada lebih dari dua orang. “Ayah,” gumam Valen melihat sosok yang bersuara di belakang Revan. “Salah satunya adalah keberadaaan dirimu yang semakin menjadi beban untuknya. Dia harus mengurus dirimu yang sangat merepotkan,” lanjut sosok di belakang Revan. “Ayah, maksud ayah apa?” tanya Valen. Valen tidak ingin ayahnya menyalahkan Revan lagi. Sedangkan Revan semakin erat mengepalkan tangannya ketika tahu siapa yang berbicara. Ia tidak mau berbalik melihat sosok dibelakangnya. Revan berusaha mengabaikan ayahnya dan berbicara dengan Valen, “Kau terlalu kelelahan karena mengurus perusahaan selama beberapa hari karena aku tidak menemanimu, kan.” Saat itu Revan sibuk menyelesai
Baca selengkapnya
Bab 40
“Setelah perceraian orang tuaku, hubungan antara kedua perusahaan memburuk. Satu dipimpin ayah dan satunya lagi dipimpin ibu. Mereka menjadi saingan. Lalu entah karena apa, ibu membenci ayah. Ia ingin merebut diriku kembali dari ayah.” “Dia melanggar perjanjian?” kata Kevin pada akhirnya. “Aku tidak tahu. Jika perjanjiannya adalah perpisahan setelah pewaris keluarga lahir, maka dia tidak melanggar perjanjian. Karena aku tidak ditentukan harus bersama ayah atau ibu, dan lagi aku itu juga sebenarnya adalah pewaris kedua perusahaan. Tapi ibu mengira aku akan melanjutkan posisi ayah mewarisi perusahaan ayah saja jika bersama ayah. Dia menginginkan hal yang sebaliknya.” "Lalu bagaimana kau bisa tinggal bersama ayah dari pada tinggal bersama ibumu?" Kevin baru sadar dan menanyakan itu. Albert menjawab, "Tentu saja itu hasil dari pengadilan. Kata ayah, ibu menerima hasil itu. Mereka sudah sepakat. Mungkin sekarang ibu berubah pikiran setelah aku dewasa d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status