Semua Bab We Are: Bab 11 - Bab 20
77 Bab
Bab 11
"Aku bisa mengambilkan tasmu dikelas. Kau sekelas dengan Kevin, kan?" Diana berkata sembari berdiri dari kursinya yang ada di sebelah Revan. Revan mengangguk. "Tunggu dulu, jadi aku tertidur disini dan kau juga membolos?" "Iya, kau sudah diberi izin. Jika kau khawatir ketinggalan materi aku bisa membantumu." Revan menggeleng menolak bantuan Diana. Sebenarnya bukan itu maksud Revan. Dia sama sekali tidak khawatir tentang pelajaran, tapi ia heran dengan Diana yang menghabiskan waktu berjam-jam menemaninya? Dia bisa meninggalkannya.  Semuanya dilakukan Diana karena rasa bersalah.  Oh iya, Revan belum sempat menjawab permintaan maaf dari Diana tadi. Diana sekarang sudah pergi keluar ruangan. Revan baru sadar. Setelah Diana membawakan tas Revan. Ia menunggu kelas Revan kosong dan mencari tas yang tersisa dan tertinggal. Ia juga mengambil ta
Baca selengkapnya
Bab 12
"Aku pernah bertemu dengannya sekali. Saat itu aku menabraknya setelah mengantarmu di hari pertama kau sekolah." "Menabrak?" Revan menajamkan pandangannya. Itu terdengar seperti kecelakaan. Memang kecelakaan tapi kecelakaan kecil. "Maksudku menabraknya saat berjalan kaki pergi dari sekolahmu. Dia tidak memperhatikan jalannya karena terlalu fokus membaca." Valen menjelaskan tergesa karena sedikit panik. Revan mengiranya menabrak dengan mobil. "Kau tidak bisa menghindar?" Valen tersenyum, "Aku? Tentu saja bisa." Revan sudah menghilangkan tatapan tajamnya tapi sekarang menyipitkan matanya lagi. Ia mengerutkan kening. "Aku sengaja membiarkan dia menabrakku. Dia kelihatan terlalu fokus membaca. Saat itu tak ada orang atau siswa lain. Mungkin karena itu dia tidak memperhatika
Baca selengkapnya
Bab 13
Diana memasukkan kunci di daun pintu lalu membuka pintu rumahnya. Setelah masuk Diana melepas sepatunya dan menaruhnya di rak khusus sandal dan sepatu. Ia menatap sosok yang tiba-tiba berada di hadapannya beberapa meter. Pandangannya yang awalnya kosong seperti tak bernyawa, berubah berkaca-kaca. "Kakak.." Diana memanggil sosok di depannya itu. Ia melihat sosok itu tersenyum membuatnya mendekat perlahan sambil berucap lirih, "Kakak, berjanjilah... Berjanji bahwa kau tidak akan pergi. Berjanjilah kau akan selalu bersamaku. Berjanjilah.." suara Diana bergetar. "...Kau tidak akan meninggalkanku. Kau akan selalu menemaniku, apapun yang terjadi, jangan biarkan aku sendirian.." Diana sudah berada dihadapan sosok itu.  Diana bersusah payah menelan ludahnya yang terasa menyakitkan di tenggorokannya. Ia berusaha tidak menangis. Diana menatap sosok itu yang tidak menjawabnya. Sosok itu hanya terus tersenyum lembut padanya.
Baca selengkapnya
Bab 14
"Kevin," panggilan kepada Kevin itu membuat Kevin membuka matanya. Kevin melihat seorang perempuan memandang kearahnya.  Kevin tak tahu kenapa ia dibangunkan dari tidur siangnya. Hari ini hari Minggu, jadi sekolah libur dan Kevin tak punya kegiatan di siang hari memilih untuk mencoba mengerjakan tugas sekolah. Tugas menjawab soal-soal latihan.  Tak disangka, ia tertidur di atas meja belajarnya. Ini peristiwa yang membuat orang yang mengenalnya berpikir takjub.  Apa yang terjadi hingga Kevin mau membuka buku dan belajar? Mau belajar bahkan hingga tertidur di atas meja? Ayolah Kevin memang anak yang rajin. Rajin bekerja contohnya. Kelakuannya ini patut dihargai, walaupun sebenarnya dia bukan tipe anak yang rajin belajar.  Sebab kenyataannya Kevin tidak berhasil menyelesaikan satupun soal dari tugas itu. Yah tidak apa-apa, setidaknya Kevin sudah mencoba.
Baca selengkapnya
Bab 15
"Selain cita-citamu itu, apa kau menginginkan sesuatu yang lain?" tanya David lagi pada Diana. "Seperti?" "Hm, seperti hidup bersama lelaki yang kau cintai?" kata David membuat Diana mengerutkan keningnya. "Keinginan seperti itu?" "Eh, bisa juga seperti kau ingin melakukan sesuatu untuk jangka panjang." David sadar telah menanyakan hal aneh. Diana menatap David lama dan menjawab, "Aku ingin selalu bersama kakak." David tertegun. "Begitu, kah?" "Kenapa?" Diana tak mengerti, mengapa ia merasa David ragu dengan ucapannya.  Mungkin ini jawaban yang tidak tepat tapi Diana jujur. Saat ini Diana tak ingin ditinggalkan. David mengangguk, "Baiklah. Kau cepat tidurlah setelah aku keluar dari kamarmu."
Baca selengkapnya
Bab 16
"Orang baik? Apa maksudmu? Apa yang kau katakan? Aku tak mengerti." Diana mau mengatakan sesuatu namun dia melihat seseorang muncul di belakang Revan. Seseorang itu memakai seragam yang sama dengannya menandakan dia seorang murid. Ternyata ada murid lain yang sudah tiba di sekolah. Murid itu masih terlalu jauh dari mereka tapi Diana sudah melihatnya akhirnya Diana memutuskan segera pergi menjauh dan tidak menjawab Revan karena melihat murid itu adalah seorang perempuan.  Diana takut perempuan itu adalah penggemar Revan. Kejadian selanjutnya tidak diduga Diana bahwa Revan tiba-tiba mengejarnya dan menarik tangannya. "Kau belum menjawab pertanyaan ku, apa kau tidak mendengar pertanyaanku?" tanya Revan menuntut jawaban. Diana yang kaget menjawab dengan gagap, "Eh.. itu.. kalau kau memang benar-benar tak tahu maksudku
Baca selengkapnya
Bab 17
"Sebagai pelajaran untuk mu, Diana Claire." Diana terdiam saat Michael menyebut namanya. Diana melihat Michael menyentuh papan pengumuman. Dia menyentuh salah satu pengumuman yang ditempel. Lalu menarik hingga kertasnya sobek dan terlepas semuanya. "Kau ingin melihat ini kan? Pengumuman olimpiade." Michael meremas kertas itu dihadapan Diana.  "Kau harus pergi ke papan pengumuman yang lain untuk melihatnya." Diana hanya bisa melihat Michael melangkah pergi setelah mengatakan itu. Semuanya tahu papan pengumuman lain yang dimaksud Michael, dan itu jaraknya jauh karena berada di bangunan sekolah yang berbeda.  Diana menghela napas, ia ingin mengusulkan adanya papan pengumuman utama di setiap kelas karena kejadian ini. Jadi semuanya hanya perlu melihat di kelas masing-masing. 
Baca selengkapnya
Bab 18
"Jangan khawatir. Aku justru senang bisa menjadi temanmu. Sebenarnya ini pertama kalinya ada orang yang memintaku menjadi temannya. Kau tahu biasanya mereka langsung mendekat begitu saja." Diana menjawab dengan penuh perhatian. Kini gantian Revan yang tertegun. Ia ingat Diana jarang terlihat bersama orang lain. Oh, tentu pengecualian untuk Kevin. Tapi setelah mendengar perkataan Diana, apakah Kevin juga tidak pernah mengatakan hal yang sama seperti dirinya? Apa ini hal yang tidak wajar? "Aku juga. Ini pertama kalinya aku mengajak seseorang berteman." Revan mengaku. "Benarkah?" Diana terkejut. "Apa kau tidak pernah berteman sebelumnya?" Itu tidak mungkin Diana tak mempercayai itu. "Aku punya, tapi tak ada yang benar-benar menjadi temanku sejak sekolah menengah." Ah, Di
Baca selengkapnya
Bab 19
Ketika Revan tiba di meja yang diduduki Diana dan Kevin, Revan segera menaruh bukunya di meja tepat di samping Diana. Hal itu membuat Revan berhadap-hadapan dengan Kevin karena Kevin dan Diana duduk berhadapan. Tindakan Revan membuat kedua orang berbeda gender itu spontan melihatnya. Revan tak bersuara. Ia langsung duduk di samping Diana seolah tak memperdulikan kedua orang itu yang memperhatikannya. "Hai, belajar untuk ujian?" Diana yang memulai bicara. Tentu itu ditujukan pada Revan. "Kalau mau bergabung jangan langsung duduk begitu saja. Apa kau tak mengerti tentang permisi?"  Revan sudah tahu Kevin akan begitu. "Yah, aku mau belajar di sini tak apa, kan?" "Tentu saja," balas Diana. "Tapi sepertinya ada yang tidak suka aku berada di sini," kata Revan melihat ke arah Kevin dengan penuh makna.  Kevin merasa dongkol karena Revan. "Kau benar. Aku memang tak suka. Kau sadar ternyata. Tapi, orang
Baca selengkapnya
Bab 20
"Bukankah itu hal yang wajar untuk orang sepertimu?" kata Revan pada Kevin. "Apa semuanya harus seperti itu? Mungkin saja Kevin berbeda, ia lebih memilih mandiri dari pada dilayani seperti seorang raja." Diana berpendapat berpendapat berbeda. Eh? Akhirnya Diana membuka mulutnya untuk memihak ku, batin Kevin merasa bahagia. Kevin tersenyum. "Terima kasih." "Hm? Kenapa berterima kasih?" tanya Diana pada Kevin dengan sebelah alisnya yang terangkat. Kevin menggeleng. Ia memutuskan membicarakan sesuatu yang lain. "Ada yang ingin ku beritahu. Sebenarnya aku hanya ingin menceritakan ini padamu saja, Diana.Tapi baiklah, aku tak peduli jika dia ada di sini." Kevin mulai berbicara. 'Dia' yang dimaksud Kevin adalah Revan. Diana tiba-tiba merasa nada bicara Kevin berubah.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status