Semua Bab SURVIVAL LOVE 2: Bab 51 - Bab 60
164 Bab
BAB 51 RUNTUH
Hari sudah hampir kembali pagi dan Tara hanya duduk di lorong rumah sakit semalaman tanpa bisa memejamkan mata. Ketika dirinya masuk kembali ke dalan ruang perawatan dia melihat Mina sudah bangun dan tersenyum padanya sementara Larisa masih tertidur dengan kepala yang hanya asal dia letakkan di tepi ranjang sambil masih terduduk di kursi plastik. Semalaman Larisa memang tidak mau pulang dan bersikeras ingin ikut menemani Mina.Mina memberi isyarat pada Tara agar pelan -pelan supaya Larisa tidak terbangun. Belakangan ini Tara melihat Larisa memang semakin dekat dengan Mina. Mina sepertinya juga sudah mulai menyukainya. Mungkin karena Mina memang tidak pernah merasa memiliki teman perempuan.Mina memberi isyarat tangan bahwa dirinya sudah tidak apa-apa agar kakak laki-lakinya tidak khawatir.Semalaman ponsel Tara sudah mati kehabisan baterei dan tidak membawa charger. Tara minta ijin untuk keluar sebentar membeli charger sekaligus mencari makanan untuk ibunya dan
Baca selengkapnya
BAB 52 BERAT
Kangker Mina sudah pada stadium 4 tanpa perlu  dijelaskan secara rinci pun Tara sudah tahu apa artinya. Mina sudah tidak bisa di tolong dan hanya seperti sedang menunggu waktu dengan rasa sakit di setiap detiknya."Katakan apa yang bisa kuberikan padanya agar bisa hidup?""Tidak ada," pasrah Erica yang ikut duduk lemas di sampingnya.Tara benar-benar tidak tahan melihat Mina kesakitan. Sebentar saja Tara sudah tidak mampu, lebih baik dirinya saja yang menanggung rasa sakitnya."Jika kangkernya belum menyebar kami bisa melakukan amputasi dan radiasi untuk membunuh sisa sel kangkernya. Tapi kasusnya pada Mina kita sudah terlambat. Sel kangkernya sudah menyebar sampai ke paru-paru dan ginjal. Kami coba melakukan kemoterapi dengan ob
Baca selengkapnya
BAB 53 MEMAFKAN
"Aku akan terus terang tentang pernikahan karena kita sudah sama-sama dewasa untuk membicarakannya dengan terbuka." Nico masih terlihat tenang ketika menatap Erica yang duduk di depannya."Aku akan menikahi wanita sepertimu, memperlakukanmu dengan layak dan tidak akan membuat orang tuamu dibicarakan orang lagi setelah kegagalan yang kemarin.""Mereka tidak pernah menuntutku untuk melakukan sesuatu.""Tapi aku bisa melihat apa yang mereka cemaskan ketika menatap putrinya."Nick paham jika Erica adalah wanita yang cerdas dan berpikiran terbuka. Wanita yang tidak akan membuat langkahnya buntu hanya karena perkara hati dan mengorbankan segalanya."Kuakui ibuku juga menyukaimu, aku hanya
Baca selengkapnya
BAB 54 BOSTON
Boston sendiri sebenarnya bukan kota yang asing buat Erica karena dia juga sempat mengenyam pendidikan kedokterannya di Harvard. Erica juga masih memiliki beberapa sahabat yang tinggal di Boston. Erica sudah lama tidak menghadiri reuni alumni sejak dirinya semakin sibuk dengan yayasan yang ia dirikan bersama ibu Adam. Karena diam-diam Erica juga rindu ingin bertemu teman-teman lamanya jadi Erica setuju ketika kemarin Nico mengajaknya. "Maaf kemarin aku tidak bilang padamu jika aku memiliki jurnal kunjungan yang lain." Erica terlihat malu-malau mengakui hal itu pada Nico. Erica sudah bersiap keluar dari hotel ketika Nico tiba -tiba menjemputnya untuk undangan makan siang bersama keluarga besarnya. Nico memang mendadak karena setahu Erica pesta pernikahan saudarinya baru besok dan Erica pikir hari ini dirinya masih memiliki kesempatan untuk bertemu teman -teman lamanya."Mungkin keluargaku bisa menunggu, aku akan mengantar
Baca selengkapnya
BAB 55 HILANG
Setelah satu bulan berlalu kondisi Mina semakin memburuk, bahkan dia sudah sering lupa dengan orang-orang di sekitarnya. Sering kali dia hanya bisa menggeliat tanpa bisa mengeluh atau berteriak tiap kali merasakan rasa sakit yang menderanya. Tara berusaha untuk tetap menguatkan dirinya menemani Mina yang sudah dalam kondisi seperti itu. Berulang kali Tara menyapu dahi Mina menciumnya dan membisikkan berbagai doa agar sakitnya mereda. Biasanya Larisa akan kabur keluar jika sudah benar-benar tidak tahan melihat Mina yang kesakitan seperti itu.Larisa memang bisa sangat iri dengan kasih sayang Tara pada adiknya tapi dia juga sudah ikut menyayangi Mina setelah sekian lama ikut menemaninya. Larisa juga jadi tidak bisa membayangkan bagaimana nanti kondisi Tara jika Mina sudah benar-benar pergi karena sepertinya memang sudah tidak lama lagi jika melihat kondisi Mina yang seperti ini.
Baca selengkapnya
BAB 56
Seperti hari hujan yang juga masih belum mau berakhir. Tara masih duduk sendiri di samping papan selancarnya yang dia biarkan tergeletak begitu saja karena sudah begitu lelah. Dia memandang jauh ke laut yang berkabut dan membiarkan dirinya yang kehujanan. Bukan tubuhnya yang sedang dingin tapi hatinya. Dingin tanpa nafas dan keinginan. Sempat juga dia berpikir bagaimana akhir hudupnya nanti. Tara hanya berdoa semoga dirinya tidak pergi lebih dulu dari ibunya. Tara kembali berdiri untuk berjalan pulang karena memang masih ada orang-orang yang masih harus dia jaga.Tara baru sampai di halaman ketika melihat Erica berlari padanya dan memeluknya di tengah hujan."Maafkan aku....""Sungguh maafkan aku...," rancu wanita itu masih sambil menangis dan memeluknya erat seolah tak perduli jika mereka masih berada di halaman dan di tengah hujan.Tara juga cuma balas merapatkan pelukannya hingga tubuh wanita itu agak terangkat mengimbangi tinggi badannya.Tara
Baca selengkapnya
BAB 57
Hujan di luar masih sangat deras tapi Erica masih dapat mendengar ketika suara pintu kamarnya kembali dibuka dan Tara menyusul naik ke atas ranjang untuk memeluknya dari belakang. Hanya memeluknya sampai kemudian Erica berpaling untuk menatap pria di belakangnya itu dengan tatapan tenang."Terimakasih sudah datang," ucap Tara, Erica mengangguk kemudian menyembunyikan wajah di dadanya.Tidak bisa Erica bayangkan seberat apa  hari yang kemarin telah dilalui Tara seorang diri."Aku menyesal karena tidak bisa bersamamu di masa yang sulit. ""Mina sudah tenang di sana dan pasti sekarang dia juga senang melihatmu datang. Besok akan kuantar ke makamnya. "Erica ikut memeluk pria besar
Baca selengkapnya
BAB 58 TERAKHIR
Larisa sepertinya memang tidak akan pernah sanggup melihat Tara mencintai wanita lain. Tak perduli segigih apa pun dia mencoba untuk mengubur perasaanya dalam-dalam terhadap pemuda itu tapi nyatanya dia tetap tidak bisa, bahkan untuk alasan yang kadang Larisa sendiri tidak bisa mengerti.Larisa teringat kembali hari pertamanya bertemu Tara. Waktu itu dia sedang duduk di samping mesin timbangan hanya dengan celana jeans yang asal ia potongnya selutut dan baju longgar tanpa lengan. Pemuda itu termasuk sangat berani untuk tersenyum padanya. Laris mengakui jika Tara memang tampan bahkan sejak hari pertama dia melihatnya. Tapi rasanya masih saja mustahil bagaimana dirinya bisa mencintai pemuda itu sebesar ini tanpa bisa ia cegah ataupun ia tolak. Bahkan Larisa tidak pernah mengijinkan dirinya untuk di sentuh oleh siapapun termasuk pria yang sudah menikahinya. Karena seumur hidup dirinya hanya
Baca selengkapnya
BAB 59 PERTARUHAN
Karena cuma berjalan kaki jadi Erica dan ibu Tara sudah agak siang ketika sampai kembali ke rumah. Erica melihat pintu depan sudah terbuka, dia pikir pasti Tara sudah pulang. Mereka berdua juga tidak memiliki firasat buruk sedikitpun ketika masuk rumah dan sepi.Ibu Tara langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan makan siang, sementara Erica langsung berteriak begitu melihat tubuh Tara tergeletak di belakang sofa dengan genangan darah yang masih merembas dari sisi perutnya.Erica masih syok dan sempat tidak percaya dengan apa yang dia lihat karena otaknya belum bisa merespon kejadian semengerikan itu dengan sertamerta. Begitu mengerjap barulah dia sadar dan buru-buru untuk  memeriksa kondisi Tara.Erica menyentuh tubuh Tara yang mulai dingin dan pucat, tapi masih lemas dan ada sedik
Baca selengkapnya
BAB 60 LELAH MENUNGGU
"Ternyata aku tidak hanya takut, tapi aku juga rindu." Erica meraih tangan Tara yang sudah menghangat tapi masih juga tak bergeming. "Aku rindu melihatmu menggodaku." Erica ingat ketika hari pertama mereka bertemu dan pemuda itu masih takut-takut untuk sekedar menatapnya meskipun sebenarnya dia sangat ingin. Sesuatu yang agak naif dan polos utuk pria tampan sebesar Tara yang biasa berkeliaran di pantai. Tapi justru hal itu terasa manis bagi Erica yang jadi tidak mau berhenti menatapnya dengan terus terang hingga pemuda tampan itu terlihat kikuk dan malu diperhatikan. Saat itu juga Erica tahu kenapa Jemy bisa sangat menyukai pemuda itu. "Aku juga menyukaimu, menyukaimu sejak kali pertama kita bertemu." Erica kembali mendekatkan bibirnya untuk berbisik. "Bangunlah, Tara. Bangunlah karena aku sudah lelah dan tidak mau menunggumu lagi."
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
17
DMCA.com Protection Status