All Chapters of SWEET CAKE: Chapter 111 - Chapter 120
132 Chapters
S2.9. An Implied Threat
Beberapa waktu sebelumnya, Arthur yang baru saja kembali dari Meksiko dikejutkan oleh sebuah helikopter yang bertengger angkuh di halaman mansion.Tidak! Helikopter itu bukan milik Zen, karena properti milik tuannya itu masih bertengger gagah di helipad. Ini adalah helikopter asing yang belum pernah Arthur lihat sebelumnya. Entah milik siapa, Arthur pun tidak tahu.Sebuah keteledoran ketika Arthur membiarkan ponselnya dalam keadaan tidak aktif karena kehabisan daya. Entah sebuah kebetulan atau memang takdir yang harus berjalan seperti ini. Arthur kembali ke mansion saat dini hari dan disambut dengan kehadiran tamu tak diundang yang sepertinya cukup berpengaruh.Rasa penasaran membuat Arthur melebarkan langkah. Pria itu mengkhawatirkan keadaan Lea. Jika sampai terjadi hal buruk pada wanita itu, maka Arthur tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.Langkahnya begitu tergesa. Arthur memasuki mansion. Di mana para penjaga terlihat berdiri di depan pintu utam
Read more
S2.10. Rise from the Death
  Semula Arthur berniat untuk memberitahu Lea mengenai Zen yang kemungkinan telah lolos dari Ordo Messier. Namun dia mengurungkan niat tersebut karena khawatir Lea akan terlalu memikirkan hal ini. Arthur menduga, kedatangan Jonathan ke mansion disertai dengan ancaman yang pria itu berikan, semuanya berhubungan dengan panggilan yang masuk ke nomor khusus miliknya. Ini juga yang membuat Arthur mengurungkan niat untuk memberitahu Lea tentang Zen. Semakin sedikit informasi yang Lea ketahui, maka akan semakin kecil risiko bahaya yang mungkin akan terjadi pada wanita itu. "Arthur? Apa yang kau lakukan di sini?" Kedatangan Lea yang tiba-tiba membuat Arthur terkejut. "Oh, saya ...." Netra Arthur bergulir menghindari bersitatap dengan Lea untuk mencari jawaban yang tepat. "Sedang mencari dokumen, Nyonya." Pria itu menunjuk lemari tempatnya mengambil ponsel yang kebetulan saat itu masih dalam keadaan terbuka. "Apa yang Nyonya lakukan di sin
Read more
S2.11. Prestige
 Setibanya di New Orleans, Zen meninggalkan mobil beserta dua anak muda yang mabuk itu begitu saja. Uang yang dia kantongi—sumbangan tidak suka rela dari dua anak muda itu, cukup untuk bersenang-senang sebantar sembari menunggu Arthur.Beberapa waktu lalu, dia melihat penampilannya sendiri pada kaca display sebuah toko pakaian. Dan … sungguh, Zen tidak pernah merasa penampilannya lebih buruk dari ini. Jambang yang menghiasi wajahnya tampak begitu lebat dan tak beraturan, seperti rumput liar yang tumbuh subur pada saat musim semi. Rambutnya pun tampak sedikit panjang dengan potongan yang terlihat asal-asalan. Hingga akhirnya dia masuk ke salah satu barber shop untuk merapikan penampilan.Yang benar saja! Zen tidak akan kembali pada Lea dengan penampilan semacam itu. Di mana harga dirinya sebagai seorang mafia jika dia harus kembali dalam keadaan seperti gembel?Setelah wajahnya bersih, Zen tersenyum tipis. Terlalu lama tertidur, rupanya
Read more
S2.12. Supercar Vs SUV
Setelah beberapa langkah, Arthur segera memimpin jalan. Pria itu berjalan lebih cepat menuju tempat dirinya memarkir mobil. Zen tidak akan bertindak ceroboh dengan langsung mengikuti Arthur. Pria itu berjalan ke arah yang lain, mencari tempat di mana dia bisa menghilang dari orang-orang yang dia curigai sebagai penguntit.Dirinya dan Arthur memang seperti memiliki ikatan batin yang kuat. Hanya dengan sebuah kode saja, Arthur sudah bisa menebak apa yang dipikirkan oleh tuannya. Hingga tak butuh usaha yang terlalu keras bagi pria tersebut untuk menjemput Zen di tempat yang sepi, di mana Zen sudah bisa menghindar dari orang-orang yang dia curigai.Tanpa keluar dari mobil, Arthur memiringkan badan lantas membuka pintu untuk Zen. Tuannya itu langsung masuk dan menutup pintu mobil yang bahkan tidak benar-benar berhenti untuk membiarkan Zen memasukinya.“Kau lihat dua orang di sana?” Zen menurunkan ujung topi, duduk dengan posisi lebih rendah, lalu menggera
Read more
S2.13. Malibu
Untuk bisa terbebas dari Jonathan atau Ordo Messier, Zen menghindari daerah perkotaan untuk singgah. Pinggiran Portland menjadi pilihan.Mobil yang membawa Zen dan Arthur berhenti di depan sebuah rumah. Si Pemilik yang kebetulan baru saja keluar dari rumah tampak terkejut dan seketika itu tegang saat melihat mobil yang begitu familier berhenti di depan rumahnya.Sambil memeluk kardus berisi beberapa peralatan untuk melukis, pria bertubuh kurus tersebut menunggu penumpang mobil itu turun. Tidak berani bergeser dari tempatnya berdiri.“Kau terlihat sangat sehat, George,” sapa Zen dengan senyum lebar yang mengembang di bibir. Pria itu berjalan menaiki anak tangga menuju teras rumah dengan kedua tangan yang masuk ke saku. Santai tapi cukup membuat si Pemilik rumah gemetar.Di belakangnya, Arthur turut mengulas senyum meski tidak selebar Zen.Namun tak begitu dengan pria bernama George tersebut. Pria itu justru terlihat sangat tertekan denga
Read more
S2.14. Hello, Sweet Cake!
Rencana untuk mengeluarkan Lea dari mansion sudah disusun. Mereka akan menyusupkan Eric ke mansion sebagai petugas pemeliharaan listrik untuk berjaga-jaga. Tidak ada yang tahu apa saja yang telah direncanakan Jonathan untuk mendapatkan Zen kembali.Baik itu Zen maupun Arthur, mereka memiliki pemikiran yang sama. Bahwa Jonathan membiarkan Lea bebas hanya untuk memancing Zen keluar. Karena ke mana pun Zen melarikan diri dari mereka, Lea akan selalu menjadi tali kekang yang membuat pria itu kembali.“Semua sudah siap?” tanya Zen saat mereka tiba di McAllen, singgah di motel sederhana sebelum melanjutkan perjalanan ke mansion.“Sudah, Tuan.” Arthur mengangguk. Lantas dia berpaling pada Eric yang telah memakai alat penyamaran wajah. “Misi ini sangat bergantung padamu, Dude.”“Tenang saja. Aku akan melakukannya dengan sempurna.” Eric mengangkat satu sudut bibir ke atas, menatap yakin pada Arthur.“Kam
Read more
S2.15. Mirage
  “Zen ….” Apakah ini mimpi? Lea merasa apa yang dia lihat hanyalah fatamorgana. Ini seperti tidak nyata. Pria yang selama ini dia rindukan. Pria yang selama hampir 8 bulan ini selalu dia tangisi dalam diam. Kini akhirnya berdiri di depan mata. Berdiri gagah dengan senyum lebar yang membuat jantung Lea semakin berdebar. “Apa kau tidak ingin memelukku?” tanya Zen seraya menarik tangan dari saku mantel lalu merentangkannya di kedua sisi badan, meminta wanita yang sangat dia cintai itu untuk masuk dalam dekapan. “Zen!” Antara tawa dan tangis bahagia, Lea sama sekali tak mengira bahwa saat ini akan tiba. Wanita itu berlari menyongsong pria terkasihnya dan berhenti persis di hadapan pria tersebut dengan wajah mengerut. Tentu saja ini membuat Zen bertanya-tanya. Ada apa dengan Sweet Cake-nya? Apakah dia tidak bahagia bisa bertemu dengannya lagi? “Zen, apakah ini benar-benar dirimu?” Sorot mata Lea seakan mengatakan bahwa
Read more
S2.16. Trust
 “Anda perlu melihat ini, Tuan.” Arthur menunjuk tayangan di televisi yang menyiarkan headline news tentang kebakaran sebuah rumah di Portland, Texas.Zen mendekat, diikuti Lea yang tak mau melepaskan tangan pria tersebut. Keduanya fokus melihat pada layar televisi yang sedang disaksikan oleh Arthur. Mereka bertiga sedang berada di sebuah rumah salah satu anak buah Arthur, yang menjadi tempat mereka singgah malam ini.Si Pembawa acara menarasikan bahwa tragedi kebakaran itu disebabkan oleh sebuah microwave yang meledak, hingga api yang tercipta melalap habis rumah tersebut beserta seorang pemiliknya yang bernama George Barton. Ledakan itu terjadi karena hubungan arus pendek pada sakelar yang menancap pada badan microwave.“Poor George,” komentar Zen.“Saya yakin microwave itu sengaja diledakkan.” Arthur berspekulasi.“Hm, aku juga berpikir demikian. Apa jasad yang ditemukan di dalam rumah itu b
Read more
S2.17. Invation
 Sebelum memulai rencana penjebakan, mereka harus mempersiapkan segala apa yang dibutuhkan dalam misi tersebut. Tidak perlu mengerahkan banyak pasukan karena ini bukan perang kolosal. Untuk melancarkan upayanya, Zen hanya butuh beberapa orang saja untuk membantu.“Nama-nama dalam daftar yang aku berikan padamu, hubungi mereka dan pastikan mereka datang ke tempat pertemuan tepat waktu,” titah Zen.Pria itu memang sudah mendaftar nama-nama orang yang dia rasa dapat membantunya menjebak Jonathan. Zen tidak akan melibatkan mereka terlalu jauh. Zen hanya akan meminta mereka untuk memfasilitasi dan mengantarnya pada Jonathan. Selebihnya, Zen sendiri yang akan menyelesaikannya.Pria itu tidak bisa menggunakan properti miliknya sendiri karena sudah pasti semua itu berada dalam pengawasan Jonathan. Oleh sebab itu, Zen membutuhkan bantuan beberapa orang yang memiliki sumber daya yang dia butuhkan dalam rencana ini. Sengaja memilih orang-orang seca
Read more
S2.18. Temptation
 Kepalan di tangan Zen tampak semakin menguat. Otot-otot di punggung tangannya tampak menyembul di permukaan kulit, membuat gurat kehijauan di balik kulit cokelat eksotisnya. Menunjukkan denyut nadi yang semakin cepat seiring dengan amarah yang terbakar. Dia sangat tahu bahwa ada bahaya yang mengancam di dalam rumah tersebut.Sekali lagi menatap pintu kamar mandi yang tertutup, di mana Lea baru saja menghilang di baliknya, Zen lantas berdiri. Suara gemericik air menandakan bahwa sang istri tercinta sedang mengguyur tubuh indahnya dengan air untuk membersihkan sisa percintaan mereka semalam.Pria itu berjalan ke arah jendela, memastikan tidak ada celah yang dapat digunakan siapa pun untuk masuk ke kamar tersebut. Memutus akses dari luar untuk dapat menerobos, memanfaatkan kelengahannya untuk menyerang wanita yang sedang berada di dalam kamar mandi. Zen lantas memutar badan dan berjalan meninggalkan kamar tidur. Meraih anak kunci yang menggantung di slot-nya
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status