Semua Bab SWEET CAKE: Bab 81 - Bab 90
132 Bab
Hukuman Bagi yang Bersalah
“Apa?”Clint melotot dengan mulut menganga, tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Pria itu tengah berada di ruang kerja Zen, dan baru saja mendapat perintah untuk menyiapkan segala keperluan pernikahan Zen dan Lea dalam waktu satu minggu. Ya, hanya satu minggu.“Kau gila, Zen!” Clint bangkit dari kursi lalu berbalik seraya menyugar rambut, setelah itu dia kembali membalik badan dengan kedua tangan bertolak pinggang. Maniknya menyorot lelah pada Zen.“Kau ingin sebuah pesta pernikahan mewah dan kau hanya memberi waktu selama satu minggu?” Clint memutar mata jengah. “Bertahun-tahun aku menyelesaikan study-ku sebagai dokter dan sekarang aku hanya beakhir sebagai perencana pernikahan. Ini sangat bagus untuk karirku,” gerutu Clint.Zen menarik satu sudut bibirnya ke atas. “Siapa yang berbuat ulah harus bertanggung jawab. Kau pikir siapa yang membuat pekerjaanku berantakan, hah?”Sep
Baca selengkapnya
Merusak Kesenangan
Waktu seolah berjalan semakin cepat. Dalam waktu kurang dari 72 jam, pesta pernikahan antara Zen dan Lea akan digelar. Pesta mewah yang akan menjadi puncak kebahagiaan untuk mereka. Jangan bertanya bagaimana rupa Clint saat ini. Pria yang biasanya terlihat rapi itu mendadak terlihat seperti seseorang yang selama satu minggu penuh tidak mandi dan tidak tidur. Percayalah, wajah pria itu tak lebih baik dari Frankenstein. Bahkan jika dia menyelinap dalam syuting The Walking Dead sekali pun tidak akan ada yang mengetahuinya. Dia terlihat seperti zombi.“Dokter Clint!” panggil Lea ketika berpapasan dengan pria itu di koridor.Wanita itu tersenyum ramah, dan bersiap melangkah lebih cepat untuk menghampiri pria tersebut. Namun seketika langkahnya terhenti karena isyarat dari Clint. Pria itu hanya melihat sekilas pada Lea lalu mengangkat tangan dengan maksud agar si wanita tidak mengganggunya.“Eh?” Lea menghentikan gerakan kakinya dengan kening b
Baca selengkapnya
Kehampaan
Sungguh, Lea sama sekali tidak pernah berniat untuk membuat Zen marah. Dia hanya ingin memberi saran untuk kebaikan keluarga Aberdein. Ryn adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki Zen saat ini. Lea ingin melihat kedua kakak beradik itu memulai hidup baru. Untuk menghilangkan rasa sakit yang sudah terlanjur menganga lebar mungkin tidaklah mudah, bahkan mungkin akan sangat sulit. Namun tidak ada salahnya untuk mencoba memulai hidup baru, bukan? Setidaknya dengan melupakan dendam yang ada di antara keduanya dan membagi kebahagiaan bersama.“Kalian tidak seharusnya bermusuhan seperti ini,” lirih Lea.Setelah apa yang dia ketahui dari Clint, Lea dapat menarik sebuah kesimpulan dari permasalahan antara Zen dan Ryn. Masalah yang tercipta di antara mereka sesungguhnya hanya berasal dari sebuah ketakutan. Ya, rasa takut untuk kehilangan satu sama lain. Terutama Ryn. Apa yang dialami gadis itu sangatlah buruk. Sangat-sangat buruk. Seburuk apa pun kejadian yang dial
Baca selengkapnya
Pesta Pernikahan
Adakah kebahagian lain yang lebih membahagiakan bagi Zen dan Lea selain hari pernikahan mereka? Saat-saat yang ditunggu itu pun akhirnya tiba. Hari ini, Zen dan Lea resmi telah menjadi sepasang suami dan istri. Prosesi yang menurut Zen sangat membosankan itu masih akan dilanjutkan lagi dengan pesta mewah di ballroom The Great Palace.Sebagai seorang pengusaha yang memiliki nama besar di Brownsville, tamu undangan yang hadir pun merupakan orang-orang penting di kota itu, termasuk bebeapa pejabat yang membutuhkan pengawasan super ketat. Semenjak memercayakan sistem keamanan pada Skytech, Zen merasa sangat terbantu. Tak hanya di mansion, di semua hotel milik pria itu juga telah menggunakan jasa Skytech untuk sistem keamanannya. Hal ini juga membuatnya tak perlu merasa khawatir lagi dengan pengawasan dalam pesta tersebut.Segala keperluan pesta sudah siap. Seseorang datang dan mengetuk pintu ruangan tempat Lea baru saja selesai dirias. Seorang wanita, petugas Wedding Organ
Baca selengkapnya
Keluarga Bennings
Rasanya setiap detik yang terlewati selalu membawa tamu undangan baru untuk hadir di pesta pernikahan Zen dan Lea. Sudah berjam-jam mereka berdiri dan kaki Lea terasa sangat pegal. Beberapa kali Lea mencuri kesempatan untuk memijit kaki agar rasa pegal itu berkurang. “Kau baik-baik saja?” tanya Zen saat melihat Lea sedikit membungkuk dan mengangkat kaki ke belakang. “Kau pasti tahu aku berbohong kalau aku mengatakan baik-baik saja.” Lea mengangkat bahu dengan sudut bibir yang tertarik tipis ke bawah. Zen mendesah pelan lalu mengusap lengan Lea. “Aku juga bosan. Ada hal yang lebih menyenangkan untuk dilakukan daripada berada di tengah kerumunan badut semacam ini,” ujar Zen. “Jaga bicara Anda, Tuan Aberdein!” Lea menegakkan tubuh seraya mendelik, memberi peringatan pada Zen atas apa yang pria itu katakan. “Badut yang Anda maksud itu adalah orang-orang yang menjadi penggerak ekonomi di negara ini, jika Anda lupa. Tanpa mereka, negara ini akan sepi pemasu
Baca selengkapnya
Welcome to the Club
Satu hal yang selalu menyertai sebuah pesta pernikahan selain rasa bahagia, yaitu lelah. Pesta di ballroom The Great Palace itu berakhir hampir tengah malam. Bahkan Zen sudah menyeret Lea untuk meninggalkan ballroom sebelum pesta usai. Memasang wajah ramah dan berakting menjadi orang lain selama berjam-jam rasanya membuat perut Zen semakin mual. Hingga dia merasa harus segera meninggalkan orang-orang itu sebelum timbul keinginan untuk meledakkan tempat tersebut dengan granat.“Apa tidak masalah kita meninggalkan pesta di saat tamu-tamu yang lain masih menikmati anggur mereka?” tanya Lea ketika Zen menarik tangannya keluar dari ballroom.“Itu lebih baik daripada aku meledakkan mereka semua di dalam ruangan itu,” balas Zen tanpa melihat pada Lea.“Kau kejam sekali,” komentar Lea sambil menggeleng kepala.Zen berhenti melangkah di depan pintu lift khusus lalu menoleh pada Lea dengan tatapan malas. “I am,” ujarn
Baca selengkapnya
Ranjang yang Dingin
Pergulatan panas semalam membuat pasangan pengantin baru itu sangat kelelahan. Keduanya tetap meringkuk di bawah selimut yang sama dengan posisi saling berpelukan. Tubuh polos mereka saling menempel, memberi kehangatan satu sama lain. Inilah yang namanya surga dunia. Bercinta hingga nyaris tak dapat bernapas lagi … Zen merasa benar-benar sudah gila. Ini adalah percintaan terlama dan terliar yang pernah dia lakukan. Hingga pria itu mengira ada sesuatu di dalam wine yang mereka minum hingga membuat gairahnya dan Lea seolah tak bisa padam. Bisa dipastikan bahwa janitor di The Great Palace harus bekerja ekstra keras saat membereskan kamar itu nantinya. Itu pun kalau tempat tersebut masih bisa disebut kamar, mengingat seberapa hancurnya ruangan itu akibat ulah Zen dan Lea. Geliat pelan si wanita membuat Zen membuka mata. Pria itu mengernyit ketika cahaya dari luar menyapa netranya, memberi sengatan hebat yang membuat otak Zen memberi perintah pada tangannya untuk menghala
Baca selengkapnya
Di Dalam Taksi
Kesal karena ditinggalkan di hotel sendirian oleh sang suami, Lea melempar selimut yang membungkus tubuhnya ke lantai dengan kasar. Wanita itu menelan pil yang ada di atas nakas dengan bantuan air mineral yang tersedia. Tak peduli apakah itu benar aspirin atau pil kontrasepsi. Kemudian dia berjalan dalam keadaan telanjang menuju kamar mandi. Rasanya sudah tidak sabar untuk merendam tubuh lengket akibat percintaan liarnya dengan Zen semalam dalam air hangat.“Kau memang pria berengsek!” umpat Lea sembari menceburkan tubuhnya ke dalam bathtub.Satu minggu. Hanya dalam waktu satu minggu Zen betah meninggalkan bisnis. Nyatanya setelah pernikahan itu terlaksana, Zen sudah tidak sabar untuk kembali terjun secara langsung mengurus semua bisnisnya.Lea mendengkus pelan lalu menggeleng kepala. “Sampai kapan kau harus berakhir menyedihkan seperti ini, Lea? Ditinggal sendirian di kamar hotel setelah malam pengantin? Hah! Yang benar saja?!” Tawa miri
Baca selengkapnya
Mengejutkan atau Dikejutkan
“Jangan bunuh saya, Tuan.” Sopir taksi itu memohon dengan suara bergetar. Dari tempatnya duduk, Lea dapat melihat bagaimana ketakutan sopir taksi tersebut. Wanita itu menghela napas seraya memejamkan mata, merasa sangat lega karena dirinya masih bisa selamat dari sopir cabul itu. Seseorang yang ada di luar terdengar sangat serius dengan ancamannya. Melihat si Sopir Taksi yang tak kunjung membuka kunci, pria itu semakin mendekatkan moncong senjata pada kepala sopir taksi sembari berkata, “Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku, Pak Tua. Jika kau masih ingin hidup, cepat lakukan apa yang kukatakan!” Merasa penasaran dengan pria tersebut, Lea membungkukkan badan agar dapat melihat wajah pria yang menolongnya melalui kaca jendela. Saat melihat wajah pria itu, Lea membuka mulut dengan ekapresi tak percaya. “Matt?” ucapnya spontan. Bagaimana bisa pria itu berada di sana? Lea sudah pergi dengan cara sembunyi-sembunyi, dan Matt masih bisa menemuka
Baca selengkapnya
Cerita Tentang Grace
Untuk beberapa saat, Lea membiarkan Grace menangis dalam pelukannya. Dia harus menahan diri dari rasa penasaran terhadap apa yang menimpa wanita itu. Yang Lea tahu, Grace adalah wanita yang kuat, dia juga cukup berani dalam mengambil tindakan. Jadi, ketika wanita itu terlihat sangat rapuh seperti itu, Lea yakin bahwa ada sesuatu yang sangat buruk telah terjadi pada Grace. “Aku merindukanmu,” lirih Grace setelah cukup lama menangis dalam dekapan Lea. Grace menjauhkan dirinya dari Lea lalu mengusap air mata dengan punggung tangan. Lea membantu dengan menyekanya menggunakan ibu jari. Lantas dia menyelipkan rambut Grace yang tampak berantakan ke belakang telinga. Dia tersenyum hangat, memberikan tatapan teduh pada wanita dengan wajah penuh lebam di hadapannya. “Aku juga merindukanmu,” balas Lea. Seolah ingin menyembunyikan sesuatu, dalam sekejap ekspresi Grace langsung berubah. Wanita itu membersit ingus lalu memasang senyum lebar di wajahnya dan berlagak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status