All Chapters of SWEET CAKE: Chapter 31 - Chapter 40
132 Chapters
Kau Adalah Milikku
Lea menatap Zen dengan tatapan hampa seolah dunianya memang sudah di ambang kehancuran. Wanita itu merasa hidupnya sudah berada di tepi jurang kematian. Entah dengan cara mudah atau sulit, ini memang sudah menjadi takdirnya."Do it," ucap Lea lirih.Dia meminta Zen untuk segera melakukan apa pun yang ingin dia lakukan terhadapnya. Karena dia sudah menyiapkan dirinya untuk semua rasa sakit itu."Selesaikan urusanmu denganku seperti yang kau katakan tadi." Wanita itu terdengar sangat putus asa.Zen masih berdiri di tempatnya dengan ekspresi datar. Bahkan saat melihat sebulir air mata mengalir dari manik itu, dia tetap bergeming tak menghiraukan permintaan Lea. Pria itu baru bergerak saat Lea menurunkan kakinya ke lantai, namun tak begitu terlihat perbedaannya.Kaki telanjang Lea menapaki lantai marmer di bawahnya dengan pelan. Setapak demi setapak wanita itu mengikis jarak dengan Zen hingga dia berhenti sekitar satu meter di hadapan pria itu. Dia men
Read more
Angel's Eye
Rencana sudah dijalankan. Jika ingin bermain licik maka Zen adalah ahlinya. Arthur adalah eksekutor yang handal. Bukan hanya eksekutor, pria berbadan tegap itu juga ahli dalam mengatur strategi bisnis gelap yang mereka jalani. Kerap kali Zen bertukar pikiran dengan pria itu dalam mengambil tindakan. Alhasil, nama besar Aberdein dan tangan kanannya sangat disegani di kalangan pebisnis ilegal."Serahkan semuanya pada saya, Tuan. Dalam 48 jam, Anda akan menerima kabar baik." Arthur mengambil amplop berisi uang tunai senilai 50 ribu dollar dari atas meja untuk melancarkan aksinya. Nilai yang tidak seberapa bagi seorang Zen Aberdein."Aku percaya padamu. Pastikan bajingan itu melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana bisnisnya hancur." Zen mengepalkan tangan dengan tatapan menyorot tajam ke depan. Lalu dia mengalihkan pandangan pada Arthur. "Begitu rencana ini berhasil, segera kirim bukti kehancurannya padaku.""Baik, Tuan. Saya pastikan Anda akan mendapatkan bukti-bukti itu tak lebih
Read more
Peringatan atau Ancaman?
Sejak terakhir kali Lea bertemu Zen, ini sudah masuk hari keempat dirinya tidak melihat pria itu di mansion. Wanita itu duduk sendirian di taman anggrek yang ada di sayap timur mansion. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis saat mengingat apa yang dilakukan Zen untuknya."Dia ...." Lea menggigit bibir tak kuasa menahan senyum saat mengingat sikap manis pria itu.Lea sama sekali tidak menyangka jika Zen akan melakukan apa yang selama ini sangat ingin dia lakukan. Zen akan mewujudkan mimpinya untuk melihat Bram hancur. Memang terkesan kejam, tapi itu adalah hal yang paling diinginkan Lea dalam hidupnya."Benarkah kau melakukan ini untukku?" gumam Lea. Mendadak hatinya menghangat. Zen tidak hanya sempurna secara fisik, tapi juga memiliki kehangatan di balik kekejamannya."Apa yang kakakku lakukan untukmu?" Tiba-tiba terdengar suara Ryn dari arah belakang Lea.Gadis itu menekan tuas kursi rodanya mengarah pada Lea lantas berhenti persis di hadapan wanit
Read more
Scorpions
Rasanya malam-malam yang dilalui Lea di kamar Zen terasa lebih lama dari biasanya. Dia ingin melupakan apa yang dikatakan Ryn tempo hari tentang wanita-wanita yang bersama Zen, namun dia tidak bisa melakukannya. Tetap saja ucapan Ryn menggaung di kepalanya seperti kaset rusak yang diputar berulang-ulang.Di saat harapannya mulai muncul. Di saat hatinya mulai tersentuh dengan kebaikan yang Zen lakukan untuknya, Lea harus berada di tengah dilema."Jika yang dikatakan Ryn benar, apa Zen akan melakukan hal yang sama padaku seperti yang dia lakukan terhadap wanita lainnya?" gumam Lea.Wanita itu mendesah kasar. Udara dingin yang berembus di balkon kamar Zen menyergap tubuh Lea yang hanya terbalut gaun tidur tipis. Dia memeluk tubuhnya sendiri kala merasakan hawa dingin itu kian menusuk."Rasanya kepalaku mau meledak hanya karena memikirkan masalah ini." Lea bermonolog.Merasakan kepenatan di kepalanya, Lea mengenakan mantel lantas keluar dari kamar.
Read more
Malam Demam
"Nona Lea!" seru Matt.Pria itu mengayunkan stik drum yang sempat dia ambil dari atas meja ke arah kalajengking yang baru saja menyengat lengan Lea. Lantas dia membunuh kalajengkung itu. Sempat merintih menahan sakit beberapa saat, akhirnya Lea tak sadarkan diri. Tubuh wanita itu terkulai tepat pada saat Matt menadahkan tangan untuk menangkapnya."Nona! Nona! Bertahanlah!" seru Matt.Tidak berpikir panjang, pria itu segera mengangkat tubuh Lea. Dia berlari secepat yang dia bisa untuk membawa Lea kembali ke kamar majikannya."Ambil bangkai kalajengking di ruang musik. Bawa kepada Dr. Clint lalu minta Dr. Clint datang ke kamar Tuan Zen sekarang juga!" seru Matt pada penjaga pertama yang dia lihat di koridor."Apa yang terjadi?" tanya rekannya."Nona Lea tersengat kalajengking. Cepatlah, sebelum terlambat," balas Matt.Rekan pria itu segera melakukan perintah Matt. Sementara Matt kembali berlari membawa Lea ke kamar."Bertahanlah, Nona. D
Read more
Hidup Segan Mati Enggan
Berdiri di samping tempat tidur adik kandungnya, Zen melayangkan tatapan tajam menghujam kepada gadis belia itu. Dia sangat yakin jika apa yang terjadi pada Lea adalah ulah Ryn. Selama ini dia sudah cukup menahan diri untuk tidak melakukan apa pun atas apa yang dilakukam oleh Ryn jika menyangkut tentang wanitanya. Namun kali ini, Zen merasa adiknya tersebut sudah sangat keterlaluan."Kau mengganggu tidurku," ujar Ryn dengan nada malas lalu menarik selimut yang berada di ujung ranjang dengan satu kakinya yang masih dapat berfungsi.Semakin geram karena diabaikan, Zen mendekat ke arah ranjang lalu menarik lengan kecil adiknya hingga tubuh gadis belia itu terangkat dengan paksa."Aw! Kau menyakitiku, Zen!" protes Ryn.Namun Zen tidak mengindahkannya. Pria itu membuat adiknya terduduk di atas tempat tidur. Setelah itu dia membungkukkan badan, menyejajarkan wajahnya dengan wajah Ryn. Kedua matanya tajam menyorot ke dalam iris kelam di balik kelopak mata Ryn yang m
Read more
Hadiah dan Kabar Gembira
Jika benar Angel's Eye adalah salah satu benda milik organisasi rahasia yang memegang kendali dunia seperti yang dikatakan Clint, maka Zen sedang berhadapan dengan sesuatu yang sangat besar. Berapa pun sumber daya yang dia miliki, semua akan sia-sia. Tak akan mampu melawan organisasi setan itu."Kau yakin benda ini milik mereka?" Zen menyipitkan mata ke arah Clint.Clint melipat tangan di pinggang lalu dia mendesah pelan. "Aku kenal sesorang dari organisasi itu. Tidak banyak, tapi dia pernah bercerita tentang simbol organisasi mereka. Ada beberapa benda di dunia ini yang diagungkan menjadi simbol organisasi itu. Sebuah organisasi yang akan selalu menjadi mata dunia. Kau tidak tahu seberapa mengerikannya tujuan mereka, Zen. Mereka mendoktrin anak-anak dan remaja di seluruh dunia dengan isu dan tren yang akan menghancurkan generasi muda. Mereka iblis, Zen. Mereka memiliki kekuatan di seluruh dunia yang tidak akan pernah bisa kau sentuh meski kau mengorbankan seluruh hidu
Read more
Racun Indian Red Scorpion
Kepanikan seketika menyelimuti mansion saat terdengar suara Zen berteriak meminta para penjaganya membawa Clint untuk datang ke kamar. Matt yang saat itu bersiaga di depan pintu sekejap melihat situasi di dalam kamar. Saat mendapati Lea telah sadarkan diri namun dalam keadaan histeris, Matt bergegas meninggalkan posnya untuk memanggil Clint."Aku tidak dapat melihat apa pun! Kenapa semua gelap seperti ini? Di mana cahayanya? Zen? Kau di mana? Kenapa aku tidak dapat melihat apa-apa? Zen?" Lea terus meracau. Wanita itu duduk sambil menggerakkan tangannya ke sembarang arah seolah sedang mencari pegangan."Sweet Cake, tenanglah! Hei, aku di sini." Zen berusaha menenangkan.Pria itu menahan tangan Lea yang bergerak tak tentu arah. Dalam cekalannya, tangan Lea gemetar. Air mata mulai membanjir dari balik kelopak matanya."Aku buta, Zen ... aku tidak mau menjadi buta! Berikan aku cahaya! Aku tidak mau menjadi buta!" jerit Lea. Wanita itu terus memberontak, merau
Read more
Sampaikan Salamku pada Hades
Laju Buggati La Voiture Noire itu semakin kencang meski diapit oleh tiga kendaraan di sekitarnya. Tak gentar sedikit pun, Zen yang hanya seorang diri terus melaju, mempermainkan orang-orang yang sengaja menginginkan dirinya terluka."Aku ingin melihat seberapa tangguh kalian," ujar Zen dengan mata menyipit.Sebuah siasat telah dia pikirkan. Menghadapi ancaman tanpa back up sudah bukan hal asing lagi bagi Zen. Dia tidak takut sama sekali. Justru momen seperti ini adalah saat yang dia nanti untuk mengetahui apakah kemampuannya masih bisa diandalkan. Salah satu cara untuk mengasah kemampuan bertahannya."Let's play the game!" seru Zen dengan satu sudut bibir tertarik ke atas.Dari arah depan ada sebuah truk ekspedisi yang melaju dengan kecepatan standar. Kesempatan bagi Zen. Pria itu memperhitungkan jarak dan waktu yang tepat sebelum membanting stir ke kiri dengan tiba-tiba. Tak pelak badan mobil yang mengapitnya dari sisi kiri tertabrak oleh bagian depan mo
Read more
Run Away
"Shit!" Zen mengumpat keras saat mendengar bunyi sirine dari mobil Sheriff meraung-raung, mendekat ke arahnya.Berlari memsuki ladang jagung yang masih utuh, Zen menyelinap di antara tanaman semusim itu. Dia terus bergerak ke arah utara untuk mencapai jalan utama. Tidak! Zen tidak akan bertindak bodoh dengan berlari atau berjalan kaki ke tempat yang dia tuju. Setidaknya, dia butuh kendaraan yang bisa mengantarkannya ke jalur utama dengan aman. Tanpa menarik perhatian dari aparat penegak hukum yang kini telah tiba di lokasi, di mana empat mayat tergeletak dan bangkai mobil yang masih terbakar. Zen terus bergerak dengan gesit.Iris kelam Zen bergerak liar mencari jalan keluar untuk bisa lolos dari Sheriff. Pria itu menarik satu sudut bibirnya ke atas kala melihat gudang jerami yang berada sekitar 100 meter dari tempatnya bersembunyi. Dia kenal dengan pemilik ladang itu, dan dia tahu apa saja yang ada di dalam gudang tersebut.Berlari menyibak tanaman jagung yang m
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status