All Chapters of SWEET CAKE: Chapter 21 - Chapter 30
132 Chapters
Tanpa Belas Kasih
Sekembalinya ke kamar, Lea tidak bisa berhenti memikirkan ucapan penjaga yang mengatakan bahwa apa yang dia lakukan dapat membuat mereka terbunuh. Wanita itu berjalan mondar-mandir di dalam kamar dengan perasaan tidak menentu. Di satu sisi, dia benci terkurung di dalam kamar. Namun di sisi lain dia juga mengkhawatirkan nasib penjaga-penjaga itu."Apa Zen yang menghabisi penjaga itu?" gumam Lea sambil menggigit ujung jarinya karena cemas.Dia tahu Zen bukan orang sembarangan, namun dia tidak pernah berpikir bahwa Zen akan dengan tega merenggut nyawa seseorang karena kesalahan yang tidak dia lakukan. Ya ... Lea mengakui bahwa kejadian yang menimpa dirinya di dalam labirin adalah kesalahannya sendiri. Penjaga itu sudah memberi peringatan, namun dia keras kepala. Lantas sekarang, penjaga itu harus menanggung konsekuensinya. Bukankah itu sangat tidak adil?"Aku tidak menyangka kalau dia adalah orang yang sangat kejam," rutuk Lea.Wanita itu berpikir untuk mendatan
Read more
Cinta dan Kelembutan Semu
Perintah adalah perintah. Sekeras apa pun Lea menolak, Zen pasti akan menemukan cara untuk membuatnya patuh. Sama seperti saat pertama kali pria itu membawanya ke mansion. Pemberontakan Lea hanya berakhir sebagai seorang tawanan.Diantar oleh seorang penjaga, Lea berjalan menyusuri koridor yang belum pernah dia jamah sebelumnya. Berbeda dengan bagian mansion di mana kamar Lea berada, untuk bisa sampai ke kamar Zen, mereka harus melewati beberapa ruangan. Bukan hanya ruangan, namun juga beberapa pintu.Kedua mata Lisa tak henti menyusuri setiap bagian mansion yang dia lewati. Terdapat banyak sekali pintu yang bentuknya sama persis. Barangkali pintu itu sengaja dibuat serupa untuk menyesatkan orang-orang yang belum hafal bangunan tersebut seperti Lea. Wanita itu yakin jika dia harus kembali ke kamarnya tanpa penjaga, dia akan tersesat."Berapa pintu lagi yang harus kita lewati?" tanya Lea pada penjaga yang membimbing jalannya."Sebentar lagi kita sampai, Nona,"
Read more
Pengkhianat
Tidak sulit untuk menemukan puncak gairah ketika Lea harus berhadapan dengan Zen. Wanita itu dengan mudahnya takhluk di bawah kendali Zen. Sungguh, ini di luar kebiasaan Lea selama menjadi primadona di Night-O Club. Dengan Zen, Lea merasa benar-benar seperti seorang jalang yang membutuhkan belaian kasih sayang."Tidurlah, Sweet Cake. Aku akan menjagamu," ucap Zen setelah hasratnya terpenuhi.Di saat seperti ini, Lea merasa Zen adalah seorang pria dengan kepribadian yang hangat. Sama sekali tidak terlihat ataupun terasa jika pria itu adalah pria berdarah dingin yang tega melenyapkan nyawa siapa saja yang mengusik hidupnya.Kalimat "Aku akan menjagamu" yang diucapkan oleh Zen terasa begitu menenangkan bagi Lea. Selama ini, tidak ada seorang pun yang berkata seperti itu selain ibunya. Sisi lain Zen yang seperti ini seolah menjadi sandaran bagi wanita itu yang akan menguatkannya ketika dia sedang berada di dalam posisi sangat lemah."Zen," panggil Lea yang te
Read more
Serangan di Forbidden Forest
Sejenak Zen memandangi wanita yang tengah terlelap di bawah selimut di atas ranjangnya. Hari masih gelap ketika pria itu memanggil Arthur--tangan kanannya--untuk datang. Tak lebih dari sepuluh menit sejak dia memanggil Arthur, pria itu meninggalkan kamar menuju ruang kerja yang berada tak jauh dari kamar tidurnya.Zen membuka sebuah amplop berisi beberapa dokumen yang telah didapatkan Arthur pada misi sebelumnya. Belum sempat dia membaca dokumen itu, pintu ruang kerjanya diketuk."Masuk!" sahutnya.Layar monitor kecil yang berada di mejanya menunjukkan bahwa orang yang baru saja mengetuk pintu adalah Arthur.Pintu dibuka dari luar. Pria berperawakan hampir sama dengan Zen masuk ke dalam ruangan tersebut."Selamat pagi, Tuan," sapa Arthur sembari membungkuk memberi hormat."Duduklah, Arthur!" perintahnya.Patuh, Arthur segera menarik kursi yang ada di depan meja kerja Zen."Apa saja yang kau temukan di Florida, Art?" tanya Zen dengan pa
Read more
Blue Oceanic
Tidak ada pergerakan dari mobil yang terbalik itu selama beberapa waktu. Kepulan asap keluar dari bagian mesin. Hingga tiba-tiba, sebuah tendangan keras yang berasal dari dalam mobil menghancurkan sisa kaca anti peluru yang masih melekat di badan mobil dalam keadaan retak parah. Lantas seseorang keluar dari mobil tersebut dengan posisi kaki terlebih dahulu.Dia adalah Zen, satu-satunya penumpang yang selamat dalam insiden itu. Tak berapa lama, beberapa orang berlari menghampiri, termasuk Arthur. Arthur segera menarik tubuh Zen menjauh dari mobil. Dalam jarak beberapa meter, mobil yang terbalik itu meledak. Tubuh Zen dan Arthur bahkan sempat terhempas karena kuatnya daya dorong akibat ledakan tersebut."Anda tidak apa-apa?" tanya Arthur.Zen hanya mengangguk sambil terus melangkah tertatih menjauh dari mobil yang terbakar itu.Mereka baru berhenti ketika sampai di mobil yang ditumpangi Arthur. Zen duduk di kursi kabin belakang dengan pintu yang dibiarkan t
Read more
Ratu Aberdein
Tiba di mansion, Zen lantas mengunjungi kamar Lea. Dia punya rencana tersendiri untuk wanita itu. Pria tersebut akan memberi sebuah kehormatan untuk Lea. Tanpa mengetuk pintu, Zen masuk begitu saja ke dalam kamar yang ditempati oleh wanita itu. Hingga membuat Lea yang sedang mengoleskan krim antibiotik ke kakinya itu berjingkat terkejut."Astaga! Kau mengejutkanku, Zen!" seru Lea.Wanita itu berhenti sejenak dari kegiatanya mengobati luka lecet dan memar yang ada di lutut dan mata kaki. Tanpa ekspresi, Zen berhenti melangkah tepat di dekat sofa, di mana Lea sedang mengobati lukanya. Lantas Zen membungkukkan badan. Pria itu tanpa aba-aba mengangkat kaki Lea untuk memeriksa luka tersebut."Ouch! Sakit!" seru Lea seraya meringis menahan rasa nyeri karena Zen menekan lukanya."Dari mana kau mendapatkan luka ini?" tanya Zen seraya melepaskan kaki Lea."Aku terpeleset saat hendak makan malam. Hanya luka kecil," jawab Lea jujur.Zen menatap luka di
Read more
Undangan dari Jacob Ferdinand
Duduk bersisian di dalam limosin dengan Zen, sebisa mungkin Lea mencuri kesempatan untuk melihat jalanan di luar. Dengan sedikit menyingkap tirai yang menutup kaca jendela, Lea berharap akan mendapatkan petunjuk tentang di mana mansion Zen tersebut berada.Namun Lea harus menelan kekecewaan, karena sepanjang jalan yang dia lihat hanya pekat malam. Sekarang Lea sangat yakin jika mansion tersebut berada di tengah hutan. Tak lama keluar dari kawasan hutan, limosin yang mereka tumpangi melintasi kawasan peternakan kuda. Meski hanya melalui celah kecil, namun Lea dapat melihat istal yang terletak di sebelah kanan bangunan yang Lea duga sebagai rumah si pemilik peternakan di tengah-tengah tanah yang lapang."Apa kau sudah mendapat peta menuju mansion, Sweet Cake?" Tetiba saja suara Zen terdengar mengejutkan Lea yang memang fokus melihat ke luar.Sontak Lea memperbaiki posisi duduknya sambil mengerjap cepat beberapa kali.'Sial!' batin Lea.Jeli sekali mata Ze
Read more
Lama Tak Berjumpa
Lea melangkah mundur, namun sayangnya tidak ada ruang lagi untuknya menghindar karena persis di belakang tubuh wanita itu terdapat sebuah lemari kaca berisi beberapa piagam. Wajah pucat wanita itu membuat Zen mengerutkan dahi tidak mengerti."Apa yang terjadi padamu?" tanya Zen seraya meletakkan gelasnya di atas meja terdekat.Lea tak mampu menjawab. Wanita itu terus menatap ketakutan ke arah Bram dengan deru napas yang memburu."Hei, Sweet Cake. Lihat aku!" Zen berusaha meraih tubuh Lea, namun wanita itu refleks membuat gerakan menghindar.Sadar menjadi sorotan para tamu di sana, Lea menoleh pada Zen dengan mata berkaca-kaca."A-aku ...." Tenggorokan Lea rasanya tercekat. Untaian kata yang sudah sampai di ujung lidah pun rasanya sangat sulit untuk dia keluarkan. Wanita itu hanya mampu menatap pias pada pria yang mengajaknya ke pesta tersebut.Tanpa berkata apa-apa lagi, Lea berbalik. Dia berlari meninggalkan Zen tanpa tahu ke mana arah yang
Read more
Diam dan Memerhatikan
Dalam waktu singkat, gaun sutera mewah yang melekat di tubuh indah Lea sudah terkoyak akibat sabetan ikat pinggang Bram. Lea menjerit. Wanita itu ketakutan setengah mati, namun dia begitu lemah ketika berhadapan dengan ayah tirinya itu. Rambutnya yang digelung sudah terurai di beberapa bagian. Riasan cantiknya kini tertutup dengan noda hitam campuran antara maskara dengan air mata. Penampilan wanita itu tampak sangat mengerikan. Kesan anggun dan elegan yang sempat menyambutnya tadi seolah sirna begitu saja.Jeritan dan rintihan memenuhi ruangan. Di saat seperti ini, hanya satu nama yang muncul di kepala Lea. Zen Aberdein. Untuk pertama kalinya, Lea sangat berharap Zen datang dan segera menolongnya."Memohonlah, Sayang. Aku akan memberimu kenikmatan yang pasti sudah sangat kau rindukan." Pria yang hanya mengenakan celana panjang tanpa ikat pinggang itu meraih tubuh Lea. Dalam sekali hentak, pria itu mampu membalik tubuh Lea hingga menghadap dirinya. Dua tangan wanita it
Read more
Keputusasaan
Dengan cara dipanggul di pundak, Lea dibawa masuk ke mansion. Arthur membawa wanita itu meninggalkan pesta terlebih dahulu sementara Zen masih harus menyelesaikan beberapa urusannya di pesta tersebut.Lea sama sekali tidak memberontak saat Arthur memanggulnya masuk ke mansion. Menilik apa yang pernah dia dengar dari para penjaga tentang Zen, Lea tidak berani berharap banyak. Jika memang dia harus mati di tangan pria itu, maka itu adalah takdir. Lea sudah lelah melawan takdir, lelah berlari dan bersembunyi. Wanita itu hanya bisa menatap hampa pada lantai dan pergerakan kaki Arthur yang terus membawanya masuk ke dalam mansion."Tuan Zen akan segera kembali. Saya akan membawa Anda ke kamar," ujar Arthur untuk pertama kalinya sejak pria itu membawanya keluar dari hotel.Sama sekali tidak tertarik untuk menjawab karena kepala Lea telah dipenuhi pikiran bahwa dirinya akan segera menemui siksaan memyakitkan dari Zen. Yang tidak Lea sadari adalah ke mana Arthur membawan
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status