Semua Bab Dendam Wanita Terbuang: Bab 11 - Bab 20
68 Bab
11. Wanita yang Kabur
Tidak ada sahutan dari dalam, membuat wanita itu segera membuka pintu kamar. Namun, pintunya tidak terbuka, ia bisa merasakan sendiri ada sesuatu dari dalam kamar yang mengganjal pintu. Sejenak ia celigak-celiguk mencari pengawal yang berjaga tetapi tidak ada satupun yang dilihatnya.Tidak ingin mengambil resiko, ia memilih untuk mendobrak sendiri pintu itu, cukup lama hingga akhirnya pintu terbuka membuat matanya membulat ketika mendapati ketidakberadaan Anna di dalam ruangan itu.“Oh tidak, tuan Elang bisa marah,” gumamnya sambil memegang kepalanya. “A-aku harus menghubungi tuan memberitahukan hal ini padanya,” kata wanita itu sambil melangkah keluar, namun matanya tertuju pada secarik kertas di atas meja membuatnya penasaran.“Astaga, gadis ini sungguh gila. Bisa-bisanya dia meninggalkan pesan seperti ini untuk Tuan,”Bagi Anna menumbangkan beberapa pengawal tidak sulit untuknya apalagi untuk dirinya seorang bos mafi
Baca selengkapnya
12. Kenapa Tidak Menerima Tawarannya?
Anna menyerahkan beberapa lembar uang pada sopir taksi kemudian turun. Sebelum masuk ia memilih untuk memijat lehernya karena terasa tegang. Baru saja masuk ke dalam rumah seketika ia mengambil senjata merasa sesuatu yang aneh di dalam rumah. Langkahnya terlihat pelan sambil menarik pelatuk tanpa membuat suara, seseorang terlihat tengah memegang gelas berisi wine.“Kau baru saja pulang dan ingin membunuhku?” tanya seseorang membuatnya menghela nafas dan menurunkan senjata tidak lupa menekan saklar lampu.“Febia. Hampir saja aku membunuhmu,”Seorang wanita tengah duduk menatap tajam ke arahnya ketika lampu dihidupkan. Pakaiannya begitu rapi, serta rambut dikuncir. Anna mengosongkan peluru senjata miliknya.“Nona, ke mana saja beberapa hari ini? Aku tidak bisa menghubungimu, apa terjadi sesuatu?”Anna baru saja sampai seketika dicecar oleh pertanyaan beruntun oleh Febia.“Bisakah pertanyaannya nanti sa
Baca selengkapnya
13. Siapa Ketua Velenosa
Udara begitu dingin, sedingin raut wajah Anna tengah menyimpan kesal mengetahui transaksi berjumlah besar gagal membuatnya mengalami kerugian tidak sedikit jumlahnya.“Siapa yang melakukannya?” tanya Anna dingin.“It-itu … Ve-velenosa,” ucap Denn terbata-bata.“Mereka lagi?” tanya Anna mengerutkan kening mendengar nama itu, ia mencoba menenangkan diri menyilangkan tangannnya di dada, tapi tidak membuat gelas yang tengah berada ditangannya berhenti digoyangkan.Ia memang sedikit geram tetapi mencoba bersikap biasa saja. Apalagi transaksi mereka cukup banyak, membuat kerugian hal itu membuatnya emosi. Hampir segala aktifitas yang dilakukan oleh mereka, selalu diganggu oleh Velenosa, hal itu membuatnya tidak senang.Dari sekian banyak musuh Re’donna, hanya Velenosa-lah yang tidak bisa dijangkau olehnya. “Aku penasaran, siapa ketua Velenosa. Apa mata-mata kita tidak mengetahui siapa ya
Baca selengkapnya
14. Rasa Trauma
Raut wajah Elang terlihat lelah menghadapi begitu banyak dokumen yang harus ia periksa. Sebenarnya, pria itu bisa memberikan pada Robin pekerjaan itu. Namun, ia memilih mengerjakannya sendiri dan itu membuatnya sedikit menyesal.“Kenapa dokumennya belum juga selesai,” keluhnya membanting salah satu dokumen membuat Robin tersenyum kecil. “Menyebalkan sekali,” gerutu Elang menyandarkan tubuhnya di kursi.“Ingin kubuatkan kopi?” tawar Robin.Elang yang tengah memijat kepalanya mengangguk. Mungkin secangkir kopi bisa menghilangkan rasa sakit yang ia rasakan saat ini. Ia merasa butuh sesuatu untuk menyegarkan kembali pikirannya.“Ervin, apa saja jadwalku hari ini?” tanyanya sambil mengecek jam tangan.Pria itu segera mengecek iPad milinya, dan melihat jadwal Elang.“Hari ini ada meeting …”“Batalkan saja semua meeting,” titah Elang.“Apa hanya itu s
Baca selengkapnya
15. Paksaan
“Syaratnya hanya satu. Menikah denganku,” ucap Elang tersenyum.“Menikah… menikah … menikah, kenapa hanya menikah yang ada di kepalamu?” tanya Anna frustasi.Melihat Anna yang tengah frustasi membuat Elang semakin menyunggingkan senyum evil miliknya. Wajah Anna seperti itu disukai olehnya sangat jelas terlihat di sorot wanita di hadapannya saat ini.“Ingin ikut denganku atau perlu ku gendong?” tanya Elang kembali tersenyum.Ervin melihat raut wajah Elang yang terlihat menyukai menggoda wanita yang tengah berada di hadapannya saat ini. Sebelumnya, tidak pernah ia menemukan sikap Elang yang tengah dilihatnya saat ini.  Dingin, arrogant, serta pemilih. Itulah pengambaran sosok Elang sebenarnya. Dan kini, pria itu tersenyum. Senyum? Ya, senyum. Tidak pernah terlihat dari sebelumnya. Hal itu membuat Ervin merasa jika Anna berbeda dari wanita-wanita lain.“Persimpangan jalan,” uca
Baca selengkapnya
16. Rapat Rahasia Re'Donna
Ruangan dengan pencahayaan redup, memperlihatkan sebuah meja memiliki 8 kursi yang tengah mengelilingi meja tersebut. Anna tengah duduk dengan menyilangkan kaki, segelas wine dipegang olehnya. Dari arah pintu terlihat satu persatu orang berdatangan, memberi hormat padanya. Di samping Anna terlihat Febia dengan sebuah kotak yang tengah dipegang olehnya. Setiap mereka yang masuk, memberikan seluruh aksesoris yang mereka pakai di dalam kotak, termasuk ponsel. Ruang yang mereka datangi adalah ruang rahasia, di mana tidak boleh ada apapun yang bisa membuat mereka merekam, itu adalah peraturan. Bahkan, mereka diberikan pakaian oleh Febia dan harus dipakai mencegah jika mereka memiliki sesuatu untuk melawan organisasi. Semua orang di sana mengambil tempat, di mana mereka berdiri dengan wajah menunduk tidak ada yang berani duduk sebelum Anna menyuruh mereka duduk, mereka tunduk pada wanita yang berada di dalam ruangan itu. Denn yang berada di sana melakukan h
Baca selengkapnya
17. Eksekusi Pengkhianat
“Selidiki juga pria yang baru saja datang,” ucap Anna membuat dua orang yang bersamanya melihat ke arahnya. “Aku tidak tahu apa ini perasaanku saja, semoga saja itu hanya perasanku saja,” kata Anna melepaskan topeng yang ia kenakan.Denn yang melihat raut wajah Anna yang begitu khawatir memutuskan untuk menelpon orang kepercayaannya. Mereka tidak ingin terjadi sesuatu yang bisa membuat masalah baru.“Aku ingin kau pergi sendiri ke Indonesia untuk mencari tahu apa yang terjadi di sana,” kata Anna melihat ke arah Denn.Denn menganggukan kepala.Beberapa saat kemudian beberapa orang berlari membuat Anna dan Febia segera memakai kembali mask mereka, untuk saja beberapa pria yang baru saja masuk tidak melihat wajah keduanya.“Apa yang kalian lakukan? Kalian tidak lihat jika ada ketua di sini?” tanya Denn emosi.“M-maaf ketua,” ucap beberapa orang itu menundukan kepala memberikan hormat p
Baca selengkapnya
18. Kembali ke Indonesia
“Kau sudah menyiapkan semuanya?” tanya Anna pada seorang wanita yang tengah duduk di sampingnya.Beberapa lembar dokumen yang saat ini tengah dipelajari membuat Anna sama sekali tidak mengalihkan pandangannya.“Ya, aku sudah mempersiapkan semuanya,” jawab wanita di sampingnya. “Apa anda yakin inginmelakukannya? Sebelumnya—“Tidak ada jawaban dari Anna hanya ada kertas yang diletakan membuat sang asisten tidakmelanjutkan perkataannya. Naura-nama asistennya, wanita yang diselamatkan olehnya beberapa tahun yang lalu.“A-aku hanya—“Helaan napas pelan terdengar, Anna melipat rambutnya kemudian melirik ke arah wanita di sampingnya.“Huh, sudah lama aku tidak mengunjungi tempat itu. Menurutmu, apa aku perlu mengunjungi mereka?” tanya Anna melirik ke arah asistennya.“Aku rasa, Nona tidak perlu melakukannya. Mengingat penghinaan yang telah mereka lakukan pada Nona,” saran Nuara.Anna mengangguk pelan, ia berpikir apa yang dikatakan oleh Naura ada benarnya. Namun, ia penasaran dengan keluar
Baca selengkapnya
19. Pria Itu
Ada sesuatu yang membuatnya penasaran, ia bahkan tak tahu mengapa sesuatu tengah menggelitik di hati saat melihat sosok wanita yang baru saja masuk. “Deff …” panggil seorang wanita sambil berbisik membuat pria itu mengalihkan pandangannya. “Apa yang kau lakukan?” Deff terbangun dari lamunan saat sang istri memanggilnya. “Ah, tidak kenapa-kenapa,” kata Deff sambil memperbaiki duduknya. “Kenapa aku seperti mengenalnya,” batin Deff. Anna tahu jika saat ini, dirinya ditatap oleh pria dari masa lalunya itu tapi ia mencoba senatural mungkin. “Berapa banyak saham yang kita miliki di perusahaan keluarga Arsando?” tanya Anna berbisik pada Febia wanita di samping kirinya. Begitu singap Febia mengecek tab miliknya. “Sekitar 10% saham yang kita miliki,” jawab Febia. Ada kerutan di dahi Anna, ia merasa kurang puas dengan jawaban Febia. Sejenak Anna berpikir. “Apa 10% saham cukup besar?” tanya Anna. “Saat ini, Nona adalah pemilik ketiga saham terbesar di perusahaannya.” “Ketiga?” tanya Anna
Baca selengkapnya
20. Elang Penasaran Mengenai Wanita Misterius
Anna memotong perkataan Febia. “D-dia? Wanita itu?” tanya Febia dengan terbata-bata. Anna lagi-lagi menghela napasnya. Sehari ini ia telah menghela napas begitu banyak. Rasanya masih terasa sesak, ia harusnya telah mengikhlaskan apa yang telah terjadi, tapi nyatanya rasa sakit itu tidak bisa tertahankan. “Apa kau tidak paham tentang semua yang aku jelaskan sejak tadi, Feb?” Febia menggelengkan kepala membuat Anna menepuk jidatnya. “Astaga, Febia. Bagaimana bisa kau—hm, sudahlah tidak perlu dibahas lagi. jangan membalas pesan apapun, biarkan saja,” titah Anna kembali memejamkan matanya. Sedangkan wanita bersamanya tengah menggaruk kepala yang tidak gatal, ia bingung dengan apa yang dikatakan oleh Anna, ia sama sekali belum paham. “J-jadi, kita tidak perlu membalas—“ “Ya, Febia. Tidak perlu membalas pesannya,” tegas Anna membuat Febia menganggukan kepalanya. Karena tidak berani lagi bertanya, ia memutuskan meninggalkan Anna di dalam kamar mandi. Langkahnya terhenti saat melihat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status