Semua Bab CEO Cassanova & Pelakor: Bab 41 - Bab 50
94 Bab
Mencari Kebenaran
Beberapa Jam sebelumnya,  saat Darell belum berangkat ke kantor. Jenny bergelanyut manja di lengan Darell. Tentu saja ini membuatnya sangat risih dan menepiskan tangan perempuan yang terpaksa dinikahi olehnya."Apaan sih?" protes Darell. "Iih galaknya gak kelar-kelar.""Bilang aja apa yang loe mau, gue mau berangkat ngantor.""Ok, gini Rell, gue mau ajak temen-temen gue ke sini,  ya cuma ngobrol-ngobrol aja sambil pesen menu delivery, boleh ya please!" rayu Jenny."Karena hari ini gue lagi seneng, jadi gue ijinin loe untuk ngundang temen loe tapi ada saratnya.""Apaan?""Pertama, gue nggak mau ada orang lain masuk kamar atau ruang kerja gue.  Kedua, gue mau begitu temen-temen loe pulang,  tempat gue bersih lagi.""Ok deal," jawab Jenny kemudian segera mengirim pesan pada teman-temannya. Kali ini Jenny memang minta izin pada Darell tak seperti sebelumnya.  Sebab sebelumnya Darell me
Baca selengkapnya
Pembelaan Darell
"Darell! Tungguin!" panggilnya, namun Darell tetap bergeming. Menganggap panggilan Jenny hanya angin lalu.Pria itu justru memilih berbelok menuju entrance room."Kau sudah mendengar semuanya?" tanya Darell. "Sudah Mas, aku sudah tahu semuanya. Aku akan bicarakan dengan Dad.""Tak perlu Ki, ayo kita pergi dari sini!" ajak Darell yang tanpa disadari meraih pergelangan tangan Kirana. "Heh kamu!" panggil Jenny tiba-tiba mencengkeram bahu Kirana. Kirana kemudian melepas tangan Darell dan berbalik menghadap Jenny. "Ada apalagi Mbak? Apa Mbak nggak puas sudah buat Mas Darell dimarahi Ayahnya?" tanya Kirana."Loe bener-bener nggak tahu malu ya. Loe pikir dengan penampilanmu sekarang yang udah seperti orang kantoran bisa bikin laki gue milih loe daripada gue?"Kirana hanya tersenyum sinis dan menoleh pada Darell yang
Baca selengkapnya
Jenny Sendiri
Rachel mengalihkan pandangan pada dua perempuan di sampingnya.  Berdiri sambil melipat tangan di dada.  Gadis itu tertawa meremehkan.  Ia terlihat bahagia karena keinginannya menjatuhkan Jenny terlaksana sudah. Sejak kedatangannya ke apartemen pertama kali sesungguhnya ia sudah menduga ada yang janggal. Sangat aneh jika mesin cuci masih dibiarkan menyala dan peralatan makan masih terlihat basah. Sementara tak ada seorang asisten rumah tangga di sana. Kuat dugaan Rachel saat itu,  bahwa Jenny bekerja di rumah Darell. Namun melihat foto pernikahan yang diposting Jenny dan terlihat asli, Rachel pun sedikit sangsi. Meragu akan status pernikahan Jenny.  Hari ini semuanya terkuak dari mulut Darell. Namun Jenny tetap bungkam,  merasa sangat malu sepertinya.  "Laki loe? Laki yang bayar loe maksudnya?" balas Rachel diikuti tawa yang tertahan oleh kedua t
Baca selengkapnya
Terjebak Dalam Lift
"Tenang ... Tenang ya Ki," Darell tampak berusaha untuk membuat Kirana tenang. Akan tetapi Kirana tak Henti-hentinya menangis sesenggukan. Perlahan Darell pun mulai mengambil ponselnya dan menyalakan senter untuk menyalakan lampu dan lift kembali. Namun, setiap kali Darell bergerak, Kirana semakin mencengkeram tangan Darell erat. Mungkin jika lampu menyala, wajah Kirana sudah terlihat sangat pucat sekali. Sambil menggandeng tangan Kirana, Darell pun menekan tombol lift, tapi sayang tombol itu tak juga berfungsi. "Huh sial!" maki Darell. "Mas," panggil Kirana masih terisak."Kamu tenang ya Ki, kita terjebak dan tak punya pilihan lain selain menunggu."Seketika itu tubuh Kirana terasa lemas. Gadis itu pun kembali menangis sejadinya. Darell yang sigap pun langsung menahan tubuh Kirana. Perlahan-lahan ia membimbing Kirana untuk duduk di ata
Baca selengkapnya
Is The Love Exist Among Them?
Darell memutuskan untuk mengantar Kirana pulang setelah kejadian di lift tadi. Kembali memperlakukan Kirana dengan lembut seperti saat akan ke apartemen tadi.  Sesekali Kirana melirik Darell yang asyik mengemudi. Menikmati betapa indahnya wajah pria blasteran di sampingnya.  Saat sudut mata Darell mengarah pada Kirana, saat itulah ia menunduk dan mrmainkan jemari seorang diri. Tak hanya Kirana, Darell pun sama, sesekali mencuri pandang ke arahnya. Saat kepergok,  Darell kembali konsentrasi pada kemudi.  "Ki, kamu mau sesuatu?" tanya Darell.  "Nggak Mas." "Coklat atau ice cream mungkin. Katanya coklat bisa memberi ketenangan. Aku ada rekomendasi cafe yang menyediakan dessert enak sih," tawar Darell sambil menyunggingkan senyum namun Kirana tetap mematung.  "Atau mungkin lain kali kita bisa ke sana?" tawar Darell. &nbs
Baca selengkapnya
Rencana Busuk
Taxi Online yang membawa Jenny melaju cepat membelah jalanan ibukota. Kata-kata pedas dan sumpah serapah terngiang-ngiang terus di kepalanya.  Rencana yang mulai muncul semenjak pertemuan dengan Darell pun musnah sudah. Kebahagiaan yang dikira akan diraihnya kembali kini kembali menjadi angan.  "Menyebalkan sekali, apa aku tidak berhak untuk berbahagia?" batinnya. Kehilangan harta, orang tua, teman-teman dan popularitas. Mengharap pernikahannya dengan Darell bisa membuatnya mendapatkan perusahaan ayahnya kembali,  namun sia-sia.  "Semua gara-gara gadis bodoh itu. Baiklah, jika aku tak bisa mendapatkannya dengan cara halus, akan kudapatkan dengan cara kasar." Perusahaan yang kini menjadi salah satu anak perusahaan Maxwell Group memang pernah dimiliki oleh Ayah Jenny. Perusahaan yang dulu rencananya akan diwariskan untuknya.     &n
Baca selengkapnya
Spend the Night
Di depan Balkon sambil menghembuskan rokok putihnya Darell memandang ke arah kolam renang.  Mengingat-ingat apa yang terjadi padanya hari ini. Dimulai dari menarik tangan Kirana lalu memanggulnya hingga kejadian dalam lift yang membuat mereka berpelukan sangat erat. Tanpa disadari CEO tampan itu tersenyum-senyum sendiri. "Lucu juga dia," gumamnya. Memori bersama Kirana benar-benar memenuhi pikiran Darell saat ini.                             ***Kirana yang lapar pun keluar dari kamar tidur. Ia tak ikut makan malam tadi.Sekilas Kirana melirik pintu kamar Darell dan mendekat ke sana. Bermaksud untuk menawarinya makanan. Tok! Tok! Darell yang kini sudah berada di tepi ranjangnya pun segera bangkot dan mendekat ke arah pintu. Melihat sosok Ki
Baca selengkapnya
Poor Jenny
Rasa lelah memenuhi tubuh Jenny, terutama di bagian pangkal pahanya. Entah berapa kali ia bercinta semalam. Malam kemarin sunggh liar. Alkohol,  sex sungguh sangat mendominasi. Menciptakan sensasi yang indah semalam dan sekarang meninggalkan rasa lelah yang mendalam. Menjadikan tubuhnya remuk redam.  "Gila, semalam berapa kali gue main ya?" gumamnya.  Perlahan ia duduk dan bersandar di dinding. Ternyata badannya juga sakit semua. Jenny mengusap-ngusap wajahnya sebelum akhirnya memutuskan untuk bangun.  Rasa sakit menjalar pada bagian belakang tubuhnya. Membuat perempuan 23 tahun ini harus memegang pinggul belakangnya saat berjalan. Seperti ada yang robek di sana.  "Sudah bangun kamu?" tanya seorang pria yang semalam berkencan dengannya.  Pria itu baru saja masuk ke dalam kamar sambil membawa segelas air putih.  
Baca selengkapnya
Kejutan di Apartemen
Bulir-bulir keringat menetes pada dahi Kirana saat berdiri di depan elevator. Kejadian semalam tiba-tiba membawa traumanya kembali dan membuat tangannya terasa dingin. Darell yang berdiri tegap di samping Kirana pun menyadari adanya perubahan itu.  Tanpa menunggu lama pria berdasi itu langsung meraih tangan Kirana dan menggenggam tangannya.  "Tak usah takut, kamu di dalam bersamaku," katanya tanpa perlu memandang perempuan berambut panjang di sampingnya.  "Mas," "Aku sudah janji pada Mom dan Dad untuk menjagamu. Ayo masuk!" ajak Darell begitu pintu lift terbuka.  Apa yang mereka lakukan saat ini tentu saja menarik perhatian seisi lift. Di kantor Darell memang tidak ada lift khusus untuk petinggi, semua dijadikan satu oleh Ayah Darell supaya lebih akrab.  Beberapa karyawan yang berada di lift hanya melihat Darell yang tak hentinya menggenggam
Baca selengkapnya
Mencari Jawaban
Darell mengikuti arah tatapan Kirana.  Seekor ayam jago mati dengan leher penuh darah tepat berada di dekat pintu.  Darell langsung menutupi wajah Kirana yang pucat dengan telapak tangannya. Memastikan kalau gadis itu tak takut lagi.  Gadis yang rambutnya dihiasi jepit bunga itu mencoba mengatur napasnya perlahan. Kemudian pelan-pelan menurunkan telapak tangan Darell yang nerada beberapa inchi dari wajahnya.  "Aku hanya terkejut Mas, aku tidak takut dengan darah ayam. Aku sudah sering lihat Bapak potong ayam di rumah." "Hmm syukurlah, kukira kamu takut." "Aku hanya berpikir ini aneh Mas. Rasanya tak lazim dalam gedung apartemen seperti ini ada seekor ayam yang mati disembelih." "Kamu benar Ki ini tidak lazim. Di sini bisa kupastikan tak ada yang memotong ayam. Satu-satunya binatang peliharaan yang boleh ada di apartemen ini hanya ikan hias
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status