Semua Bab CEO Cassanova & Pelakor: Bab 31 - Bab 40
94 Bab
Enggan Mengakui
Sekilas Kirana melirik Darell yang terbatuk. Ingin sekali ia menertawai sikap Darell yang tak biasa kali ini. Bersikap kikuk.  Kirana menyimak setiap pembahasan saat rapat berlangsung.  Sesekali ia menanyakan hal yang tak diketahuinya dan mengemukakan pendapat.  "Saya rasa kita bisa pasang logo perusahaan pada paper bag supermarket," seru Kirana.  "Paper bag supermarket?" Tanpa ragu, Kirana pun berdiri dan mulai menyampaikan presentasi untuk efektifitas promosi mereka.  "Saya menilai paper bag supermarket sangat efektif karena bisa langsung kena sasaran.  Produk yang kita buat bukankah ditujukan untuk wanita, terutama Ibu Rumah Tangga?" kata Kirana sambil melempar senyum.  "Ibu rumah tangga paling sering datang ke supermarket," tambah Kirana.  "Saya rasa ide Anda sangat tepat, Nona,"  jelas Pak
Baca selengkapnya
Penemuan Kirana (Area 21+)
Darell membuka pintu ruang kerjanya dengan kasar dan menghempaskan tubuhnya pada kursi.    "Sial!" runtuknya memukulkan kepalan tangan pada meja kerjanya yang keras.    Darell benar-benar tak habis pikir akan kejadian hari ini. Persiapan rapat yang semalam dilakukannya ternyata kalah telak dengan sosok seorang perempuan desa bernama Kirana.   Meski semua argumen yang disampaikan Kirana dinilai masuk akal oleh Darell, namun egonya terlalu tinggi untuk mengakui kehebatan perempuan berkulit langsat itu. Mengakui kehebatan Kirana, itu sama saja dengan mengaku kalau dia kalah.   Tak pernah disangka olehnya kalau Kirana mampu membuatnya tak berkutik dengan ucapannya. Kirana seperti paranormal, mampu menebaknya yang diam-diam memperhatikan paha Kirana yang tersingkap.    "Kenapa pikiran kotor gue malah ke situ. Huuh aku benci pikiranku!"   Pikiran Dar
Baca selengkapnya
Tentang Juwita
"Wita, ada Budhe Ning itu di ruang tamu," kata Bu Leli, Ibu Juwita membuka sedikit pintu kamar putri sulungnya.  "Ada apa sih Bu,  Budhe Ning datang?" tanya Juwita malas untuk menemui wanita yang dulu pernah angkuh itu.  "Ibu nggak tahu, Nak. Budhe cuma bilang ada perlu." "Huh. Iya deh Bu,  abis ini Wita temuin, Wita mau ganti baju dulu." Wita pun segera mengganti pakaiannya begitu Ibunya menutup pintu. Mengganti dengan dress bermerk dan tak lupa perhiasan emas pada kalung dan pergelangan tangannya. Baru ia menemui Budhe Ning,  kakak dari ayahnya.  "Eh Budhe, ada apa?" tanya Juwita langsung duduk di sofa ruang tamunya yang empuk, tanpa perlu salam seperti saat masih kecil dulu. Bahkan perempuan di samping budhenya pun hanya ditoleh sekilas.  Sesekali, wanita bertubuh biola itu menyibakkan rambut lurusnya ke belakang telinga.
Baca selengkapnya
Tantangan Dari Kirana
Kirana dan Audrey duduk bersama di pinggir kolam.  Mereka berdua tampak ceria mendengar cerita Kirana tentang Darell siang ini. Kecuali tentang sepatu wanita dalam ruangan Darell.  "Lucu banget sih Kak,  coba tadi aku di sana, pasti dah ngakak abis-abisan," jawab Audrey.  "Ya, begitulah. Tapi gara-gara itu aku jadi nggak bisa antar Louis ke bandara," desah Kirana.  "Santailah Kak, kan tadi sudah kuantar. Tadi aku temani dia cukup lama kok," jawab Audrey.  "Sukurlah." "Iya, kita berbincang cukup lama, dia menyenangkan," jelas Audrey disambut senyum simpul Kirana.  "Dia juga pencipta lagu, youtuber juga, nih videonya," Audrey pun menyodorkan ponselnya agar Kirana melihat video Louis yang sedang menyanyi sambil diiringi alunan piano.  "Hmm, kalian akrab sekali ya," jawab Kirana dibalas dengan senyum Audrey                      &n
Baca selengkapnya
Gangguan Akan Kirana
Huh gadis kampung aja sombong," cibir Darell begitu Kirana menjauh darinya dengan diikuti oleh Audrey. Kirana yang mendengar cibiran Darell pun menghentikan langkahnya dan mendekat pada pria bertubuh tinggi itu. Berdiri berhadapan dengan jarak dua inchi saja. Mungkin jika dilihat dari samping, posisi mereka seperti hendak berciuman. "Mas ada perlu sama saya?" tanya Kirana memberanikan diri menatap mata hazel Darell. "Nggak," balas Darell ketus. "Yakin?""Pede banget loe ya. Gue kasih tahu nih meski loe udah ubah penampilan loe bukan berarti loe bisa ngerasa hebat. Karena buat gue loe itu tetep gadis kampung,  ngerti loe!" kata Darell dengan nada ketus. Kirana semakin mendekatkan wajahnya ke arah Darell. Tubuh Darell yang tinggi membuat Kirana terpaksa berjinjit agar lebih dekat."Aku memang perempuan kampung tapi aku tak pernah bersembunyi di balik meja teman priaku," bisiknya kemudian berlalu. 
Baca selengkapnya
Mengalir Begitu Saja
Kini giliran Kirana dan Darell saling pandang, kemudian sama-sama mengarahkan pandangan pada Audrey yang sedang meminum susu non fatnya. Mereka berdua memiliki arti pandangan yang berbeda, Kirana terlihat santai, sedangkan Darell menyimpan geram pada adiknya. "Kenapa kalian berdua memandangku begitu?" tanya Audrey pura-pura tak bersalah."Loe,—" Darell menghentikan kalimatnya saat melihat Ayahnya membulatkan mata hazel ke arahnya."Sudah kalian tak usah ribut, lebih baik berangkat ke kantor sekarang, sudah selesai makannya kan?" tanya Dad. "Baik, aku ambil tas dulu," jawab Kirana. "Cepet! Nggak usah banyak gaya!" tambah Darell yang terlihat keberatan karena harus satu mobil dengan Kirana.Kirana tak menggubris Darell yang bergumam kesal. Ia memilih untu
Baca selengkapnya
Tantangan dari James
"Bagaimana tantangannya Pak?" tanya sekretaris Dad. Darell pun menyerahkan amplop yang telah terbuka segelnya pada Bu Anita. Sambil senyum,  Bu Anita pun menunjukkan tantangan pada Ayah Darell yang duduk melipat tangan di balik meja kerja jatinya. "Silakan Pak," katanya menyodorkan amplop yang sudah terbuka itu. Sementara Darell menoleh ke arah Kirana sambil menunjukkan ibu jarinya yang mengarah ke bawah. Kemudian menyunggingkan senyuman sinis ke arah Kirana.Tantangan yang didapat kali ini memang terasa mudah oleh Darell. Make profits in a day,  hal itu tentu saja dapat dilakukan oleh Darell hanya dalam beberapa jam saja. Meski sudah berpengalaman, namun Kirana terlihat was-was dengan tantangan yang diberikan Ayah Darell. Ia belum punya ide bagaimana menjalani tantangan pertamanya. James Maxwell mengangguk memberi tanda pada sekretarisnya untuk menjelaskan tantangan lebih lanjut. "Baik, akan say
Baca selengkapnya
Tantangan Pertama
[Bagaimana kabarmu?] tulis Louis dalam Bahasa Perancis. [Aku baik, hanya sedikit bingung mempersiapkan tantangan,] balas Kirana juga dalam Bahasa Perancis. [Tantangan?]Kirana pun menceritakan panjang lebar mengenai tantangan dari James Maxwell pada Louis. Juga menceritakan kebingungannya dan berharap pria berkebangsaan Perancis ini bisa memberikannya solusi. Bukan Kirana manja, tapi saat ini ia benar-benar buntu dengan apa yang harus dilakukan. Kirana tidak mengenal siapapun di sini selain keluarga Maxwell. Bingung mencari produk apa yang bisa dijual, menjual produk miliknya sendiri pun tidak bisa, karena tidak diperkenankan dalam kompetisi. [Sulitkah menjual makanan di Indonesia?] tanya Louis. Sepengetahuan Louis, menjual makanan di Eropa sedikit sulit karena membutuhkan perijinan dan tes kualitas makanan. Dari pengalamannya di Indonesia, saat ia banyak melihat pedagang makanan keliling dan di pinggir jalan, ia pun
Baca selengkapnya
Curang?
"Apa maumu?" tanya gadis itu sambil memberi isyarat dengan telapak tangan pada pria berdasi yang berdiri tak jauh darinya. "Huh si pelakor ini punya nyali ternyata?" cibir Jenny diikuti tertawaan teman-temannya. "Aku nggak ada urusan denganmu,  asal kau tahu kalau aku tak berminat dengan suamimu," jawab gadis itu ketus kemudian berbalik meninggalkan Jenny dan antek-anteknya. Namun Jenny meraih pundak gadis itu dan menariknya mundur hingga hampir terjungkal. Beruntung gadis penjaja makanan itu bisa menjaga keseimbangan. "Mau apalagi?""Heh anak kampung, aku belum selesai. Aku peringatkan sekali lagi ya, jangan coba-coba untuk mengganggu suamiku!" katanya sambil mengulurkan telunjuk di wajah gadis itu. Tanpa takut gadis itu pun meraih telunjuk Jenny dan menepiskannya. Lalu menatap Jenny dan kawan-kawannya satu per satu dengan tatapan nanar. "Kamu bilang aku gadis kampung lalu perbuatanmu padaku saat ini
Baca selengkapnya
Sikap Polos Kirana
"Masuklah Ki!" pinta Mas Darell membukakan pintu mobilnya untukku. "Mas kita mau kemana?" Kirana masih bingung dengan sikap Darell yang tiba-tiba manis. Ada prasangka kurang baik darinya jika melihat Darell seperti ini.  Sekali Darell melakukannya beberapa waktu lalu. Untung saja ada Louis yang saat itu menyelamatkan dirinya. "Apa Mas mau menurunkan aku di jalan?" tanya kirana hati-hati. Jelas gadis berambut panjang ini harus waspada. Bukankah Darell pernah menelantarkannya di stasiun, saat pria itu seharusnya menjemput. Darell tertawa mendengar penuturan Kirana yang polos. Walaupun penampilan Kirana saat ini telah berubah dan menunjukkan kecerdasan yang dimiliki.  Namun kepolosannya tak pernah hilang. Terus terang, melihat Kirana seperti ini membuat Darell merasa gemas. Ingin sekali pria berusia tiga puluhan itu mencubit pipi Kirana. "Lucu juga dia," batin Darell kemudian menggeleng kepala
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status