All Chapters of Runaway Bridesmaids: Chapter 21 - Chapter 30
87 Chapters
Foto Candid
“Pagi, Sayang. Syukurlah aku datang tepat waktu,” sapa Arkana saat aku hendak masuk mobil.“Hai, sepagi ini mampir. Ada yang penting?” tanyaku ramah.“Laporan yang kamu butuh, sudah aku email balik, ya. Jadi, hari ini kamu punya banyak waktu luang, kan?” Arkana bertanya balik.“Oh ya? Serius sudah selesai? Keren banget sih kamu. Makasih banyak ya, Kan.”“Hari ini ikut aku, yuk? Aku pengen beliin apa aja yang kamu suka. Seharian ini kita belanja untuk keperluan isi rumah. Mau?” Arkana memamerkan senyum semringah.“Gimana ya, Kan, aku masih ada urusan di kantor, sih,” elakku.“Please, Sayang. Rumah itu hadiah aku untuk kamu. Aku mau isinya ya kamu yang milih,” pinta Arkana dengan mimik wajah lucu.Ah, boleh juga. Anggap saja aku membantu Zanna memilih semua hal yang ia suka.Satu hal yang baru aku tahu, ternyata Arkana ini bisa berubah menjadi sangat banyak bicara. Padahal menurut Zanna, lelaki ini tergolong p
Read more
Aku Datang, Honey
"Sissy, aku pasti kangen banget sama kamu," ucap Zanna di antara isak tangis."Dih, lebay deh. Aku cuma pergi tiga hari doang, Nya. Senin sore juga udah bobo di rumah lagi. Jangan cengeng gini, ah." Aku menepuk lembut punggung Zanna."Sebenarnya, aku ... takut, gimana kalo terjadi kesalahan saat pura-pura jadi kamu." Selalu tidak percaya diri. Aku menghela napas. Bagaimana meyakinkan saudari kembarku ini kalau sebenarnya tidak banyak perbedaan mencolok di antara kami? Tidak akan ada yang curiga jika kami bertukar tempat. "Listen, My Twin! Look at this mirror. See? Tak ada beda di antara kita. Berperanlah menjadi Zeline untuk mengejar cinta sejati kamu. Please, Bram sudah menunggu kedatangan istri tercintanya di sana." Aku menaik-turunkan alis mata untuk menggodanya.Zanna menghapus air mata yang masih mengalir. "Ayo, aku anterin ke bandara." "Nah, gitu dong. Yuk, s
Read more
Sekeping Kecemburuan
"Hon, gak kangen sama aku?" tanyaku manja.Anehnya, wajah tampan yang sangat aku rindukan itu tidak berubah sedikit pun.Bram bersedekap, menatapku lekat, jauh dari kesan ramah. Aku mendekat, mencoba memangkas jarak, sengaja menyusup dalam pelukan Bram."Hon, aku kangen," bisikku di telinga Bram.Tidak seperti biasa, Bram hanya diam. Aku melepaskan pelukan dan memasang wajah bingung."Honey, apa ada masalah di kantor? Kok kamu jadi dingin gini sama aku? Atau aku ada buat salah ke kamu?" tanyaku beruntun.Bram mendengkus. "Kamu tidak merasa bersalah sedikit pun?""Honey, please ... Kalau aku datang lebih awal dan membuat kamu harus bayar dua kali tiket pesawat, maaf. Aku kangen, gak bisa ditahan lagi.""Berhenti bersandiwara, Zeline! Aku paling gak suka dibohongi!" Bram membentak.Aku tersentak. Air mataku merebak. Tak percaya Bram t
Read more
Gangguan Kecil
"Kamu pindah ke Bali aja ya, Babe?" "Iya, aku bakalan pindah ke Bali setelah pesta pernikahan Zanna terwujud," jawabku seraya menghapus sisa make up.Bram mendekat dan mengecup lembut pucuk kepalaku. "Aku gak bisa fokus kerja, Sayang. Setiap saat terlintas pikiran buruk dan cemburu. Ayolah, aku punya hak penuh sebagai suami!" Aku meletakkan make up remover ke meja cermin, berbalik badan untuk menatapnya. "Suamiku yang paling tampan sedunia, kita sudah berulang kali membahas masalah ini selalu berakhir dengan debat melelahkan. Boleh kita ganti topik pembicaraan lain?"Sengaja aku berucap dengan nada dan tatapan selembut mungkin. Bram ini kadang kekanak-kanakan, egonya tinggi. Terbiasa memenangkan semua hal yang ia targetkan,  membentuk mentalnya tidak ingin dibantah. Namun, air mataku adalah kelemahan terbesar yang ia punya.
Read more
Sepulang dari Bali
Bali, belanja dan cinta. Sayang, kebersamaan ini akan berakhir. Enggan beranjak dari kehangatan dan suasana penuh warna. Namun, realita kehidupan memaksaku untuk segera berbenah. Demi sebuah janji yang harus dituntaskan. Selain itu, perasaanku tak tenang. Zanna mendadak tak bisa dihubungi. Entah apa yang terjadi dengan kencannya kemarin. Tidak biasanya ia seperti ini. Kuurungkan niat untuk membahasnya dengan Bram, tidak ingin merusak suasana romantis. Membahas mengenai Zanna berarti menyangkut Arkana dan Bram benci itu. Sama seperti aku yang sengaja membentang dinding pemisah antara lelaki kesayangan ini dengan sekretaris itu. Jika ditanya, aku akan mengatakan ingin menempel pada Bram seperti lintah. Tidak ingin membaginya dengan siapa pun. Namun, tindakan itu terdengar kekanakan sekali, kan? Seperti bukan Zeline Zakeysha yang terbiasa menundukkan lelaki saja.Tanganku masih menggenggam ponsel yang
Read more
Sanggupkah hatimu?
Aku menahan detakan yang meningkat dalam dada saat mengintip dari jendela, Bi Ani sedang menyambut kedatangan Arkana. Gegas, aku memastikan Zanna masih dalam kondisi tertidur. Setelah semua aman dan rapi, aku menyelinap ke kamar dan mengintip lewat connecting door yang dibiarkan sedikit terbuka."Bibi tinggal ya, Den. Kalau ada apa-apa, panggil aja," ucap Bi Ani."Ya, Bi. Terima kasih," jawab Arkana sopan.Setelah Bi Ani beranjak, Arkana mendekat ke arah ranjang. Tatapan matanya terlihat sedih. Ah, sedalam itukah lelaki yang dicintai Zanna ini menaruh rasa terhadapku?"Sayang, aku datang. Maaf, aku abai dengan kondisi kamu. Aku sibuk merampungkan pekerjaan agar kita bisa bulan madu dengan tenang." Arkana mengecup lembut punggung tangan Zanna.Untungnya, Zanna tipe kebo, yang sekali menyentuh bantal akan tidur pulas seperti orang pingsan. Jadi gerakan spontan dari Arkana tak akan mengusik ketenangan
Read more
Another Day Without You
"Hon, aku kangen banget sama kamu. Ke mana aja, sih?" omelku saat panggilan ponsel tersambung.Bram masih berusaha menjelaskan tetapi aku langsung menggeser tombol ponsel menjadi panggilan video. Wajah Bram muncul memenuhi layar ponsel. Aku meletakkan benda itu di holder dan menekan tombol pengeras suara."Aku kangen tau. Kaos kamu gak mempan. Aku tetap aja disiksa oleh rindu. Honey, pulang," rengekku manja."Belum bisa, Babe. Proyek baru dimulai, mana bisa aku melarikan diri. Kamu aja yang ke sini dan gak usah balik lagi seterusnya. Ya?" Wajah Bram memelas.Aku menghela napas. Wajahnya sedikit kurang terawat dengan jambang yang belum dicukur. Aktivitas yang aku ambil alih sejak kami menikah. "Pestanya sebentar lagi, Hon. Doain lancar, supaya aku bisa kabur dengan segera," pintaku."Aku selalu merindukan kamu. Setiap kembali ke villa, hatiku kosong, Babe
Read more
Mr. J
"So Zeline, haruskah aku memanggilmu kakak ipar tersayang?" sindir lelaki tampan di hadapan. Kegiatanku langsung terhenti. Ponsel yang sedari tadi dalam genggaman, aku letakkan di pangkuan.  Aku mencebik lalu bersedekap. "Of course. In case you forget, aku sudah menikah dengan Bram."  "Tahukah kamu, betapa aku menyesali perbuatan yang menyebabkan hubungan kita kandas?"  Aku tertawa sumbang. "Too late, Jeremy! Kamu mengabaikan tanggal jadian kita yang ke tiga bulan hanya karena balapan motor."  "Sounds childish, Zeline Sweetheart. Aku masih menyimpan sebentuk cinta yang sama untuk kamu. Seperti orang bodoh aku mencari kamu."  "Oh really? Aku tidak pernah mengganti nomor ponsel, J. Berhentilah berbohong!"  Aku tahu persis siapa laki-laki yang ada di hadapan ini. Track recordnya sama sepertiku. Pembosan dan tida
Read more
Phone Call
Kepalaku masih berdenyut-denyut atas semua kejadian di rumah Bunda. Tingkah menyebalkan Jeremy yang membuatku harus pintar menempatkan diri di depan Bunda sungguh menyiksa hati. Untung saja bisa segera berpamitan setelah makan, tanpa perlu menginap di sana. "Hon, sampai kapan aku terjebak dalam situasi seperti ini?" Aku mengomel sembari melepaskan stilleto dan melemparnya begitu saja.Aku melangkah menuju kamar mandi dan meneteskan essentials oil dalam bathtub. Semua hal ini menguras energi dan pikiran, aku butuh suasana rileks. Setelah musik mengalun lembut dari ponsel, aku mulai memejamkan mata, sekadar menenangkan riuhnya isi kepala.Saat hampir saja terlelap suara ketukan pintu terdengar. "Ya, sebentar," jeritku.Aku pun bergegas keluar bathtub dan membasuh busa yang masih menempel. Hanya mengenakan bathrobe, aku keluar dari kamar mandi dan melihat Zanna duduk dengan memasa
Read more
Apple Pie
Zanna masih marah. Rasanya perawatan kulit yang dilakukan tadi sia-sia karena ulahnya membuatku kembali stres.   "Bisa kita akhiri semua hal gak penting ini?" tanyaku kesal.   Arkana sudah pamit pulang. Tinggal kami berdua dalam mobil di parkiran.    "Kenapa kamu malah mesra-mesraan sama Bram? Hampir aja ketauan kan tadi!" Zanna bersedekap.   "Ya ampun, Nya. Bram itu suami aku. Lagian tadi kalian gak ada di dekat aku, kan?"   "Apa kamu masih mau melanjutkan rencana ini?"    Ingin rasanya aku berteriak di telinga Zanna. Memangnya selama ini apa aku diam saja? Bukannya semua yang aku lakukan hanya untuk menyatukan mereka?   "Aku capek. Perawatan tadi sia-sia saja. Aku hanya ingin menghibur kamu. Nyatanya apa? Sejak Arkana datang, kamu menjadi menyebalkan!"    "Arkana tadi mengajakku mampir ke toko perhias
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status