Semua Bab Cinta yang Tak Diundang: Bab 21 - Bab 30
49 Bab
Sagara Sunbae
"Entahlah, aku malas," jawab Kanza tak acuh. Ia mengangguk-anggukan kepalanya saat mendengar lagu bertempo up bit yang terputar disaluran radio yang Fidella pilih.   Fidella menoleh dan berdecak. "Kau masih kesal pada kakakmu?" tanyanya dan Kanza mengangguk.  "Jangan seperti itu, bagaimanapun dia itu kakakmu. Kau harus menghadiri hari bahagianya," jelas Fidella memberi saran.   "Dia merusak mobilku dan aku masih tidak terima! Aku kerja keras mengumpulkan uang di sini untuk membeli mobil itu. Kau tahu, mobil sport itu limited edition, usahaku tidak mudah untuk mendapatkannya. Aku sudah mewanti-wanti padanya untuk tidak memakai mobilku saat aku tidak ada. Tapi dia tetap saja memakainya tanpa izinku."  "Balapan liar di jalanan Jakarta yang padat, hingga akhirnya—"  "Arghhhh, manusia itu minta kuhajar!" Binar su
Baca selengkapnya
Lovely Sunbae
"Kenapa, kau cemburu?" tanya Kanza menyelidik.   "Aku ... tidak, bukan begitu. Hanya saja kau terus mengabaikanku karenanya," elak Fidella. "Itu artinya kau cemburu, Sweatheart!" ujar Kanza setengah mendengkus dan tertawa. "Terserah saja. Jadi, benar gosip itu?" dakwa Fidella penasaran. "Gosip apa?" tanya Kanza pura-pura polos, tidak tahu apa-apa.  "Aku tidak mengerti maksudmu," lanjutnya kembali memakan hidangan di depannya.   Fidella mengempaskan punggungnya ke sandaran kursi dan bersidekap. Ia memicingkan mata sipitnya, membiarkan ujung ekor mata itu menusuk pandangan Kanza dengan intens.  "Aku sedang menunggu penjelasanmu, Mrs. Jakarta!" tukas Fidella penuh penekanan kata. Kanza memutar bola matanya ke sembarang arah, menghindari tatapan selidik Fidella.  "Hei, aku masih menunggu
Baca selengkapnya
Daniel dan Sagara
  "Bagus! Sekarang kau punya dua musuh di rumahmu sendiri," gumam Fidella berkacak pinggang.  "FIISIS, CEPAT KELUAR!" teriak Daniel dari teras depan. Fidella mendengkus sebal, dengan kesal ia berjalan menghampiri dua orang menyebalkan itu.  "Mana?" pinta Sagara sambil menengadahkan tangannya. Fidella mengernyit di sela wajah kaku yang sedari tadi ditunjukannya.  "Apa?" tanya Fidella. "Kau sedang minta uang jajan padaku?"  "Dia sedang bergurau, Kak. Tertawakan saja," sela Daniel yang berdiri di sebelah Sagara.  Fidella ingin melayangkan satu sentilan di dahi adiknya. Namun, dengan sigap tubuh Sagara menghalanginya.  "Mana kunci mobilnya? Aku yang akan mengemudi," pinta Sagara sekali lagi. Delikan Fidella semakin tajam, ia memutar bola matanya dan mendengkus.  
Baca selengkapnya
Eileen's Cheese Cake
Mulai dari sekarang dan beberapa hari ke depan Fidella akan sibuk mencicipi peran barunya sebagai ibu rumah tangga yang sesungguhnya. Ditinggal oleh sang ibu membuat gadis itu harus menyiapkan segala sesuatu sendiri. Terlebih pembantu di rumah Fidella sedang sakit parah, minggu lalu ia meminta izin untuk pulang kampung. Tanpa mempersulit, Nyonya Hara Finanda langsung menyetujuinya. Ibu dari Fidella itu berpesan pada pembantunya untuk istirahat yang cukup dan tidak perlu mengkhawatirkan pekerjaannya di rumah ini. Nyonya Hara Finanda menyuruh pembantu itu kembali setelah ia benar-benar sehat. Sungguh mulia hati nyonya rumah itu, beruntung sekali orang-orang yang bekerja dengannya. Nyonya Hara Finanda memang terkenal sebagai pribadi pemurah dan berhati lembut seperti sutra. Tak heran wanita yang nampak anggun dengan segala keramah-tamahannya itu kerap membuat orang-orang di sekitarnya merasa nya
Baca selengkapnya
Kedatangan Liliana Grave
"Kudengar dari teman-temanku makanan di sini sangat murah dan lezat. Aku tidak akan menghabiskan uangmu, Kak. Kau tenang saja," ujar Daniel penuh semangat.  Ia baru saja memesan beberapa menu untuk dirinya sendiri, sepertinya bocah itu benar-benar memanfaatkan kesempatan yang jarang ia dapat ini. Perhatian Sagara teralihkan dari ponsel, kemudian menerbitkan senyuman manis untuk Daniel.  "Kau memang tidak tahu malu, Bocah!" cibir Fidella menopang dagunya dengan kedua tangan. Ia menatap sebal ke arah Daniel dan memberi delikan singkat pada Sagara yang duduk di sebelah bocah itu.  "Pesan saja sesukamu. Kakak tidak keberatan sama sekali," ungkap Sagara memberi lampu hijau, sontak saja wajah Daniel semakin berseri tak tertahan.  Fidella menggeser kursinya agar mendekat dengan Sagara. Gadis itu langsung mencubit perut Sagara sekenanya dan berkata, "Kau terlalu memanjakannya!"&nb
Baca selengkapnya
Suddenly Holiday
Ketiga orang dewasa itu pun mulai hanyut dalam alur perbincangan mereka. Fidella yang notabene adalah gadis dengan sifat sedikit introvert justru terlihat sudah akrab dengan Nyonya Li.  Tak jarang kedua wanita itu tertawa lepas saat topik-topik jenaka menyampir dalam obrolan keduanya. Meski ramah, Sagara tidak terlalu suka berbincang banyak terlebih dengan perempuan.  Merasa diabaikan, Sagara pun mendekati Daniel yang sedang cemberut karena Fidella menolak ajakannya untuk pulang. Kakaknya itu masih asyik membahas tentang dunia fashion yang sedang menjadi trend akhir-akhir ini di kalangan fashionista New york dan kota-kota sekitarnya. Tidak disangka, wanita seusia Nyonya Li masih gencar mengikuti perkembangan fashion.  "Tunggu sebentar lagi, kau bisa, 'kan?" bisik Sagara merangkul bahu Daniel. Ia ingin meredakan kekesalan adik iparnya yang makin lama makin terlihat jelas dari air mukanya yang tampak mendung
Baca selengkapnya
Keluarga Grave
 "Jangan marah padaku, oke?" sambut Sagara menjawab pertanyaan Fidella sembari melempar senyuman mencurigakan ke arahnya.  "Daniel Liam, kau beruntung, Brother. Mereka setuju, bahkan katanya mereka sendiri yang akan menelpon pihak sekolah untuk meminta izin," jelas Sagara tersenyum kecil.   "Yes, aku menang! Berlapang dadalah kakakku tersayang." Daniel mengejek Fidella dengan senyum kepuasan setan kecil. Sagara terkekeh melihat wajah merah padam Fidella yang sedang menahan amarah karena ulah adiknya.  "Sempurna, sekarang tidak ada masalah, 'kan?" tanya Nyonya Liliana senang.  "Sebaiknya kita segera bersiap. Aku akan kembali ke apartemenku sebentar untuk mengambil perlengkapan. Kalian pun harus kembali dulu ke rumah," sarannya yang langsung dibalas anggukan semangat Daniel.  "Kita akan bertemu di bandara jam tiga sore nanti, setuju?" tand
Baca selengkapnya
Kembali Sekamar
"Kalian pengantin baru?" sela Veera menambahi, adik Evelyn yang baru duduk di bangku kelas tiga SMA.  Giliran Fidella yang kini menoleh ke arah Veera. Gadis remaja itu menatap penuh tanya pada Fidella yang duduk tepat di hadapannya.  "Ya, bisa dibilang begitu. Kami menikah dua hari lalu," jawab Sagara menggantikan Fidella yang terus bergeming.  Merasa tidak enak jika dia mengabaikan pertanyaan Veera begitu saja. Terlebih di depan orang tuanya, Sagara adalah pria berpendidikan. Ia tahu betul apa itu etika dan sopan santun, serta cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.  Seketika perut Sagara terisi penuh walau hanya sedikit makanan yang baru masuk ke sana. Kini ia hanya memerlukan beberapa alasan untuk menarik diri dari acara makan malam ini. Namun, sepertinya hal itu tidaklah mudah.  Sagara tetap mendiamkan pisau dan garpu di tangannya, pot
Baca selengkapnya
Pengakuan Evelyn
Di balik pintu itu, tampak Sagara berdiri dengan tangan bersidekap di atas perut. Senyum miring ia sunggingkan saat telinganya menangkap gumaman Fidella dari dalam sana. Tidak terlihat kecewa, hanya ada sesuatu yang membuatnya kesal saat mendengar kalimat itu.  "Wanita itu mengesalkan," tukas Sagara lalu ia berjalan menyusuri lorong kamar yang akan membawanya ke arah, di mana tangga rumah itu berada.  Langkah demi langkah Sagara terus membawanya menuju pintu keluar dari rumah itu. Ini sudah pukul sebelas malam, wajar jika rumah sudah nampak sepi.  Daniel Liam sudah tidur sejak satu jam lalu di kamar tamu sebelah kamar Sagara. Barusan ia pun sempat mengintip sejenak ke kamar Daniel, hanya untuk memastikan.  Ternyata benar saja, bocah itu sudah tidur nyenyak dengan dengkuran halus yang mengembalikan senyum Sagara. Setelah beberapa menit sebelumnya pudar karena perlakuan Fidella.&nbs
Baca selengkapnya
Cemburu yang Berakhir Manis
"Dr. Sagara, aku benar-benar menyukaimu. Kau tahu, ini adalah kali pertama aku menyatakan cinta pada seorang pria. Sebelumnya merekalah yang selalu mengejarku."Sagara tetap tak bergerak atau sekadar memberi respon akan pengakuan Evelyn. Pria itu terlihat tidak terkejut sama sekali. Tanpa perlu diberi tahu pun, Sagara memang sudah menyadarinya sejak awal. Saat Evelyn dan Veera terus menatapnya dengan binar takjub di pertemuan mereka tadi. Lebih dari itu, sikap Veera dan Evelyn saat makan malam membuat dugaan Sagara makin meyakinkan dan benar adanya. "Mungkin aku terlihat seperti wanita penggoda sekarang. Tapi aku tidak peduli, inilah perasaanku dan aku ingin kau tahu itu," aku Evelyn makin tidak tahu diri. "Aku sudah beristri, Evelyn," tolak Sagara masih berusaha mempertahankan sikap sopan santun yang telah melekat telak di dalam dirinya.  "Tentu saja aku tahu. Fidella, gadis itu sepertinya tidak mencintaimu. Dia terlihat ka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status