All Chapters of Cinta yang Tak Diundang: Chapter 11 - Chapter 20
49 Chapters
Lamaran Teraneh
Fidella meraih tangan Sagara yang sedang sibuk menyeka air matanya. Lalu ia menggenggam tangan kekar itu erat. "Kumohon bantu aku, Sagara.""Shit, wanita gila ini benar-benar keras kepala!" Sagara mengempaskan tangan Fidella lalu berdiri sambil berkacak pinggang penuh emosi. Pupus sudah harapan terakhir Fidella, mungkin ia memang harus menerima kenyataan pahit ini. Ditinggal pria yang sangat ia cinta di hari pernikahannya dan mendapat cibiran karena pembatalan pernikahan ini. Oh, takdir memang kejam. "Bangunlah!" Fidella mendongak saat mendapati uluran tangan Sagara. Ia menatap lekat pria itu penuh tanya. "Cepat bangkit, bukankah kau bilang kita harus menikah?" "Kau setuju?" "Apa ungkapanku barusan t
Read more
The Man You Love
 "Lakukanlah," ujar Fidella yang entah serius atau tidak. "Hm, kau yakin?" Sagara menatap Fidella datar dan penuh keheranan. "Hanya untuk menyempurnakan acara ini. Lakukanlah sebelum aku berubah pikiran," ketus Fidella menjawab.  Sagara terkekeh sangat manis. Gadis ini memang selalu membawa hiburan tersendiri baginya. "Bilang saja kau memang ingin mendapat ciuman sensualku," kelakar Sagara menggoda, Fidella membulatkan matanya. "Itu tidak benar! Jangan pernah berpikir jika aku menginginkan hal itu. Semuanya hanya demi kesem, eumph." Sagara membungkam bibir Fidella membuat gadis itu terkejut dengan gerakan cepat Sagara. Fidella tak sempat mengambil ancang-ancang. Ia b
Read more
Let it Flow
"Kenapa hanya berdiri di situ? Kemarilah!" titah Ayah Fidella pada Sagara yang sedang berdiri di ambang pintu masuk ruang makan. Mereka berkumpul di ruang makan, terlihat Daniel yang sudah memulai sarapannya tanpa menunggu kehadiran sang kakak ipar. Sedangkan Fidella dan kedua orang tuanya masih menunggu Sagara bergabung. Ini adalah hari pertamanya menjadi seorang suami, sekaligus menjadi bagian dari keluarga besar Reno Vinandra Mathewson, ayah mertuanya. Fidella menoleh ke arah sang suami sambil menampilkan wajah malas. Kontras dengan ekspresi sendu yang kemarin mendominasi wajah cantik gadis itu. "Nikmati saja kegilaannya, Sagara," batin pemuda itu menyunggingkan senyum tulusnya pada kedua mertua juga adik iparnya. Namun, tidak untuk istrinya. "Kau pasti lelah, 'kan? Itu sebabnya kau bangun se
Read more
The Girl Who Hates Her Husband
Fidella dan Sagara sedang dalam perjalanan menuju penthouse Central Park West, kediaman Sagara. Sudah sejak lima tahun lalu Sagara menjadi salah satu pemilik hunian yang digadang-gadang sebagai apartemen atau penthouse termewah di Amerika itu. Karir cemerlangnya sebagai salah seorang ahli bedah di departemen HPB rumah sakit Downtown, berhasil memberikan pundi-pundi yang terbilang fantastis. Tidak heran hunian dengan luas 626,5 meter persegi, yang dibandrol dengan harga sekitar US$ 88 juta itu bisa dengan mudah Sagara dapatkan dari hasil kerja kerasnya selama ini. Pria berusia dua puluh delapan tahun itu memang terbilang anak yang mandiri dan hebat. Di usia muda sekitar dua puluh satu tahun, ia sudah berhasil menyelesaikan pendidikan kedokterannya di Tokyo University dengan nilai IPK Cum Laude yang mampu membuat semua mahasiswa di muka bumi ini menjerit iri.
Read more
Pria Setengah Baya
Lima belas menit berlalu, akhirnya pasangan suami istri itu tiba di penthouse mewah yang selama ini menjadi hunian seorang Sagara Affandra Ramirez. Penthouse condominium ini berada di lantai paling atas gedung apartemen tersebut. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di kediaman suaminya, Fidella tak jemu-jemu berdecak kagum. Matanya berbinar menyaksikan hunian yang lebih terlihat seperti taman surga ini. Ruang tengah yang menjadi lobi utama rumah itu sangat luas. Sepanjang mata memandang ruangan itu hanya menyuguhkan keindahan yang tidak bisa Fidella sanggah kenyataannya. Ia tidak peduli dengan cibiran Sagara yang mengatakan jika dirinya terlihat seperti orang bodoh dan kampungan. Marmer crem dengan corak garis seperti akar pohon menjadi pijakannya. Gaya arsitektur bangunan ini klasik dan sangat elegan. Cocok dengan kepribadian
Read more
Sagara's Promise
Sagara meringis kesakitan, tangisnya semakin kencang dan cukup untuk mengundang perhatian banyak orang. Mereka yang melihat hanya sekedar menjadi penonton tanpa niat turut campur. Tidak ada prihatin bagi si kecil, tidak ada uluran tangan yang bersedia menepuk punggungnya, menenangkan, juga menyeka air matanya.    "Ya ampun, Sagara!" teriak ayah Sagara terkejut saat mendapati sang putra menangis sembari bersimpuh di bawah aspal.   Pria itu membuang beberapa container—tempat yang sebelumnya digunakan untuk menyimpan ikan ke sembarang arah. Ia berlari menghampiri Sagara dan meraih bocah itu, Tuan Andra Ramirez memeluk putranya erat.    "Ayah, hiks, hiks." Sagara terisak. Sungguh miris sekali keadaan bocah tampan itu.    "Tenang, ayah di sini, Sayang. Kau baik-baik saja?" Ayah Sagara meraih wajah
Read more
Who are You
"Kemungkinan besar mereka yang kita benci adalah seseorang yang paling berarti, ingat itu."                            -Sagara Affandra-"Kau terlihat semakin seksi jika sedang marah. Ah, tidak, bahkan lebih dari itu. Sangat menggairahkan dan—" "Kya! Stop bicara jorok, itu menjijikan, dasar mesum!" "Terkadang yang menjijikan itu bisa membuatmu melayang, Sayang." Sagara semakin gencar dengan godaannya. Cara ampuh untuk mengesampingkan rasa sendu yang sebelumnya ia rasa. "Cih, oh Tuhan izinkan aku membunuhnya hari ini!" geram Fidella, gadis itu mengatakannya dengan gigi yang sudah menggertak lantaran menahan emosi. "Aku tidak menyesal kau membunuhku jika hasratku sudah terpuaskan," balas Sagara dengan tatapan yang mampu membuat puluhan wanita melemah sedang i
Read more
Ayah Mertua
Udara malam di Manhattan cukup menusuk, tetapi tak lantas menciutkan nyali Sagara untuk membenamkan diri dalam dinginnya alam terbuka. Terhitung dua puluh menit sudah berlalu sejak pria itu berdiam diri di kursi taman belakang kediaman sang istri.   Termenung memeluk sepi tanpa ada yang menemani. Udara segar dan suasana tentram menjadi pertimbangan utama Sagara menyukai tempat itu.   Di setiap sudut taman dihiasi oleh tanaman dan aneka jenis bunga yang sangat indah. Cahaya lampu taman setia menyoroti kesendirian Sagara.   Beruntung rembulan sedang berbaik hati. Dia seakan ingin menghadirkan cahaya paling terang untuk pria itu malam ini. Untuk yang kesekian kalinya, angin malam menusuk kulit Sagara dan meninggalkan jejak es pada kulit wajah dan bagian lain yang tak terselimuti helai kain.    Mata Sagara menatap lurus
Read more
Asa Ayah Mertua
"Ayah Mertua tidak perlu sungkan. Tanyakan saja," interupsi Sagara lagi saat mendapati ayah mertuanya justru terhanyut dalam diam dan memperhatikannya. "Kau sangat pintar membaca pikiran orang ternyata," cetus Tuan Reno Vinandra, Sagara tersenyum tipis. "Baiklah, jika kau yang meminta," cakap Tuan Reno Vinandra yang setuju dengan saran Sagara. "Langsung saja, apa kau juga membenci putriku?" Sagara termenung, ia sedikit ragu untuk menjawab. Pria itu menghela napas sekilas, dengan masih mempertahankan lengkungan bibir yang sempurna seperti sedia kala. "Sebelumnya maaf jika Ayah Mertua tersinggung. Aku memang sangat membencinya," jawab Sagara hati-hati, Tuan Reno Vinandra terhenyak kemudian ia mengangguk paham dengan air muka kecewa. "Tapi itu dulu dan sekarang hanya dia yang membencik
Read more
Masa Lalu
"Fidella," panggil Sagara menggantung, nampak ragu-ragu.  "Apa?" tanya Fidella seraya menoleh ke arah Sagara. Namun, pria itu justru terdiam kembali.   "Kenapa kau memanggilku?" desak Fidella menuntut penjelasan.   "Tidak, itu tidak penting."   "Masih saja aneh," gumam Fidella, kini bibir Sagara melengkung saat mendengarnya.   "Kau tidak lelah?" kata Sagara menggantung lagi.  Fidella mengernyit. "Lelah apa?" "Lelah ... membenciku?" tambah Sagara melengkapi pertanyaannya.  "Tidak sama sekali." Fidella mengalihkan pandangannya ke arah lain dan kini giliran Sagara yang menoleh ke arahnya.   "Aku masih sangat membencimu dan akan seterusnya begitu, kupikir."   
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status