Ini bukan cerita romansa yang tak terduga, ini hanya cerita biasa atau mungkin sedikit berbeda. Tentang kebencian Fidella yang sangat mendalam pada Sagara. Bukan tanpa alasan ia membenci, melainkan karena insiden tiga tahun lalu yang membuatnya tak bisa memaafkan laki laki itu. Namun, sepertinya semesta senang bercanda, mengikat mereka dalam benang merah yang berakhir dengan pernikahan. Fidella yang keras kepala dan Sagara yang acuh tak acuh membuat kehidupan rumah tangga mereka sedikit berbeda dari biasanya. Lantas seperti apakah kisah keduanya setelah disatukan dalam pernikahan? Akankah semesta kembali mengikat mereka dengan cinta yang tak diundang?
View More"Jangan mendekat atau aku akan membunuhmu!" ucap seorang gadis dengan nada bergetar takut.
Mata sipitnya menatap tajam ke arah sekumpulan pria berbaju hitam yang perlahan kian mengikis jarak dengannya. Tubuh gadis itu sudah membentur tembok, dia terjebak di sana. Tidak ada celah untuk melarikan diri.
Seringaian ganjil menjadi momok mengerikan bagi si gadis. Berteriak pun akan terasa percuma, ini sudah larut malam, di saat seperti ini tidak ada satu pun orang yang akan melewati gang sempit nan gelap seperti itu.
"Ahaha, kalian dengar teman-teman? Gadis cantik ini akan membunuh kita. Oh, mengapa tiba-tiba aku merasa merinding?" ledek pria berjanggut tipis yang memiliki rambut panjang terikat.
"Aku rela mati setelah bersenang-senang dengannya," ungkap pria lainnya yang tak kalah menyeramkan. Gelegar tawa pun terdengar.
"Oh Tuhan, kumohon selamatkan aku," batin si gadis, mengucap doa di sela khawatirnya.
"Jangan macam-macam! Sebaiknya kalian segera pergi dari sini!"
Gertakan yang dilakukan sang gadis, tidak mendapat respon apa pun. Hanya membuat mereka kian menyeringai keji.
"Aku tidak bercanda, sekarang juga aku akan segera menelpon polisi," ancamnya dengan ragu, membuat keempat pria matang itu malah terkekeh geli lalu naik tingkat menjadi tertawa lepas.
"Lakukan apa pun yang bisa kau lakukan, Nona. Kami sama sekali tidak akan menghalangimu. Tapi satu hal yang perlu kau tahu, tidak akan ada seorang pun yang bisa menghalangi hasrat kami untuk bermain denganmu," sahut salah satu lelaki itu dengan seringai bengisnya.
Mereka dengan kejamnya memanfaatkan situasi yang tidak menguntungkan bagi si gadis. Situasi di mana ia seakan-akan seperti kelinci yang akan disantap serigala.
Sang gadis terus melangkah mundur, meski hal itu sia-sia karena mereka juga akan melangkah maju untuk menggapai gadis malang itu. Namun, sang gadis tetap berusaha kabur, walaupun hanya suatu perbuatan yang percuma, ia tidak akan dengan mudah membiarkan mereka mengambil kehormatannya.
Ia akan mempertahankan harga dirinya, meskipun kemungkinan berhasilnya hanya satu persen, ia tidak akan menyerah. Yang sangat diharapkannya adalah Tuhan mengirim seseorang untuk menolongnya.
"Ah, aku sudah tidak sabar. Kau terlalu banyak basa-basi dan aku tidak suka itu." Satu dari keempat pria itu mendekatkan dirinya ke arah si gadis. Tatapan bajingan itu sudah tampak seperti macan buas yang siap menerkam korbannya hidup-hidup.
Pria itu mengarahkan tangan ke depan, berniat menyentuh pipi mulus sang gadis cantik. Akan tetapi, sungguh disayangkan ia tak berhasil melakukannya. Gadis itu menangkis tangan si pria dengan kasar. Ia bahkan dengan beraninya menampar wajah sang pria itu, tanpa memikirkan akibat yang akan ia terima.
Pria itu terdiam. Ia langsung memegang pipinya yang terasa panas karena tamparan gadis cantik di hadapannya ini.
"Hahaha, kau sangat berani, ya. Tangan halusmu sangat kurang ajar terhadapku, tapi tak mengapa karena kau akan mendapatkan balasannya pula.
Plak!
Pria itu menampar balik si gadis hingga sudut bibirnya berdarah. Darah dibalas darah, nyawa dibalas nyawa! Prinsip itu telah tertanam kuat di dalam otaknya.
Mereka yang menyaksikan di belakang, hanya tersenyum miring, walau pada awalnya sempat kaget karena aksi berani sang gadis. Namun, melihat pembalasan sang bos membuat mereka menyeringai senang.
"Drama yang bagus," celetuk salah seorang di antara mereka.
Sang gadis kembali ingin menampar pria yang di depannya, tertanda dengan tangan mulusnya yang telah terangkat melayang. Akan tetapi, hal tersebut gagal karena si pria itu lebih dahulu memerangkap tangannya.
"Hah, jalang sialan! Kau membuat kesabaranku habis," umpat bandit itu menggertakkan giginya.
"Kau memang sangat merepotkan! Cuih," lanjutnya, tersulut emosi.
"Kau pria brengsek! Sampai kapan pun aku tidak sudi berurusan dengan orang seperti kalian!" bentak gadis itu masih memiliki sisi berani yang terbilang nekat. Perlawanannya bagaikan menyemburkan bensin ke arah api. Bukannya padam, justru api itu semakin membesar.
"Selain seksi, bibirmu sangat pedas ternyata. Ahhh, aku tidak sabar untuk menggigitnya."
Tanpa ba bi bu pria itu menyerang Fidellaānama gadis itu secara beringas. Pria lainnya hanya menjadi penonton setia, membiarkan sang bos menikmati mangsa mereka terlebih dulu. Baru setelahnya bagian mereka akan tiba, itulah peraturannya.
Sekuat tenaga Fidella menahan wajah si pria yang sedang berusaha menciumnya penuh paksaan. Fidella berteriak, bahkan menjerit histeris. Ia berharap Tuhan segera mengirim bala bantuan untuk menyelamatkan harga dirinya yang terancam noda.
"Tolonggg, arghh, tolonggg!" teriak Fidella seraya memiringkan wajahnya ke arah yang berlawanan dengan pergerakan wajah pria sialan itu.
Teriakan Fidella semakin membuat pria itu tertantang. Bahkan hasrat birahinya meningkat tak tertahan.
Masih dengan mencengkram erat pundak Fidella. Bandit sialan yang sedang dipengaruhi alkohol itu terus mendorong tubuh Fidella dan mendekatkan wajahnya pada Fidella. Ia benar-benar ingin segera meraup bibir seksi yang kentara manis itu.
"Apa yang sedang kalian lakukan?" Sebuah suara tiba-tiba muncul di tengah aksi bejat yang belum sempat terlaksana.
Semua orang mengarahkan pandangannya kearah sumber suara. Di sana, tepatnya di belakang sekumpulan pria yang sedang merongrong seorang gadis. Berdiri sesosok pria misterius. Ia mengenakan pakaian serba hitam, tubuhnya yang tinggi dengan berat seimbang membuat penampilan pria itu kentara pas dan profesional.
Tampilan fisiknya cukup menegaskan jika pria dengan lengking suara bariton yang dibuat datar itu memang tangguh.Tak banyak kata terucap, setelah mendengar suara orang misterius itu keempat bajingan tadi berangsur pergi dari sana.
Mereka terlihat cukup ketakutan atau lebih tepatnya terancam oleh pria itu. Semua berandal tadi sempat memamerkan senyum tunduk pada sang penguasa yang sesungguhnya.
Fidella terdiam, manik almond-nya menangkap siluet seseorang yang berdiri sekitar dua meter dari tempatnya terdiam. Getar penasaran dan getir ketakutan berlomba di hati Fidella. Di satu sisi ia ingin tahu siapa sosok penolongnya. Namun, di sisi lain, Fidella takut jika pria itu sama brengseknya dengan berandal tadi.
Minimnya penerangan di gang itu memang cukup mencekam dan mengganggu pandangan. Akan tetapi, Fidella masih bisa menangkap dengan jelas gerak tangan pria misterius itu. Pria itu menyuruhnya pergi, meski hanya isyarat tentu Fidella sudah sangat paham dengan hal itu.
"Te-terima kasih!" ungkap Fidella lantang dan bergetar, pria itu hanya mengangguk lantas menghilang ditelan kegelapan malam.
"Siapa pun dirimu, aku sangat berterima kasih," batin Fidella tulus.
"Argh, shh," ringis Fidella sangat merasakan bibirnya bengkak. Tenaga pria itu tak main -main.
Setelahnya, Fidella pun dengan segera beranjak dari tempat terkutuk itu. Ia bersumpah tidak akan melewati jalan ini lagi seorang diri, apalagi di tengah malam seperti ini.
***
"Kau adalah orang yang paling ingin aku benci dan aku bodoh karena tidak mampu melakukannya."
-Sagara Affandra-
To be continued
"Siapa bintang tamunya?" tanya Fidella penasaran. Jenny menggulum senyum, sepertinya rencananya mengajak Fidella akan berjalan lancar."Michael Bubble," sebut Jenny sambil menjentikkan jarinya."Really?" pekik Fidella senang."Yups, benar sekali," jawab Jenny yakin.Michael Bubble adalah salah satu penyanyi jazz yang sangat diidolakan Fidella. Beberapa album dari penyanyi berbakat yang sekarang sudah berusia sekitar empat puluh tahunan itu sudah Fidella koleksi sejak lama.Salah satu album yang paling gadis itu suka adalah "It's Time" dan "Call Me Irresponsible". Dengan kedua album itu karir Michael Bubble semakin melejit hingga lagu-lagunya di album itu sukses merajai tangga lagu di Kanada, Us Billboard 200, dan Australia Album Chart.Bisa kalian bayangkan bagaimana perasaan Fidella sekarang ini? Bertemu dengan sang idola, sungguh hal yang
"Jika seperti itu yang terjadi, maka lanjutkan saja. Jangan biarkan kebencian itu luntur sedikit pun hatimu. Jika dengan membenciku hatimu akan lebih tenang, maka benci aku selamanya. Lupakan kata-kataku yang pernah memintamu untuk tidak melepasku. Buang aku sejauh yang kau mau!" balas Sagara yang meneriaki Fidella.Merasa hatinya kian panas memikirkan hal tersebut, Sagara mencoba menarik napas dalam. Sagara berdiri, ia tidak kuat berlama-lama berseteru dengan Fidella."Apa ada yang bisa menghentikan laju angin untuk tidak berembus? Apa ada yang mampu menahan dentang waktu barang sedetik saja?" ketus Fidella menyoal sambil menyeka air matanya kasar.Gadis itu ikut berdiri. Menatap Sagara tajam dan menumpahkan kekecewaannya tanpa ragu dan malu. "Tidak satu pun insan yang mampu menghentikan tumbuh kembang perasaan seseorang. Tidak satu pun orang bisa menghentikan hati untuk men
"Berterima kasihlah padaku!" sungut Fidella kesal."Hah?" pekik Sagara merasa aneh."Aku yang membuatnya bukan ibu!" sentak Fidella sekali lagi. Ia menjelaskan dengan nada tinggi.Sagara terpaku. "Benarkah itu istrinya?" pikir Sagara konyol.Menyadari ini memalukan, Sagara menggaruk pelipisnya yang tak gatal. Ia dibuat tak menyangka oleh tindakan Fidella, istri keras kepalanya."Maaf, kupikir ituā""Oke, aku paham," potong Fidella memaklumi.Gadis itu ikut berjongkok di sebelah suaminya. Dia meletakan nampan dan gelas jus tadi di atas tanah berlapis rumput."Setiap pagi kerjaanmu memberi makan ikan. Apa kau tidak bosan?" tanya Fidella membuka pembicaraan atau kalau tidak, kecanggungan ini akan mencekiknya lagi."Tidak sama sekali. Jika aku bosan, mungkin ikan-ikan cantik ini
"Hoamm ...."Fidella menguap lepas saat terbangun dari lelapnya. Ia mengerjapkan mata dan merasakan sesuatu yang aneh di daerah kening.Gadis itu mengambil handuk yang ternyata masih menyampir di sana. Fidella mengangkat sebelah alisnya, merasa heran."Siapa yang mengompresku? Apa itu ibu atau Lolly?" Fidella mencoba menerka-nerka."Wajahku terasa ringan dan tidak lengket. Apa ibu juga yang membersihkannya?" Kembali Fidella menerka dan menduga kalau itu adalah perbuatan ibunya, tanpa tahu hal tersebut adalah hasil kerja keras Sagara.Gadis itu menoleh ke arah meja. Matanya berbinar saat melihat sebuah mangkuk yang tertutup lengkap d
-Sagara Affandra Ramirez-Aku masuk sedikit mengendap-endap. Gadis itu sudah tertidur tanpa mengganti baju dan menghapus riasan natural di wajahnya. Mungkin karena kelelahan, hingga Fidella tak sempat membersihkan wajahnya.Kuletakan tas kerjaku di bawah ranjang, tepatnya di samping. Aku duduk di tepian tempat tidur Fidella.Walau terpejam, aku tahu mata Fidella sedikit membengkak. Apa dia banyak menangis diam-diam lagi hari ini?Gadis ini pasti tertekan dengan berita yang tersebar. Aku juga heran mengapa dia bisa serapuh ini saat menghadapi masalah yang menurutku tidak terlalu berat, dibandingkan dengan permasalahan tiga tahun lalu.Saat dia baru ke luar dari penjara, banyak orang-orang yang menggunjin
-Sagara Affandra Ramirez-Kulihat Fidella begitu tergesa ke luar dari mobil, berjalan lurus menuju rumah tanpa mengucap satu patah kata pun. Sepertinya dia masih marah padaku, terlihat jelas dari ekspresi juga caranya mendiamiku selama perjalanan pulang tadi.Bahkan, sejak kami berdua keluar dari rumah sakit dia sudah mendiamiku. Hah, wanita memang benar-benar rumit dan memusingkan.Selalu marah tanpa alasan yang jelas. Meminta suatu penjelasan dan ketika aku memberinya, dia malah tersinggung hingga menimbulkan permasalahan baru.Aku membuka seatbelt lebih dulu sebelum menyusul Fidella. Sebuah pesan masuk menghentikan niatku yang semula ingin segera membuka pintu.[Min Woo Hyung]-⨠Hyena sakit. ā©-Cobaan apa lagi ini? Tidak cukupkah hanya dengan kemarahan Fidella saja?Kenapa mesti ada hal lain yang membuat kepalaku pusing?
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments