All Chapters of Si Lesung Pipi: Chapter 51 - Chapter 60
74 Chapters
Kebahagiaan Sesungguhnya
Setiap hari ada saja bagian-bagian dari dunia ini yang berubah, datang dan pergi seakan-akan menyuruh kita untuk tetap membuka mata meski dalam tidur sekalipun. Berjaga-jaga terhadap apapun itu sadar maupun tidak sadar, secara langsung maupun tidak langsung. Dunia tidak mau menunggu meski hanya 1 detik. Dia terus berputar meski sekeras apapun kita berteriak menyuruhnya berhenti, selembut apapun kita membujuknya. Jika kita lengah maka kita sudah pasti akan tertinggal. Ingat, dia tidak mau menunggu, maka bangkitlah lagi, berjalan lagi, berlari yang kencang agar setidaknya tidak tertinggal terlalu jauh. Tidak perlu terlalu sejajar dengan dunia, setidaknya dia masih terlihat di depan sana, meski pun itu hanya sekecil titik cahaya. Relakan saja jika memang tidak bisa menggaapai dan menggenggamnya seerat yang kau mau. Setidaknya masih ada warna-warni lain mengisi kehampaan dan kesepian kita, meski tidak sekonstan dunia itu sendiri. Dunia ini terlalu besar untuk kita
Read more
Paling Berharga
“Kenapa harus Biologi?” “Ga tau, Cuma itu doang kayanya yang gampang” “Kenapa ga ikut ekskul lain aja?” “Sejak kapan aku suka ekskul? Kalau sekolah ga mewajibkan murid kelas satu ikut ekskul, aku juga ga bakalan mau ikut kegiatan apapun. Males. Mending main game di rumah. Kak Dave ikut ekskul apa dulu?” “Relawan Sekolah” “Oooo yang anggotanya siap siaga membantu kapan pun dimana pun itu, kak?” David menganggukkan kepalanya sambil tetap konsentrasi memainkan stick game “Aku ketuanya dulu waktu masih kelas 1” “Kereeeen” “Tadinya mau ikut basket...” “Nooooo. Jangaaan. Big NO. Nanti aku aduin om, liat aja” “Hahahaha...” David tertawa mengelus-elus kepala Agitha. Sore itu mereka berdua bermain game bersama di rumah Agitha. Itu merupakan kegiatan wajib mereka berdua. David sudah berjanji akan meluangkan minimal sekali sebulan waktunya hanya untuk Agitha. Itu syarat dari Agitha agar dia mau menyudahi p
Read more
Muffin
Pagi ini udara berhembus dingin meski sudah mendekati jam 7. Biasanya udara Jakarta sudah mulai menghangat. Langit yang seharusnya cerah malah berwarna gelap seakan hendak menakut-nakuti para pejuang pagi. Dari jendela ruangannya, Ferdian memandang kampus yang masih sepi. Atmosfir gelap dari perpaduan langit mendung dan udara dingin menambah dramatis sepinya kampus. Ferdian menaikkan suhu AC dari minimal ke 20 derajat Celsius. Dia lupa membawa jaket. Padahal biasanya selalu disimpan di mobil atau dibawa ke ruangan lalu digantung di salah satu tembok berpaku. Untunglah hari ini dia memakai kemeja lengan panjang. Bersama isi kepalanya Ferdian menyenderkan punggung ke kursi eksekutif hitam, kedua lengan rileks di atas lengan kursi dan wajahnya menengadah menyongsong memori kemarin. Ada dua orang saat ini bergantian hadir di dalam benaknya. Mantan istrinya dan mahasiswi bimbingannya. Mereka berdua menunjukkan sesuatu yang Ferdian sebenarnya tidak ingin menyadari itu. Sab
Read more
Adik Kecil
“Dave...Dave...Githa di bawa ke rumah sakit” “Hah? Rumah sakit?” “Udah...udah naik sekarang, biar kubonceng ke sana” David menaiki boncengan motor Adam. Masih dengan panik mereka berdua melaju meluncur cepat ke rumah sakit tempat di mana Agitha di rawat. Plastik berisi bubur ketan hitam masih bertengger di tangannya ikut terhuyung-huyung di terpa angin kencang. Tadinya bubur ayam itu untuk Agitha yang belum sarapan, padahal hari itu adalah hari dimana olimpiade daerah berlangsung. David dan teman-temannya datang menghadiri olimpiade mendukung Dani, Agitha dan sekaligus menjalankan rencana berkenalan dengan Andrewi yang juga jadi peserta satu tim Agitha. Kabar yang tiba-tiba itu pun menghancurkan semua rencana. “Sakit apa Agitha, Dam?” “Katanya alerginya kambuh” teriak Adam membalas teriakan David. Agitha alergi udang. Tante Karin dan Om Bambang tahu pasti itu, jadi tidak mungkin mereka membekali Agitha makanan yang mengandung udang. Ti
Read more
Membangkitkan Hati
Ada alasan bagi setiap orang untuk tetap bersama, ada sebuah cerita indah yang tidak bisa di abaikan meski hati sudah terluka. Dimana pun sebuah kesungguhan dipinta, akan ada cerita lain dari setiap sisi ketika janji itu menjadi nyata. Hanya bagian-bagian lain dari diri yang tidak bisa menyangkal, bagian utamanya menuruti saja kemana arah angin membawa. Setiap orang seharusnya punya keberanian untuk mengatakan apapun yang ingin di katakan meski dari luar kelihatannya tidak seperti itu. “Haaai adik kecilku” “Kak, akh...jangan pake panggilan itu” “Ish...emang kenapa, sih? Emang kamu masih kecil, kan? Durhaka kamu sama kakakmu. Ma, liat nih David, udah sok-sok dewasa” bantal sofa kecil mendarat di wajah David menghalangi konsentrasinya bermain game. Diva kakaknya yang sedang cuti kerja, berlibur ke Sidikalang. Dia juga membawa banyak sekali titipan dari ayah mereka untuk David. Oleh-oleh itu membuat David kegirangan seperti anak kecil. Meski mereka sudah tidak b
Read more
Behind The Scene
Hati itu sebenarnya terbuat dari apa, sih? Bukan organ hati atau liver, tapi hati yang bisa merasa itu. Hari ini rasanya seperti bisa menghadapi dunia, menantangnya, melihat lebih luas dan dalam. Esoknya bahkan mungkin menit berikutnya semua porak poranda. Seperti dunia ini sedang mencoba menghimpit sampai ke titik paling rendah bahkan sampai di bawah 0. Minus. Sebenarnya apakah hati  bisa bertahan pada satu ketetapan saja selamanya atau apakah memang dia diciptakan untuk selalu berubah arah? Kalau saja semua hal di dunia ini tidak berubah-ubah, mungkin sebagian besar kesedihan tidak akan tercipta. Tidak akan ada. Tidak akan muncul. Lebih-lebih lagi yang berujung penyesalan. *Itu semua murni curhatan penulis wkwkwk. Disangkut-pautin aja, ya, sama ceritanya. Kalau enggak nyambung...ya udah ga papa :P* *** “Pertamakali dalam sejarah. Sejarah sekolah kita dan mungkin sejarah di sebagian sekolah lain. Ketua OSIS kita, Adam Witjaksono
Read more
Takdir
Aku  menggapai mata hati Mencari-cari dimana sebenarnya ketetapan hati berada Samar-samar harumnya cinta menyeruak masuk Relung jiwa menggandakan menyebarkan keseluruh penjuru raga Kini semua sudah tidak bisa terbendung lagi Rasa itu sudah bersemarak di dalam kalbu Menyesap sampai ke celah-celah Hanya sebentar hanya sekilas saja dia ada di hadapan Lalu tunas-tunas yang dulu tumpul Kini tumbuh menembus tanah memamerkan dahan-dahan dan ranting-ranting Memamerkan daun-daun Memamerkan bunga berwarna warni dalam satu tangkai Dalam sekejap saja semua terjadi Dalam sekejap saja hati sudah berubah haluan Dalam sekejap saja udara sudah kembali sesak Dimana sebenarnya ketetapan hati itu berada?   “Akh...Adaa
Read more
"Hei" & "Semangat Ya Drew"
“Selamat siang teman-teman” “Selamat siaaang” “Perkenalkan nama saya Adam Witjaksono. Saya berperan sebagai  Raja Sisingamangaraja” Peserta drama bertepuk tangan gemuruh seakan-akan menyetujui pilihan Bu Silaban memilih Adam sebagai Raja Sisingamangaraja. “Siang semua” “Siaaaang” “Perkenalkan nama saya Mefia Andrewi. Saya berperan sebagai Putri Lopian” Hanya tepuk tangan saja yang terdengar tanpa gemuruh-gemuruh megah seperti yang didapatkan Adam tadi. Di sudut ruangan, David satu-satunya yang paling semangat menepukkan kedua tangan kepada Andrewi. Dia berusaha menerbangkan semua kegirangan-kegirangan berharap Andrewi mendapatkan persembahan khusus tak terlihat itu. Pemeran-pemeran utama di undang kedepan terlebih dahulu dan memperkenalkan diri. Adam seketika merasakan energinya terserap menghilang ketika Andrewi bangkit dari tempat duduk, berjalan lalu berdiri di sampingnya yang kebetulan masih kosong. Kalau saja
Read more
Marah dan Hati yang Patah
 “Makanya hati-hati, bakso masih mengepul gitu udah langsung dimakan aja. Muridnya Limbad ya?” “Shan, temen kamu punya ilmu kebal ya?” Dua perkataannya tadi siang terngiang-ngiang jelas menggelisahkan Dani. Memandang langit-langit kamar gelap dia merutuki diri sendiri karena telah mengeluarkan kata-kata yang meleset jauh dari apa yang ingin dia ucapkan. Tadi siang kantin tempat biasa mereka berumpul penuh bahkan antrian mengular sampai keluar. Bu Ratih pemilik kantin mengadakan diskon pada semua daganganya. Ada beberapa menu baru juga yang sekaligus mendapatkan diskon. Sedari pagi, kantin sudah penuh hingga dia dan teman-temannya tidka sempat sarapan bahkan hanya untuk sekedar makan siang disana. Atas inisiatif Adam, mereka pun pergi menuju kantin yang satunya lagi. Disana sudah ada Andrewi dan temannya Shaniar. Awalnya Dani membantu Issano dan Bownie menghasut David agar menghampiri meja Andrewi melanjutkan perkenalan yang bata
Read more
Kejujuran
Suasana tegang mengisi sore di pendopo halaman samping rumah Dani tempat dia dan yang lainnya biasa berkumpul. Issano dan Bownie sudah lebih beberap amenit menginterogasinya atas tindakan impulsifnya tadi siang menemui Andrewi, memberikan kado permintaan maaf dan bahkan mengantarkan pulang. Dani berkali-kali berkilah itu hanya tindakan spontanitas biasa. Tidak ada perasaan romantis di sana. Dia juga menceritakan bahwa sudah berdiskusi dengan Adam sebelumnya membahas permintaan maaf dan kado itu. Dani tadinya ingin menunggu David sesuai rencana mereka tapi saat Drewi sudah kelua dari gerbang sekolah, dia gelagapan, takut Andrewi lagsung pulang padahal Adam sudah susah payah menahannya agar menunggu di gerbang. Lalu mengantarkan pulang karena David malah pergi menjauh padahal Dani sampai menelepon Shaniar menanyakan alamat rumah Andrewi dan mengirimkan alamat itu pada David. Tidak mungkin dia membiarkan Andrewi pulang sendirian seperti itu. Issano dan Bownie menyela dan menyud
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status