Lahat ng Kabanata ng Selir Adipati: Kabanata 141 - Kabanata 150
161 Kabanata
Surat Rahasia
Adipati masih berdebat dengan Ayu. “Ikuti aku di kamar sekarang, dan itu perintah!” teriaknya membuat semua selir dan pengawal diam masih menunduk. Ayu hanya diam mengangkat wajahnya berusaha mengatur hatinya yang sebenarnya terusik dengan obsesi Adipati semakin gila.“Rose, asingkan permaisuri di tempat aman. Jangan sampai dia dinikmati semua laki-laki bejat sesuai permintaan suamiku itu,” perintah Ayu yang segera mendapat anggukan kepala dari Rose. Ayu tidak pernah akan menyetujui jika hukuman wanita adalah melayani puluhan pria. Karena itu adalah perbuatan paling bejat yang dia anggap lebih kejam dari hal apapun.“Perintah melayani semua pria. Kau sangat kejam, suamiku. Aku tidak akan membiarkannya,” batinnya.Ayu melangkah cepat, menuju kamar Adipati. Dengan sorotan tajamnya, Adipati duduk di kursinya, memandang Ayu yang masih berdiri tidak mendekatinya.“Aku bisa dengan mudah menyingkirkanmu, Ratu. Ingatlah j
Magbasa pa
Cara Lain
Ayu tidak percaya dengan tulisan di secarik kertas yang dia baca. Sebuah kertas dengan tulisan, “Ibu Suri merencanakan sesuatu kepada Ratu. Salah satu selir mendengarnya saat dia mengantar buah-buahan di kamarnya. Pemfitnahan kepada rakyat, jika anak yang dikandung Ratu adalah milik Jenderal.”Ayu mengangkat wajahnya sambil menghembuskan napas. Dia berusaha tenang menghadapi ini. Ayu membalikkan tubuhnya menuju jendela kamar. Dia membuang kertas itu keluar. Ayu kembali duduk dengan sikap tenang seolah-olah tidak melihat apapun.“Dia masih saja merencanakan sesuatu. Tapi ini, sangat berat. Aku bisa dengan mudah terbunuh bersama anakku. Aku harus melakukan sesuatu,” batin Ayu masih duduk tegang.Di luar ruang rahasia, Adipati masih merasa penasaran dengan pengawal yang menemuinya tiba-tiba.“Apa yang terjadi?” tanya Adipati kepada pengawal yang datang dengan menghadapnya.“Patih melakukan rencana untuk melawa
Magbasa pa
Menyerang Ratu
Ayu berjalan dengan langkah cepat mendekati selir yang sudah bergetar. Dia berjanji akan melindungi semua selir dengan nyawanya. Itu adalah janji yang tidak bisa dia lalaikan.“Jangan pernah melakukan apa yang kau katakan!” bentak Ayu mendekati selir yang masih menundukkan kepalanya dengan air mata ketakutan terus menetes membasahi lantai. Dia semakin bergetar dan pucat. Jantungnya sudah terpacu kencang, hingga kakinya seakan tidak bisa menumpu tubuhnya lagi. Selir itu akhirnya tertunduk dengan kedua lututnya yang menempel di lantai. Ayu berusaha menggagalkan rencana gila Adipati.Ayu masih memandang Adipati yang hanya diam menatapnya. “Aku tidak akan membiarkannya!” tegas Ayu sekali lagi dengan sorotan tajamnya.“Aku akan menjadi laki-laki gagal jika dia keluar dari kamar ini dan masih suci. Apakah kau mau bertanggung jawab?” tanya Adipati dengan pandangan sinisnya bercampur senyuman. Dia selalu memastikan jika perintahnya ti
Magbasa pa
Nama Rose
Saat itu, Ayu masih saja berdiri di pagar pembatas balkon kamarnya. Dia berteriak, dan selir membalasnya dengan tegas seolah sudah tidak mempedulikan nyawanya. Adipati masih diam menatap dan tidak mencegah.“Lakukan, dan aku akan mengelak perlakuan itu. Selir itu akan mati sebelum keluar dari kamarku, dan tidak ada saksi sama sekali. Aku akan mengatakan jika kau melakukan bunuh diri akibat rasa cemburumu kepada suamimu yang penguasa dan memiliki banyak selir.”Penjelasan Adipati yang masih membuat Ayu diam dengan tekad melakukan rencananya yang terbesit di dalam otaknya seketika itu juga.“Baiklah, selamat tinggal suamiku. Dan kau akan segera menyusulku, karena Jedneral Iblis Panglima tertinggimu itu tidak akan pernah mengampunimu. Apalagi dia akan mengakui jika ini anaknya!”Ayu dengan cepat akan menaiki pagar pembatas, namun Adipati berlari menariknya dengan cepat. Kini Ayu berada di dalam dekapannya. Dia tidak percaya dengan apa
Magbasa pa
Terjebak
Ayu seakan berhenti bernapas. Jantungnya serasa sesak seketika. Seseorang yang selama ini sudah sangat berjasa baginya, mendapat ancaman sangat mengerikan. Dia masih berpikir keras. Apa yang harus dia katakana agar Adipati membatalkan perintahnya. Namun, apakah perintah itu sudah berada di tangan pasukan rahasia itu? Pikiran Ayu penuh tanda tanya. Dia terdiam terus menarik napas hingga akhirnya mendekati Adipati yang sudah puas menatapnya tajam.“Kau tidak bisa melakukan itu. Dia adalah wanita yang membantuku saat aku membutuhkannya. Jika kau membunuhnya, kau akan kehilangan harga diri. Dia berjasa buatku dan buatmu. Ingat itu! Jasa seseorang buat raja tidak bisa kau hilangkan!” bentak Ayu membuat Adipati hanya mengernyit.“Apa yang sudah Rose lakukan untukku?” tanya Adipati dengan santai. Namun, Ayu masih serius mengamati jam pasir yang terus berjalan. Dia harus segera membuat Adipati membatalkan sebelum hari berganti atau terlambat.&ld
Magbasa pa
Kalung Penyelamat
Semua tabib istana berlari menuju kamar Adipati. Mereka sangat panik dengan berita jika ratu terpeleset dan mengalami kesakitan luar biasa di perutnya. Adipati hanya dia menatapnya tanpa berkomentar apapun.“Sakit!” teriak Ayu keras.Tabib masih memeriksa keadaan Ayu dengan bergetar.“Ayu!” teriak Intan memasuki kamar Adipati. Di seketika terbelalak melihat Ayu berkeringat pucat. Intan tidak menyapa Adipati yang masih saja menatap Ayu kesakitan. Tabib sangat kwalahan dan tidak bisa mengatasi dengan baik.“Juan, aku harus memanggilnya!” teriak Intan segera berlari kembali keluar kamarnya. Namun langkahnya terhenti saat tanpa dia sadar tangan Adipati dengan cepat terarah kepada pengawal yang berjaga di pintu kamarnya ang masih terbuka hingga segera menahannya.“Kenapa?” Intan menatap tajam, kembali mendekati kakaknya yang masih memegang dagunya mengamati semua tabib menangani Ayu. Adipati tidak menjawab
Magbasa pa
Perubahan Patih
Perkataan Adipati yang semakin membuat Ayu diam hanya menarik napas. Dia masih merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Kedua bola matanyamenatap langit-langit kamar Adipati dengan ukiran khas yang sangat mewah. Ayu terus berpikir bagaimana dia mengatur hatinya untuk memperoleh kekuatan melawan Adipati yang semakin terobsesi dengan memenangkan kecerdasannya.“Aku akan mencari cara. Kalung penyelamat itu Intan yang membawanya. Tapi, aku akan menyembunyikan surat itu. Aku tidak boleh membiarkan Adipati menulis sesuatu,” batinnya masih diam memandang langit-langit sambil menahan perutnya yang masih terasa sakit.“Kuatlah anakku. Kau adalah jiwaku, penyelamatku. Jangan sampai kau lemah. Aku akan selalu melindungimu sampai kau menaiki tahta.”Adipati menatap Ayu di kursinya sambil memegang dagunya. Dia masih belum menorehkan tinta di kertas rahasianya. Dia memiliki rencana lain untuk Ayu.“Kau besuk akan mengalami kekalahan dengan rak
Magbasa pa
Mencegah Rakyat
Rakyat masih menunggu penjelasan dari mulut Adipati. Mereka masih bersahut-sahutan meneriakkan nama Ratu mereka dengan kebencian. Ibu Suri semakin tersenyum puas mendengar suara rakyat yang menyejukkan telinganya.“Inilah akhirmu, Ratu. Apalagi dengan kepergianmu, kau malah semakin akan lebih disalahkan. Jenderal itu juga belum kembali. Itulah tujuanku. Karena Jenderal tidak akan pernah kembali,” batinnya semakin bersemangat dengan pandangan kepuasan akan kemenangan yang sebentar lagi akan datang menghampirinya.“Apa kau sudah mengaturnya? Jenderal agar tidak bisa kembali ke istana,” kata Ibu Suri kepada pelayan setia mata-matanya.“Semua sudah saya atur.”“Bagus.”***Adipati mulai sedikit menghentakkan kakinya. Kuda hitam yang dia tunggangngi  berjalan maju dengan puluhan pengawal yang berjaga memutarinya siap menggenggam erat pedang tajam yang mereka siap hunuskan jika rakyat tiba-tiba
Magbasa pa
Fakta Baru
Ibu Suri masih diam menatap Adipati yang memaksanya mengatakan fakta yang ada dan sebenarnya. Kenyataan yang sudah dia simpan dengan baik yang akhirnya akan terungkap dengan jelas.  Ibu Suri menarik napasnya masih diam berusaha menutup rapat apa yang menjadi rahasianya dengan Gana.“Jika kau tidak menceritakan apa yang sebenarnya, aku akan membuatmu mengalami apa yang di alami mereka yang mati dari tanganmu, tapi lebih mengenaskan. Aku tidak peduli denganmu wanita yang sudah melahirkanku. Karena kau yang menciptakanku sendiri menjadi seperti ini,” ucap Adipati pelan namun memperlihatkan wajah tegang bercampur amarah dengan kedua mata memerah membuat Ibu Suri terus menarik napas gelisah. Dia sangat kecewa mendengar perkataan anaknya.“Aku melakukan itu untuk membuatmu menjadi Adipati penguasa seperti sekarang ini. Hingga nyawaku aku korbankan dengan sangat besar. Jika selir itu melahirkan anak laki-laki, maka dialah yang akan menjadi ratu penggant
Magbasa pa
Menghadang Jenderal
Adipati masih diam melamunkan apa yang menjadi pikirannya. Dia berjalan keluar kamarnya, diikuti pengawal yang berjaga dan mengikuti Adipati yang kemudian berlari kencang. Dia kembali menuju kamar ibunya. Napasnya yang terengah-engah dia abaikan. Dia masuk membuat semua orang terperanjat seketika.“Keluar!” teriaknya membuat semua pelayan setia ibunya keluar dengan cepat.“Apa penjelasan ibu kurang?” Ibu Suri dengan tegang menatap anaknya yang haus akan kenyataan.“Iya!” bentaknya kemudian.“Apa yang akan kau tanyakan?”Ibu Suri dan Adipati saling memandang. Kedua sorotan mata itu saling bertarung. Kini anak dan ibu itu memasang perisai masing-masing untuk menahan serangan batin antara keduanya. Ibu Suri yang siap akan semua pertanyaan, kini diam menunggu Adipati melontarkannya.“Ibu, siapa Intan?”Pertanyaan yang sudah diduga akhirnya datang juga. Ibu Suri kembali mengatur n
Magbasa pa
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status