Lahat ng Kabanata ng Selir Adipati: Kabanata 121 - Kabanata 130
161 Kabanata
Kembali Lolos
Pedang dengan cepat patih keluarkan untuk menghadang pasukan berjubah hitam yang menghadang mereka. Salah satu dari mereka yang akan menyerang Patih, dengan cepat terhalang pedang iblis yang juga datang tiba-tiba.“Kalian salah sasaran,” kata Jenderal menarik salah satu orang pasukan yang akan menyerang Ayu. Jenderal memegang kepalanya dan siap untuk memenggal. Pasukan Jubah Hitam masih diam menatapnya. Jenderal semakin mengeratkan pedang iblis ke lehernya yang sudah hampir terbelah.“Kami berjuang sampai mati. Jika kau memang mau membunuhnya, lakukan!” Kuda hitam gagah milik kepala pasukan berlahan mendekati Jenderal yang masih menawan salah satu anak buahnya.“Kami pasukan mati, dan tidak akan mengorbankan nyawa demi satu nyawa. Bunuhlah jika kau mau,” katanya sekali lagi.“Srek!”Tanpa berpikir lagi, Jenderal memenggal dengan cepat. Semua pasukan Jubah Hitam tanpa ekspresi hanya menatapnya.
Magbasa pa
Menemui Ibu Suri
“Selamat datang, Ratu,” ucap Rose mendapat anggukan Ayu.“Bawa aku kembali menuju kamar!”“Baik!”Saat Ayu akan melangkah, Adipati dengan tegak berdiri tidak jauh dari posisinya. Ayu diam mengangkat wajahnya. Nafasnya dia hembuskan dengan keras. Perlahan kakinya melangkah dan menghampiri Adipati yang membelai lembut wajahnya. Pandangan sendu Adipati membuat Ayu hanya diam menatap.Tanpa berbicara, Adipati menggendong Ayu yang membuatnya terkejut. Dia berjalan menelusuri lorong hingga masuk kembali ke dalam kamarnya. Dari kejauhan, Jenderal masih menatap dengan amarahnya. Dia tidak percaya jika Adipati sangat ingin menyingkirkannya hanya karena rasa cemburu.“Kau mengalami rasa sakit?” Wati tiba-tiba berada di belakangnya. Jenderal masih diam tidak menatapnya.“Ingat posisimu, Jenderal. Ratu bukan milikmu,” kata Wati yang tidak dijawab Jenderal sama sekali. Jenderal hanya meliriknya
Magbasa pa
Mengancam
Ayu masih saja tersenyum. Dia mengamati semua makanan yang tersedia dengan sangat mewah di hadapannya. Rose mengernyit dan menatap Ayu yang masih tersenyum melihat Ibu Suri sangat panik dengan apa yang dikatakannya.“Apa kau bisa mempertanggung jawabkan semua perkataanmu?” tegas Ibu Suri semakin tegang dan bergetar. Dia tidak menyangka jika Adipati anak kandungnya sendiri menginginkan kematiannya. Ibu Suri semakin tidak kuasa menahan amarah yang dia tahan.“Aku membacanya sendiri. Jika kau tidak percaya, tanyakan langsung kepada Adipati,” kata Ayu mengambil satu buah anggur dan akan memasukkan ke dalam mulutnya. Ibu Suri menatapnya diam.“Tapi, aku mengatakan ini tidak untuk membuatmu marah dengan anakmu. Mungkin dia melakukan itu karena ibunya ingin membunuh istri yang dicintainya. Jadi, dia mungkin sedang mengalami emosi sesaat. Kau tidak perlu kawatir. Surat itu masih ada di tangan yang aman. Namun, jika pasukan rahasia itu masih
Magbasa pa
Kemarahan Adipati
Jenderal mendekati Ayu dan mendekapnya. Ayu tidak bisa menolak karena tubuh Jenderal yang sangat kuat. Ayu hanya diam pasrah berada di dalam dekapan tubuh kekar Jenderal, hingga tanpa mereka sadari Adipati berjalan dengan amarah.“Dia milikku, Jenderal!” teriak Adipati sambil berjalan dan menghunuskan pedangnya dengan sangat tinggi terarah ke tubuh Jenderal.“Tang!”Adipati tanpa berkata menggerakkan pedangnya dan berkali-kali menyerang Jenderal yang dengan sigap menangkisnya. Ayu berdiri di tengah mereka dengan bergetar. Rose menarik Ayu agar bisa terhindar dari kemarahan kedua penguasa itu.“Hentikan!” teriak Ayu yang sama sekali tidak mendapat respon dari kedua penguasa yang masih saling menatap tajam.“Tang!”Mereka masih beradu pedang dengan sengit. Ayu menggeleng dan sangat kesal melihatnya. “Rose, biarkan saja mereka bertarung dan mati. Aku tidak peduli!” bentak Ayu berjalan
Magbasa pa
Berkuda
Patih masih saja membuat Intan bergetar. Dia menatap tajam Intan dengan dingin. Apa yang diperlihatkan Patih semakin membuat Intan merasa sakit. Dia sudah sangat salah dalam memaksakan hati seseorang untuk selalu berada di dalam hatinya. Kini Intan diam dan tidak bisa berucap apapun.“Brak!”Pengawal setia Jenderal masuk paksa ke kamar Intan.“Buk!”Seorang laki-laki yang terikat mereka lempar begitu saja hingga tersungkur di lantai tepat di hadapan Intan yang melotot terkejut melihatnya. Patih segera melindungi Intan dengan menariknya hingga kebelakang tubuhnya.“Putri, maafkan kami mendadak masuk tanpa mengetuk. Ini adalah pemanah yang mengaku jika mendapat perintah dari Putri. Kami mendapatkan perintah dari Jenderal jika harus membawa pemanah untuk menghadap Ratu. Dan ia mengatakan jika putrilah yang melakukan ini semua.”“Lalu, apa kalian akan memenggalku?” tanya Intan dengan gemetar.
Magbasa pa
Surat Rahasia Kedua
Ayu masih saja berusaha memegang kendali kemudi kuda yang sangat susah dia sesuaikan lagi. Kuda it uterus meringkik dan seperti kesakitan. Kedua matanya mengeluarkan darah yang membuatnya sangat terkejut.“Siapa yang sangat tega meracuni kuda ini?” batinnya tidak tega melihat kuda yang terus melompat dan berlari berputar tanpa arah dan mengeluarkan suara kesakitannya.“Berhenti, aku mohon! Sesepuh, tolonglah aku!” teriaknya dalam batin sambil terus berusaha bertahan di atas kuda yang sebenarnya sudah tidak bisa dia lakukan.“Sesepuh …”Dia terus memohon agar Sesepuh bisa menolongnya. Patih berlari tiba-tiba dan menghunuskan pedangnya. Adipati segera menuruni kudanya dan menangkis pedang Patih yang akan dia gunakan untuk membunuh kuda Ayu.“Tang!”“Jika kau membunuhnya, Ayu malah akan melempar.” Patih sangat kebingungan melihat kuda Ayu yang sama sekali tidak bisa dikendalikan
Magbasa pa
Rencana Sriasih
Ayu tertidur dan bermimpi melihat Intan kesakitan dengan tubuh diselimuti darah. Dia ingin menolongnya tapi tidak bisa. Intan menangis histeris dengan apa yang dia alami.“Intan!” teriaknya di dalam mimpi hingga dia akhirnya terbangun dari pingsannya.“Ayu, kau sudah terbangun?” Adipati segera mendekatinya. Dia menatap Ayu dengan tegang. “Panggil tabib!” teriaknya sambil membuka pintu kamarnya. Pengawal segera berlari dan membawa tabib dalam sekejab.“Dia sudah terbangun. Periksa dia!” Adipati masih menatap tajam Ayu yang meliriknya tajam. Dia mengingat perkataan Adipati tentang satu permintaan yang Adipati akan berikan jika bisa membuat kuda yang ditungganginya berhenti. Adipati semakin tegang melihat kedua mata Ayu yang sangat tajam. Dia tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran Ayu.“Bagaimana dia?” tanya Adipati kepada salah tabib.“Dia akan segera membaik. Kondisinya hanya kelela
Magbasa pa
Menguasai Selir
Ibu Suri sangat lemas dan tidak bisa menumpu tubuhnya. Dia mencengkeram dadanya karena rasa cemas yang dia rasakan tidak bisa dia tahan. Air mata berlinang walaupun dia sedikit menahannya. Kini, dia merasakan bagaimana kehilangan seseorang yang dia cintai.“Siapa yang melakukan?!” bentaknya dengan keras hingga semua barang yang ada di hadapannya terbuang dari tempatnya karena tangannya yang dengan keras dia arahkan untuk meluapkan kebenciannya.“Prang!”“Aku masih tidak percaya anakku ternyata yang melakukan ini kepadaku. Apa dia tidak ingat jika aku yang membuatnya untuk menjadi Adipati seperti saat ini!” bentaknya hingga membuat pelayan menundukkan kepalanya tidak berani menatap, bahkan berucap sekalipun.“Tidak, aku tidak akan membiarkan ini terus terjadi. Aku akan mencari jalan lain untuk menyelesaikannya. Tidak akan aku biarkan ratu sialan itu mempengaruhi anakku,” gumam Ibu Suri kembali berdiri tegak d
Magbasa pa
Jangan Temui Jenderal
Di ruangan selir, Sriasih mendapatkan sesuatu tidak terduga. Semua selir menarik dan menyekap dirinya di kamarnya. Sriasih di seret dan mereka mengikatnya di kursi. Kini selir level atas dan bawah sudah bekerja sama untuk membantu Ayu untuk menyingkirkan Sriasih yang sudah membuat istana resah. Mereka semua memandang tajam Sriasih yang sangat kebingungan dengan apa yang di hadapinya.“Kenapa kalian? Apa kalian lupa siapa aku?” tanya Sriasih bergetar melihat salah satu selir berjalan kearahnya.“Plak!”“Apa ini?”“Diam!”Tamparan keras Sriasih dapatkan, dan membuat wajahnya memerah dengan bekas telapak tangan. Selir melepas rambut Sriasih yang tersanggul rapi hingga terurai berantakan. “Kalian akan mendapatkan hukuman sangat berat atas apa yang kalian lakukan,” kata Sriasih menahan kesakitan pada wajahnya.Salah satu selir memegang pisau kecil dan mengarahkan pada pipi Sriasih. Kedua
Magbasa pa
Ruang Rahasia Adipati
Sepanjang hari Ayu berada di ruangan rahasia milik Adipati yang ternyata tidak diketahui siapapun. Dia sudah berjanji tidak akan menemui Jenderal sekalipun, bahkan memperlihatkan sedikit dirinya. Adipati membuka patung di sudut kamarnya dan membukanya. Ayu melotot melihatnya.“Kenapa, kau terkejut?” tanya Adipati melirik Ayu yang diam tegang melihatnya. Ayu masuk melihat ruangan penuh dengan senjata pedang dan panah yang sangat tajam dan tidak pernah dia lihat sebelumnya.“Kau sama sekali tidak akan menyangka ada apa dalam istana ini. Dan, akulah penguasanya.” Adipati menunjukkan kursi di sudut ruangan.“Kau akan di sini dari terbit matahari sampai terbenamnya matahari. Ada jendela yang bisa kau buka dan angin itu akan masuk. Semua makanan bisa kau bawa ke sini. Hanya aku yang bisa membukanya,” kata Adipati mencium Ayu dengan liar. Dia menarik Ayu hingga menuju ke sebuah tembok kayu dan mendorongnya. Kayu itu terbuka, memperli
Magbasa pa
PREV
1
...
1112131415
...
17
DMCA.com Protection Status