Lahat ng Kabanata ng Selir Adipati: Kabanata 111 - Kabanata 120
161 Kabanata
Membunuh Ratu
Patih segera menghentikan langkahnya. Dia berbalik berjalan mendekai Ayu yang menatapnya tajam. Adipati mulai mengambil pedang di tangan pengawal yang tidak jauh dari posisinya. Dia menghunuskan ke leher Patih dengan cepat. Patih hanya diam menatap tanpa melawan.“Aku sangat tidak suka dengan seseorang yang berhubungan dengan Ratu!” bentaknya masih menghunuskan pedangnya hingga mengenai sedikit leher Patih dan mengeluarkan darah.“Suamiku, lihatlah akibat perbuatanmu kepada adikmu! Wajahnya buruk. Bahkan, pengawal dan rakyat biasa saja tidak mau meliriknya. Semua tidak kau pikirkan! Rasa hatimu saja yang kau pikirkan! Hentikan, dan jangan pernah melakukan tindakan yang bodoh!” Ayu mengulurkan tangannya dengan bentakan agar Adipati tidak melakukan hal yang membahayakan Patih.“Jika ada yang mengatakan aku bodoh, akan aku penggal!” Adipati semakin emosi mendengar Ayu membentaknya.“Kalau begitu, penggallah aku!&rdqu
Magbasa pa
Tertuduh
Ayu masih saja memandang Rose yang sedikit meliriknya dan kemudian keluar dari kamarnya.“Hamba pergi dulu permisi,” kata Rose segera membuka pintu kamar dan keluar. Adipati masih saja menggeleng dan meletakkan rempah pahit yang terlah dibuat Rose, namun membuatnya segar.“Minuman apa ini? Tapi, aku memang segar kembali,” ucapnya sambil menatap Ayu yang masih memikirkan cara keluar dari kamar menemui Rose untuk mengetahui bahaya apa yang terjadi.“Kau sepertinya memikirkan sesuatu dan raut wajahmu itu tidak bisa membohongiku, Ratu,” kata Adipati masih saja menatap Ayu dengan mengernyit. Dia sangat tahu jika Ayu menyembunyikan sesuatu darinya.“Aku sangat lelah, dan memang aku akan beristirahat.”Seseorang mengetuk kamar Adipati dengan tiba-tiba.“Masuklah!”“Maafkan hamba Adipati. Ada masalah kerajaan, di aula pejabat istana. Kami sangat membutuhkan Adipati untuk merund
Magbasa pa
Menahan Ayu
Patih masih saja memegang kepalanya. Ayu berusaha menenangkannya, namun Adipati datang dengan marah menghunuskan pedangnya.“Jika kau menyentuhnya, aku akan segera memenggalnya!” bentak Adipati membuat Intan kali ini menghadangnya.“Jangan pernah membuatnya terluka lagi, Kak!” teriak Intan semakin menjadi.“Kakak, apa kau belum puas membuatku sengsara?!” Intan masih saja tidak membuat Adipati melepaskan pedangnya. Ayu hanya diam di hadapan Patih yang masih saja memegang kepalanya dan semakin kesakitan.“Suamiku, kita akan menuju ke kamar, dan lepaskan dia! Aku akan menyusulmu. Dia hanya adik buatku,” jawab Ayu agak sedikit membuat Adipati merasa reda dengan kemarahan yang menyelimuti hatinya.“Baiklah, dan aku menunggumu. Aku mau makan siang kita yang sempat tertunda, akan terlaksana hari ini. Aku mau melihat tarianmu,” kata Adipati segera pergi meninggalkan mereka.Ayu berjalan men
Magbasa pa
Tidak Ada Hati Lagi
Pedang Adipati dengan tiba-tiba melukai lengan Bapak Ayu hingga berdarah. Ibu Ayu menjerit histeris melihatnya.“Jangan Raja! Hamba mohon, ampuni kami!”“Plak!”Dengan keras Adipati menampar Ibu Ayu hingga tersungkur. Adipati sangat marah dengan Ayu dan dia melampiaskan kepada semua orang terdekatnya tanpa sepengetahuan Ayu termasuk orang tuanya.“Aku tidak akan pernah memaafkan kalian, jika Ayu masih saja menyakiti hatiku!”“Tang!”Adipati semakin berteriak. Dia melemparkan pedang pengawal yang dia gunakan untuk melukai Bapak Ayu. Adipati berjalan keluar dari penjara dan kembali menuju lorong bawah tanah. Dia membuka pintu kamar dan terkejut melihat Ayu tidak berada di sana.“Sudah aku duga dia tidak akan berada di sini,” batin Adipati semakin ingin meluapkan kemarahannya. Dia berjalan dan menemui pengawalnya yang masih menunduk di hadapannya.“Jangan bilang Jen
Magbasa pa
Menemui Selir
Jenderal masih saja menatap tajam dengan pedang Iblis yang akan dia hunuskan kearah selir yang berada di sebuah pondok dekat lautan. Dia sengaja bersembunyi di sana untuk menyembunyikan identitasnya dari buruan Jenderal yang tidak menginginkannya dan menganggapnya mati. Namun, perkataan Adipati membuat Jenderal berhari-hari mencarinya hingga meninggalkan istana. Jenderal menelusuri semua desa dan menanyakan kepada semua petani yang akhirnya bisa menemuka tempat tinggal selir dari salah satu petani yang selalu saja mengirimkan beras kepadanya. Jenderal tanpa berpikir panjang menuju ke sana dan sangat mengejutkan selir dan wanita perampok yang menemaninya.“Jenderal, aku tidak akan membiarkannya!” ucap wanita perampok yang menghalangi selir dan dia berdiri di hadapan Jenderal yang sudah siap untuk menghabisi mereka.“Dia adalah anakmu. Jangan lakukan!” Wanita perampok berteriak dengan keras. Dia hanya membawa pedang yang bisa dengan mudah dikalahk
Magbasa pa
Minuman Rempah
Jenderal berlari dengan kuda hebatnya hingga menuju hutan dan berdiri di hadapan pintu masuk kawanan perampok setelah membuat Selir benar-benar melompat dari bukit. Semua telah siap dengan anak panahnya untuk menyerang Jenderal jika akan menghunuskan pedangnya kepada ketua perampok saat menemuinya. Ketua perampok berjalan dengan tegang hingga dia benar-benar ada di hadapan Jenderal.“Kenapa kau kemari, Jenderal?” tanya ketua perampok dengan dingin. Jantungnya berdebar saat harus menghadapi Jenderal yang sangat kejam. Dia tidak ingin Jenderal menyerangnya walaupun semua anak buahnya sudah siap di setiap sudut hutan dengan anak panah yang akan melesat menuju jantung Jenderal dari tangan mereka.“Apa maumu?” tanya ketua perampok sekali lagi masih dengan tatapan tajam.Perlahan Jenderal mendekatinya. Dia menatap tajam ketua perampok. “Aku menginginkan anakku. Dia pasti berada di sini, dan aku berhak mengambilnya,” ucap Jenderal pe
Magbasa pa
Rencana
Ayu tidak menyangka akan melihat Ibu Suri di kamar Adipati. Dia saat itu ingin menemui Adipati dan memperlihatkan dokumen yang sudah direncanakan olehnya dan Gana tentang kejahatan korupsi istana dan Bapak Ayu adalah tersangka utama. Ibu Suri bersama pelayan setianya yang saat itu sangat hafal dengan segala obat bius dan racun yang biasa digunakan untuk membunuh raja ataupun pejabat istana. Dan dia yang membuat racun untuk raja saat itu hingga terbunuh atas perintah Ibu Suri saat raja setelah menikmati selir. Pelayan memberikan bubuk racun di dalam minuman anggur yang dikirimkan ke kamar raja. Dengan seketika raja tewas bersama dengan selir yang saat itu bersamanya.Ibu Suri masuk ke dalam kamar Adipati, sangat terkejut melihat anaknya terlelap tanpa sadar dan melihat bekas anggur di dalam mulutnya. Pelayan sedikit mengambilnya dan mencium segera anggur itu. Pelayan menjelaskan kepada Ibu Suri bahwa Adipati diberikan jenis obat bius ringan yang bisa membuatnya tertidur hingga
Magbasa pa
Mencegah
Sriasih masih saja tersenyum puas dengan dirinya sendiri akan balas dendam yang sangat ingin dia lakukan kepada Ayu. Dia ingin sekali menjadi ratu dan berkuasa. Namun, karena itu sangat susah dia lakukan, Sriasih hanya akan membuat Ayu jatuh.“Menjadi penguasa sangat sulit. Hal pertama yang akan aku lakukan hanya jharus membuatmu jatuh. Setelah itu, aku akan masuk ke dalam hati Adipati,” batinnya dengan tersenyum percaya diri.Wati yang saat itu akan masuk ke dalam kamar Sriasih untuk menyerahkan kain yang Ayu belikan untuknya, tidak sengaja mendengar apa yang Sriasih katakan. Wati tersenyum mendengarnya. Wati yang hanya menginginkan kekayaan, selalu bermuka dua dengan siapapun asal dia mendapatkan harta dan menguntungkan buatnya. Wati berencana akan mengatakan apa yang dia dengar kepada Ayu agar mendapatkan hadiah.“Berbicara sendiri. Apa kau sudah tidak waras?” tanya Wati membuat Sriasih melotot.“Wati, apa yang kau lakukan
Magbasa pa
Mengandung
Rose menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia semakin menatap Ayu dengan tajam. “Ratu Ayu, tolonglah, kau mau kemana?” tanyanya dengan resah. Ayu hanya menatapnya dan berkali-kali menarik nafas. Dia juga merasa kebingungan akan tujuannya.“Aku masih memikirkannya Rose. Tidak mungkin aku akan menghilang begitu saja. Itu bisa membuat Adipati menjadi sangat marah, dan ratusan nyawa akan terancam mendapatkan kemarahannya,” jelas Ayu dengan suara tegangnya.“Lalu, bagaimana kita menghindar untuk malam ini?” tanya Rose sekali lagi.“Kita membutuhkan Jenderal. Di mana dia?”“Jenderal mengejar selir untuk membunuhnya,” kata Rose membuat Ayu bergetar dan terkejut.“Tidak mungkin!”“Aku pastikan selir selamat, Ayu,” ucapan Rose sedikit melegakan hati Ayu.“Tapi, aku sangat membutuhkan Jenderal. Dia adalah kunci dari keselamatanku. Carilah dia!” tita
Magbasa pa
Pemanah Rahasia
Jenderal dengan sengaja masuk ke dalam kamar Adipati. Ayu hanya menatapnya. Jenderal berjalan mendekatinya. Ayu semakin diam bergetar. Dia sangat resah jika nantinya Adipati akan masuk dengan tiba-tiba dan menjadi masalah besar.“Apa kau tidak takut jika Adipati akan memasuki ruangan ini?” tanya Ayu resah. Namun, Jenderal masih saja berjalan mendekatinya. Dia membelai rambut Ayu yang sangat basah.“Aku sangat merindukanmu,” ucapnya pelan. Ayu masih diam tidak menjawabnya.“Aku akan menolongmu terlepas dari pasukan rahasia itu. Aku yang akan membawamu pergi,” kata Jenderal semakin membuat Ayu menahan hatinya.“Jenderal, aku tidak bisa menerima cintamu. Akan ada saatnya nanti kita akan melakukannya. Namun, bukan untuk saat ini,” jelas Ayu semakin membuat Jenderal tidak hentinya membelai rambutnya hingga menuju pundak Ayu. Kini dia mengangkat wajah cantik Ayu dengan jarinya hingga bisa dengan jelas dia lihat.
Magbasa pa
PREV
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status