All Chapters of AFTER THE HEARTBREAK (Indonesia): Chapter 111 - Chapter 120
183 Chapters
[S2] 27. RAGU
“Elaine, kamu jangan terlalu capek. Udah biar Mama sama Elsa aja yang prepare. Kamu diem aja, calon pengantin nggak boleh kecapekan,” ucap Lena.“Tapi, Ma ….”“Udah, kamu di kamar saja. Tanya besok Tirta datang jam berapa?” kata Lena lagi.Elaine hanya mengangguk, kemudian langsung pergi menuju kamarnya.Tidak terasa, ternyata sudah tiga hari lagi mereka; Elaine dan Tirta akan menikah. Gadis itu menatap dirinya di pantulan cermin. Tiba-tiba entah kenapa hatinya ragu sekarang. Apa dia bisa menikah dengan Tirta? Dia menatap ke arah cincin yang melingkar di jari manis tangan kirinya. Itu cincin tunangan pemberian dari sang calon suami.Jika ditanya, apa hal yang membuat Elaine ragu. Tentu saja karena sikap Tirta yang perlahan berubah. Apalagi sekarang Kyla juga jarang membalas pesannya, dan terkesan sangat ketus pada Elaine. Oleh karena itu, Elaine tak pernah bertanya lagi pada teman sekantor calon suaminya.
Read more
[S2] 28. USAHA ELSA
Keesokan harinya, Darell langsung berangkat ke tempat pertemuan dengan Elsa. Akhirnya setelah berdiskusi lumayan panjang di telepon, Elsa mau untuk bertemu dan membicarakan langsung dengan Darell. Butuh waktu sekitar 3 sampai 4 jam untuk sampai di kota tentara. Darell menunggu Elsa di sebuah café. Untung saja Darell datang tepat waktu, sekitar pukul sepuluh. Tak lama kemudian dia melihat Elsa datang ke café tersebut. “Lo Darell?” tanya Elsa. Darell beranjak dari kursinya dan memperkenalkan dirinya. “Iya, gue Darell. Silakan duduk,” ucap Darell mempersilakan Elsa duduk di hadapannya. “Mau pesan apa?” tanya Darell mencoba berbasa-basi. “Apa aja.” Darell menganggukkan kepalanya. Kemudian dia langsung memesan dua kopi espresso untuk dirinya dan juga Elsa. Setelah kopi itu datang, Darell langsung memulai pembicaraan di antara mereka. “Sebelumnya, thanks udah mau dateng,” ucap Darell, penuh rasa terima kasih. “Nope. Gue cuman
Read more
[S2] 29. VIDEO PANAS
Ariella menunggu Tantenya membukakan pintu kamar. Tak lama kemudian Elaine muncul dan langsung menyambut keponakannya itu dengan senyuman hangat.“Ariel udah pulang?” kata Elaine. Kemudian dia berjongkok sambil mengelus rambut keponakannya itu.“Iya. Tante lihat, deh, baguskan?” Ariella menunjukkan boneka teddy bear pemberian Darell tadi.Melihat boneka berwarna cokelat itu lalu memegangnya. “Mama beliin Ariel boneka?” tanyanya sembari menampilkan senyumannya. Menjukkan dirinya benar-benar tertarik dengan barang yang ditunjukkan keponakannya itu.Ariella menggeleng. Sedangkan Elaine merespon dengan mengerutkan keningnya.“Terus dari siapa? Biar Tante tebak. Apa Ariel dapat dari ibu guru di sekolah?” tanya Elaine lagi.Lagi-lagi Ariella menggeleng, kemudian dia tertawa kecil.Elaine memajukan bibirnya. “Nyerah, deh. Emang Ariel dapat ini dari siapa, Sayang?”“Dari
Read more
[S2] 30. TERUNGKAP
“Elaine mana?” tanya Lena, yang tidak mendapati anak bungsunya di mana pun. Wanita paruh baya itu nampak panik.Saat ini semua sudah berkumpul di hotel. Bersiap-siap untuk acara pernikahan Elaine dan Tirta yang akan diselenggarakan beberapa jam lagi. Namun, tiba-tiba saja Elaine menghilang.“Tadi dia izin ke toilet dulu karena sakit perut katanya, Bu. Tapi sampai sekarang belum kembali juga,” ucap Mas Adam, make-up artist, yang saat ini bertanggung jawab untuk merias wajah sang pengantin.“Kok, bisa belum kembali? Kenapa Mas izinin dia ke toilet, sih?” serang Lena dengan segala kepanikannya.“Ya, Bu, anak Ibu bilangnya kebelet. Masa saya tahan-tahan. Kalau cepirit gimana?” Mas Adam membela diri sambil mendelikkan matanya.“Ah!” Lena mendesah keras. Kemana anak bungsunya itu? Kenapa menghilang di hari yang penting ini?“Mama, tenang. Ayok kita cari bareng-bareng. Mungkin Elaine
Read more
[S2] 31. RUNAWAY
Setelah melihat video panas itu, Elaine tidak bisa tidur semalaman. Dia terus memikirkan Tirta. Kenapa laki-laki itu dengan sangat teganya menduakan Elaine lagi? Dan ternyata, orang yang selama ini Elaine percaya untuk menjadi informan dia. Ternyata adalah orang yang berselingkuh dengan tunangannya.Kini langkah kaki Elaine menyusuri sebuah lorong hotel. Dia pergi dari hotel di mana dia akan melangsungkan pernikahan. Kemudian dia menuju ke sebuah hotel untuk menemui seseorang.305Elaine berhenti tepat di kamar dengan nomor 305. Dia mengetuk-ketuk pintunya beberapa kali. Jujur saja, dia hanya modal nekad ke tempat itu. Elaine tidak tahu apakah orang yang akan ditemuinya masih ada di dalam atau tidak.“Iya, tunggu!” seru seorang perempuan dari dalam. Lalu pintu kamar itu terbuka dan akhirnya mereka saling berhadapan.“Elaine!” pekik perempuan itu yang terkejut dengan kedatangan Elaine. Elaine benar-benar terlihat menyedihkan.
Read more
[S2] 32. LO SAYANG ELAINE, KAN?
Setelah mengetahui Elaine tidak jadi menikah dengan laki-laki seperti Tirta. Tentu saja ada perasaan senang dari dalam hati Darell. Namun, di satu sisi, dia juga merasa gelisah. Pasalnya Elaine sangat sulit untuk dihubungi.Tak hanya Darell dan keluarga Elaine saja. Para sahabat Elaine pun sibuk mencari di mana keberadaan gadis itu. Karena sekarang sudah enam jam gadis itu menghilang.Darell mendesah, dia tidak mendapati Elaine di kosannya. Pikirnya gadis itu akan pulang ke kosannya di Jakarta. Tapi ternyata Darell salah perhitungan. Kini dia merenung, mencoba berpikir di mana keberadaan gadis itu.Beberapa menit lalu Elsa mengabari bahwa dia belum juga mendapatkan kabar dari Elaine. Katanya, jika sampai 2x24 jam Elaine juga tidak ada kabar. Pihak keluarganya akan meminta bantuan pada polisi. Namun Darell berkata pada Elsa, bahwa dia pasti akan menemukan Elaine sebelum 2x24 jam.“Tapi gue harus cari dia kemana lagi?” ucapnya resah.Dare
Read more
[S2] 33. JUJUR, GUE KHAWATIR
Kesabaran Darell sudah habis, sudah hampir satu minggu pasca kejadian itu. Veni sama sekali belum menghubunginya lagi. Terakhir Veni memberi tahu, kalau Elaine sudah sedikit membaik, dia sudah tidak terlalu kalut dengan emosinya. Tapi … Darell sudah tidak bisa lagi menunggu. Dia harus segera bertemu dengan Elaine.Diraihnya ponsel milik Darell yang sedang tergeletak di atas meja kerjanya. Dia langsung mencari kontak Veni dan segera meneleponnya. Terdengar nada sambung dari panggilan tersebut, sampai akhirnya sang pemilik ponsel mengangkat panggilan dari Darell.“Elaine di mana?” tanaya Darell tanpa berbasa-basi. “Gue udah nggak bisa nunggu. Ini udah satu minggu, Ven,” imbuhnya.Terdengar desahan kasar dari Veni. “Oke, gue kirim alamat rumah gue. Tapi gue mohon sama lo, kalau Elaine nggak mau jangan paksa. Nanti lo sendiri yang rugi,” ucap Veni mengingatkan.“Iya.” Darell hanya menanggapi dengan satu k
Read more
[S2] 34. LO YANG KUAT, YA
Sesuai dengan janji Elaine, dia mengirimkan pesan pada Darell. Dia memberi kabar, bahwa dirinya sudah berada di rumah. Ya, sebelum dia kembali ke kosannya di Jakarta, dia harus kembali ke rumahnya terlebih dahulu.Kedua orang tuanya menyambut Elaine dengan hangat. Teutama Robby, dia beberapa kali meminta maaf. Tentu saja Elaine memaafkan dan meminta kedua orang tuanya untuk tidak membahas masalah itu lagi. Karena itu hanya membuat luka Elaine yang sedikit demi sedikit dia obati terbuka kembali.Saat sedang mengecek semua pesan yang sengaja tak Elaine baca, hampir satu minggu lamanua. Dia akhirnya menemukan sebuah pesan baru dari nomor yang tak dikenal. Elaine langsung membuka pesan itu.Ternyata pesan itu berisikan permohonan maaf dari orang yang sudah menyakiti hati Elaine. Dia menggunakan nomor barunya untuk mengirim pesan pada Elaine, karena nomor lamanya sudah Elaine blokir hari itu.“Basi,” kata Elaine. Kemudian memblokir lagi nomor terse
Read more
[S2] 35. MANIAK BIRU
Tujuan Darell sekarang adalah menuju ruangan tim marketing. Dia ingin melihat Elaine dan memantaunya dari jauh. Ternyata Elaine baru saja keluar dari ruangannya bersama dengan rekan kerjanya. Darell membuntutinya dari belakang.“Mau di mana makan singanya?” tanya seorang perempuan bermata sipit, dia adalah Celine.Darell bisa dengan jelas mendengar perbincangan tiga gadis itu.“Gue lagi pengin batagor. Len, lo gimana?” tanya Aya.“Ayok, ke sana aja,” jawab Elaine cepat. Kemudian mereka mengantre di depan lift.Karena tak ingin ketahuan, Darell memilih untuk menuju tangga darurat. Dia mencoba menuruni tangga dari lantai empat dan menuju ke tempat batagor yang ada di seberang dan tak jauh dari gedung perusahaannya.Sesampainya di sana, Darell langsung memesan batagor. Jujur saja perutnya juga sudah meminta diberi jatah. Setelah itu dia langsung duduk di tempat yang tidak terlalu mencolok.“Terny
Read more
[S2] 36. BERSABAR
Divisi promosi saat ini sedang disibukkan dengan membuat konten promosi, untuk produk Teen-Aura dari Auraku, yang akan launching beberapa minggu lagi. Elaine ditugaskan Alvaro untuk mendatangi vendor percetakan. “Nggak papa kalau kamu sendiri, Len?” tanya Alvaro. Biasanya laki-laki itu selalu menemani Elaine. Tapi kali ini, dia memiliki tugas yang tidak kalah penting. “Nggak masalah.” Elaine menimpal. “Tapi tahu, kan, tempatnya?” tanya Alvaro lagi. “Tahu, kok,” jawab Elaine sambil mengangukkan kepalanya. “Oke, thanks. Sorry, ya, kamu kudu handle kerjaan Aya.” Alvaro meminta maaf sembari menepuk pundak Elaine. “Nggak masalah. Lagian Aya lagi sakit dan kerjaan saya sudah selesai.” Elaine langsung meraih tasnya. “Kalau gitu saya berangkat dulu,” pamit Elaine. “Hati-hati di jalan,” ucap Alvaro. Lalu dia pun langsung pergi menuju ruangan Sena, atasannya. Sambil menuju lobi, Elaine memegang gawainya. Dia sedang menunggu drive
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
19
DMCA.com Protection Status