Semua Bab AFTER THE HEARTBREAK (Indonesia): Bab 131 - Bab 140
183 Bab
[S2] 47. BERSAMA ALVARO
“Elaine, nanti jam makan siang free, nggak?”Mendapatkan pertanyaan seperti itu sontak Elaine mendongak.“Eh, Mas Varo.” Elaine mengalihkan perhatiannya sejenak. “Kayaknya nggak, soalnya saya ada survey ke lapangan. Ada apa?” tanya Elaine.Alvaro hanya menganggukkan kepalanya.  “Kalau balik kantor?” tanyanya lagi.“Mmm ….” Elaine nampak berpikir. “Kayaknya bisa. Ada apa emangnya?” tanyanya penasaran.“Ya udah, balik kantor aja kalau gitu. Thanks, ya,” timpalnya. Kemudian Alvaro berlalu, meninggalkan Elaine yang sedang duduk di kursi kerjanya.Dahi Elaine berkerut. Dia penasaran dengan maksud dan tujuan Alvaro mengajaknya pergi. Tadi pertanyaannya tadi tidak dijawab oleh laki-laki itu.“Eh, Len. Ini coba baca dulu, siapa tahu bisa buat bahan.” Fathan, rekan kerjanya di bagian riset, memberikan beberapa file dokumen untuk di baca
Baca selengkapnya
[S2] 48. CEWEK MUNAFIK
“Lagi apa kalian di sini?” Suara bass itu mengagetkan Elaine dan Alvaro. Tak hanya mereka berdua, karyawan di toko perhiasan itu pun ikut terkejut.Elaine dan Alvaro sontak menoleh ke arah laki-laki itu. Betapa terkejutnya Elaine ketika dia mendapati Darell sedang berdiri di sana. Tak bisa ditutupi, wajah laki-laki itu terlihat marah. Elaine mematung beberapa detik di tempat.“Pa-Pak Darell,” ucap Alvaro tergagap.“Sedang apa kalian berdua di sini, hah?” tanya Darell lagi dengan nada setengah membentak.Alvaro terkesiap, pupilnya membulat. Dia bingung kenapa bosnya itu terlihat sangat marah sekarang.“A-anu i-itu—”“Ah! Kamu gagap? Atau nggak bisa jelasin apa yang sedang kalian lakukan di sini?” Darell menyela kalimat yang belum sempat keluar dari mulut Alvaro.“Lo ikut gue sekarang, Len!” tegas Darell. Di tariknya lengan kiri Elaine secara paksa. Namun seke
Baca selengkapnya
[S2] 49. I WANT YOU TONIGHT
Darell merasa tak enak hati pada Elaine, tapi entah kenapa dia kesulitan untuk meminta maaf. Jujur saja, ada sedikit perasaan malu yang dia rasakan. Kenapa juga dia langsung marah tadi? Padahal dia bisa bicarakan baik-baik dengannya.Mobil milik Darell kini sudah terparkir di basement apartemennya. Seraya mereka turun dari mobil, pergi menuju lfit dan segera naik ke lantai di mana unit milik Darell berada.Tak ada suara di antara mereka berdua. Darell melihat Elaine dari pantulan dinding lift. Raut wajah kesal, bete, marah, dan kecewa itu jelas terlihat di wajah gadis yang sedang berdiri di belakangnya.“Maaf.”Akhirnya satu kata itu bisa lolos dari mulut Darell. Setelah sedari tadi dia berdiam saja. Bukan tidak mau meminta maaf, tapi rasanya agak sedikit berat karena dia tidak terbiasa.Tak ada jawaban dari Elaine. Sampai akhirnya pintu lift terbuka dan mereka segera melangkah menuju unit Darell.“Len,” panggil Darel
Baca selengkapnya
[S2] 50. WEEKEND
Darell membuka matanya perlahan, ketika dia mendengar bunyi alarm pada jam yang diletakkan di atas nakas. Tangan kirinya mencoba meraih jam tersebut dan langsung mematikannya.Laki-laki itu menggeliat, tapi tangan kanannya terasa berat. Saat dia menoleh ke sana, ternyata Elaine masih tertidur dengan wajah polosnya. Gadis itu tidur di atas tangan Darell. Ah, iya Darell ingat, semalam dia terus memeluknya.Mengingat kejadian semalam, Darell tersenyum senang. Bagaimana tidak? Dia merasa kehidupannya kembali. Harus diketahui, selama hampir dua tahun dia tinggal di Indonesia, dia melakukan puasa.Iya, puasa. Maksudnya selama ini Darell puasa dari kesenangannya bersama para wanita. Dia tak ingin menyentuh wanita lain, selain Elaine. Ya, jujur saja dia sedikit tersiksa. Apalagi untuk mendapatkan Elaine, dia harus bersabar. Elaine itu berbeda dengan para perempuan lainnya. Yang biasanya para perempuan itu akan mengantre dengan sendirinya.“Love you, Len,&rd
Baca selengkapnya
[S2] 51. PARTNER
Ringan. Entah kenapa Elaine merasa hatinya terasa lebih ringan. Maksudnya, selama ini dia terus menanggung beban kehidupannya. Tapi gara-gara dia menaiki wahana tadi, dia merasa semua bebannya itu hilang.Elaine sadar, selama dia berada di wahana tersebut, dia selalu mengumpat. Ah, mungkin jika ditayangkan di televisi, tayangan itu tidak lulus sensor. Awalnya umpatan itu dia khususkan untuk Darell yang berengsek. Sudah tahu dia tidak suka dengan wahana mengerikan itu, tapi laki-laki itu tetap memaksanya.Namun lama kelamaan, umpatan itu tidak ditujukan untuk Darell. Tapi untuk orang-orang yang selama ini sudah memberikan beban kehidupan untuknya. Ah, kalian pasti sudah tahu siapa orang yang dimaksud oleh Elaine.“Kenapa ketawa? Lo sehat, kan? Belum gila?” tanya Darell pada Elaine.Gadis itu langsung menoleh ke arah Darell. Dia menatap laki-laki itu dengan keadaan masih tertawa.“Gue kok ngerasa takut sama lo, ya, Len,” kata
Baca selengkapnya
[S2] 52. ADA HATI YANG HARUS DIJAGA
“Pak, ada panggilan dari resepsionis. Katanya ada yang cari Bapak,” bisik Sheial, saat mereka berdua keluar dari ruang rapat.“Siapa?” Darell balik bertanya. Seingatnya dia tak memiliki janji temu dengan orang lain hari ini.“Namanya Christine, katanya temen Bapak waktu di Amerika.”Mendengar nama Christine disebut oleh sekretarisnya, membuat pupil Darell membulat. Ah, dia ingat beberapa hari lalu Christine menghubunginya dan memberi kabar bahwa dia akan ke Indonesia. Saat itu Darell lupa membalas pesan Christine karena dia sibuk bersama dengan Elaine. Mana sempat dia membalas pesan wanita lain.“Oke, thanks. Suruh dia masuk ke ruangan saya, saja,” titah Darell. Bertemu dengan Christine di ruang kerjanya akan lebih baik, jika harus di tempat umum. Apalagi kalau sampai ketahuan Elaine, bisa berabe urusannya.Darell selama ini tidak pernah menceritakan kehidupannya dulu saat di Amerika pada Elaine. Piki
Baca selengkapnya
[S2] 53. RESAH
“Ilen, gue pergi dulu, ya.”“Mau ke mana?” tanya Elaine penasaran.Malam ini penampilan Darell sangat rapi sekali. Dia benar-benar memperhatikan penampilannya dari atas sampai bawah.“Ketemu temen,” jawabnya sembari mengenakan arloji di pergelangan tangannya. “Lo nggak usah nunggu gue, kayaknya gue bakal balik telat. Bye.”Darell mengacak rambut Elaine sebagai salam perpisahan.“Ish! Apa, sih? Malah ngacak rambut gue. Kalau mau pergi, ya pergi aja,” sungut Elaine.“Ya udah. Jangan terima tamu dari siapa pun,” pesan Darell. Kemudian laki-laki itu sudah menghilang di balik pintu.Elaine hanya mendengus dan kemudian fokus dengan pekerjaannya. Dia masih harus banyak riset untuk pekerjaannya. Karena untuk proyek ini, Elaine diberi tanggung jawab lebih oleh atasannya.“Tapi dia mau ketemu siapa, ya?” gumam Elaine penasaran.Tiba-tiba saja dia t
Baca selengkapnya
[S2] 54. SIAPA CHRISTINE?
Darell melangkahkan kakinya dengan langkah yang sangat terburu-buru. Raut wajahnya kini terlihat tidak bersahabat. Laki-laki itu sedang dalam mode gahar. Jelas saja, dia sudah terlambat satu jam setengah dari jadwal pertemuannya dengan orang yang sangat penting.“Shei, orangnya di mana?” tanya Darell. Dia baru saja sampai di depan ruangannya.“Pak, orangnya baru saja pergi. Katanya beliau minta re-schedule aja. Karena beliau ada agenda lain,” jawab Sheila.Darell langsung berdecak kesal. “Kapan, katanya?” tanya Darell lagi.“Belum tahu. Tapi katanya akan segera dihubungi.”“Aish!” Darell mengepalkan tangan kanannya dan kemudian meninju kebawah.“Bapak kenapa telat? Apa Bapak lupa? Padahal saya sudah mengingatkan sedari malam,” ucap Sheila.“Tidak. Ya sudah, kamu pantau terus perwakilan dari Tojek. Pokoknya follow up, dan saya juga akan menyampaikan permintaa
Baca selengkapnya
[S2] 55. SELINGKUH
Elaine mencoba untuk tenang, dia berusaha untuk mengalihkan pikirannya. Tapi setiap melihat wajah Darell, dia selalu ingat dengan pesan yang dikirimkan perempuan asing bernama Christine. Ingin rasanya bertanya, tapi hatinya tidak siap. Lidahnya pun terasa kelu saat hendak ingin membahas masalah itu.“Len! Kenapa bengong terus? Lo sekarang udah ganti profesi jadi tukang bangunan?” tegur Aya.Sekejap Elaine tersadar, dia langsung mengarahkan pandangannya pada Aya.“Eh? Nggak.” Elaine hanya menggeleng kecil.“Kenapa tukang bangunan?” tanya Celine yang tak mengerti dengan maksud yang diucapkan Aya.“Itu, lihat!” Aya mengedikkan dagunya, matanya melihat ke arah mangkuk milik Elaine. “Sotonya udah kecampur gitu. Terus aja dia aduk, kayak tukang bangunan ngaduk semen,” celoteh Aya.Celine melirik ke arah mangkuk Elaine. Kemudian dia tertawa. “Hahaha, Elaine-Elaine. Lo kenapa, sih? Ad
Baca selengkapnya
[S2] 56. SEMUA COWOK SAMA AJA
Kalau perempuan sudah sulit dihubungi, pasti ada sesuatu yang terjadi padanya. Terlebih lagi, akun media sosialnya pun tiba-tiba menghilang. Sudah sangat bisa dipastikan seratus persen, bahwa ada yang terjadi padanya.Elaine memang gadis yang pintar. Dia sampai menonaktifkan akunnya. Karena pasti Darell akan mencarinya ke sana. Jika nomor handphone-nya sulit untuk dihubungi.Tanpa berpikir panjang Darell langsung keluar dan kembali ke basement apartemennya. Mengemudikan mobil miliknya dan segera meluncur ke kosan Elaine. Pikirannya sedikit kalut sekarang, dia khawatir jika terjadi apa-apa dengan Elaine. Alhasil Darell mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.Sesampainya di depan kosan Elaine, dia segera menekan bel pada gerbang kosan itu. Tak lama kemudian seseorang membuka gerbang dan keluar dari dalam.“Mau ketemu siapa, Mas?” tanya seorang laki-laki berkaus putih.“Sorry ganggu malem-malem. Mas lihat Elaine di kosan nggak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
19
DMCA.com Protection Status