Semua Bab AFTER THE HEARTBREAK (Indonesia): Bab 51 - Bab 60
183 Bab
51. SELERA LO RENDAH, DARELL
“Hutang lo sama Soraya biar gue yang bayar. Besok gue yang urus, lo diem aja,” ucap Darell.UHUK. UHUK.Saking terkejutnya, Elaine sampai tersedak makanannya sendiri. “Dari mana lo tahu itu?” tanya Elaine panik.Elaine sebenarnya tak ingin Darell tahu masalah ini alasannya karena Soraya adalah mantan Darell. Walau mungkin ini tidak ada hubungannya sama Darell, Elaine khawatir malah akan menimbulkan masalah baru. Kalau berurusan dengan mantan itu memang sedikit memusingkan.“Kenapa sih nggak ngomong aja? Gue kan pernah bilang sama lo, apa pun yang lo pengin pasti gue kabulkan. Toh itu benefit lo. Bebal banget jadi anak,” ungkap Darell.“Jujur aja gue nggak enak dan gue nggak mau ketergantungan sama lo.”“Bagus dong kalau lo ketergantungan sama gue,” timpal Darell.“Hah?” Elaine bingung. “Kok bagus sih?” tanya Elaine.“Iya biar sama. Karena
Baca selengkapnya
52. MENGAKHIRI MASALAH
“Lo pasti bilang sama Darell tentang masalah gue sama Kak Soraya kan, Ven?” tanya Elaine pada Veni yang sedang rebahan di kasur milik Elaine.Sepulang kuliah, Veni ingin mengunjungi kos Elaine. Katanya ingin menemani gadis itu plus mendengar cerita Elaine kemarin. Tapi gadis itu malah rebahan di kasur milik Elaine. Sedangkan si tuan rumah duduk di karpet miliknya. .Veni menganggukan kepalanya setelah mendapatkan pertanyaan itu dari Elaine. Lalu dia memiringkan badannya, menghadap ke arah Elaine. Menopang kepala oleh tangan kanannya.“Lagian lo tuh so-soan nggak denger saran gue. Terus kejebak gitu sama si Bisma sialan! Kualat lo gak denger apa kata Veni,” ucap gadis itu.“Ya kan gue gak mau ngerepotin Darell. Lagian siapa gue, minjem-minjem duit sama Darell?” bela Elaine.“Ah! Lo suka pura-pura. Gue tahu kalian tuh sebenernya ada something. Tapi kagak mau cerita aja sama gue,” sindir Veni.Dar
Baca selengkapnya
53. TERIMA KASIH
Pak Dzul baru saja menutup perkuliahan kali ini. Beliau langsung meninggalkan ruang kelas. Beberapa mahasiswa ada yang langsung mengikuti Pak Dzul keluar dari ruang kelas. Namun ada beberapa yang masih diam di dalam kelas.Elaine sedang sibuk merapikan barangnya, dia masukan buku dan alat tulis menulis lainnya ke dalam tas. Kemudian seseorang memanggilnya dari arah pintu kelas.“Elaine, Kak Bisma nyariin lo, nih!” panggil Dimas teman sekelas Elaine.Elaine langsung menoleh. Mendengar nama Bisma entah kenapa hatinya terasa kesal. Mau apa laki-laki itu menemui Elaine? Malas rasanya untuk bertemu dengan Bisma.“Wait, gue ikut!” kata Veni yang menahan tangan Elaine ketika dia berusaha beranjak dari kursinya.Veni ingin menjaga Elaine, kalau saja nanti Bisma berlaku kasar pada sahabatnya. Gadis itu melirikkan matanya pada Darell. Mengajaknyauntuk menemeni Elaine. Namun Darell menggelengkan kepalanya, dia tak ingin ikut. Sekarang
Baca selengkapnya
54. BALASAN BENEFIT
“Ayok makan!” ajak Elaine sambil tersenyum.Darell menoleh ke arah Elaine dengan tatapan canggung. Kemudian dia tersenyum dan duduk di depan Elaine.Gadis itu memerhatikan ekspresi wajah laki-laki yang ada di depannya. Sepertinya laki-laki itu terlihat sangat canggung.‘Apa Darell nggak suka sama makanan ini ya? Tapi tadi dia bilang kalau suka pasta,” batin Elaine.“Mmm … Gue nggak tahu makanan favorit lo. Jadi gue masak makanan favorit gue. Siapa tahu selera kita sama,” ucap Elaine sambil melemparkan senyuman manis yang dia miliki.DEG.Darell terhenyak ketika mendengarkan kalimat yang baru saja terucap dari mulut Elaine. Entah kenapa … kata-kata itu mengingatkannya pada seorang perempuan, yang juga sangat menyukai makanan yang sekarang ada di depan Darell, fetuccini carbonara. Darell langsung mentap ke arah Elaine, dan dia melihat senyuman manis dari gadis itu.‘Shit! Kenapa ka
Baca selengkapnya
55. LAGI-LAGI BERHARAP
“Lo mau tinggal di sini?” Darell langsung terlonjak. Dia merasa sangat senang, akhirnya Elaine mau untuk tinggal bersamanya. Dia bisa bersama dengan Elaine mulai sekarang. Selain itu tentunya bisa menjaga Elaine dari laki-laki brengsek seperti Bisma.Elaine mendongak sambil mengangguk. “Iya, gue mau tinggal di sini. Sebagai balasan dari apa yang sudah lo kasih ke gue. Gue nggak bisa bayar pakai uang. Se-iyanya bisa, mungkin butuh bertahun-tahun,” jawab Elaine.“Gue nggak butuh duit. Duit mah banyak, yang gue butuhin cuman lo aja,” timpal Darell.Elaine tersenyum, dia senang ketika merasa dibutuhkan seperti ini. Walau dia tahu Darel hanya membutuhkannya sebagai pemuas nafsu belaka. Asal bersama Darell, Elaine merasa senang. Sepertinya Elaine sudah mulai suka pada laki-laki ini.“Besok kita bawa barang penting lo di kosan ya!” ajak Darell.“Iya,” sahut Elaine.***Keesokan hari
Baca selengkapnya
56. HANYA UNTUK BERSENANG-SENANG
“Len, lo mau ikut?” tanya Darell yang baru saja keluar dari kamar mandi.Sudah tiga hari Elaine tinggal bersama Darell. Aktivitas Elaine tak lepas dari melayani Darell dalam bentuk apa pun. Tapi Elaine merasa sangat senang. Pada dasarnya, Elaine sangat nyaman ketika bersama Darell.“Kemana?” tanya Elaine pada Darell.“Tempat nongkrong bareng Kale dan Valen,” jawab Darell sambil mengenakan kaus di kamarnya.Elaine memajukan bibirnya. Dia sebenarnya ingin ikut bergabung, sudah lama juga dia tidak bertemu dengan Kale dan Valen. Tapi apa daya, tugasnya belum selesai, plus sekarang sedang masa ujian. Dan … dia ada janji lain.“Kenapa? Nggak bisa?” tanya Darell yang melihat ekspresi Elaine. Elaine mengangguk cepat. “Next time deh. Gue masih nugas sama besok ada ujian,” jawabnya cepat.“Ya udah. Kayaknya gue balik malem. Kunci aja, nanti gue buka dari luar,”
Baca selengkapnya
57. MASA LALU DARELL
“Elaine? Ngapain lo di sini?” tanya laki-laki yang baru saja membukakan pintu apartemen Darell.Sontak Elaine seperti kepergok satpol PP. Matanya membelalak dan mulutnya menganga. Pasalnya yang baru saja membukakan pintu apartemen Darell adalah Valen.“Cepet masuk, woy! Berat bege!” kata Kale dari belakang. Ternyata laki-laki itu sedang membopong Darell yang … sepertinya pingsan.Valen langsung masuk ke dalam apartemen dan membantu Kale yang sedang terpogoh merangkul Darell. Bayangkan badan Kale itu agak kecil dan pendek —untuk ukuran laki-laki—, tapi dia harus menahan badan Darell yang jangkung dan lumayan berotot itu.“Eh, Darell kenapa?” tanya Elaine, dia langsung menghampiri mereka bertiga.“Mabuk, kebanyakan minum dia. Kita baringkan di kamarnya aja, ya,” ajak Valen. Lalu mereka langsung masuk ke kamar Darell dan membaringkan laki-laki yang sedang … entah pingsan atau te
Baca selengkapnya
58. GUE HARUS GIMANA?
Darell mencium aroma masakan yang sampai ke dalam kamarnya. Laki-laki itu mengerang dan mencoba membuka matanya perlahan. Pusing. Kepala Darell terasa pusing dan berat sekali. Dia mencoba mengingat kejadian semalam. Memorinya me-review kejadian di bar, dia mabuk dan … Darell tak ingat dengan kejadian setelah dia naik mobil.Darell memijit keningnya pelan, berharap rasa pusing di kepalanya itu sedikit reda. Beberapa detik kemudian perutnya berbunyi. Ah, semalam dia hanya menghabiskan waktu dengan minum. Perutnya ini belum di isi makanan sama sekali.Dengan langkah gontai, Darell berjalan keluar dari kamarnya. Laki-laki itu mendapati seorang gadis yang sedang memasak di dapur apartemennya. Gadis itu terlihat sangat cantik dengan mengenakan celemek berwarna salem.“Len,” panggil Darell serak. Kerongkongannya kini terasa kering.Gadis itu menoleh. “Udah bangun? Minum dulu, udah gue siapin di atas meja,” tutur Elaine. Sepertinya
Baca selengkapnya
59. BUKAN URUSAN GUE
Memang jika kita sudah bercerita dan mengungkapkan perasaan kita pada seseorang, hati kita akan sedikit ringan. Maksudnya tidak terlalu terbebani dengan masalah yang sedang kita hadapi. Karena ada orang lain yang bisa memberikan saran, masukan, bahkan menguatkan kita.“Kalau lo ada apa-apa, jangan sungkan buat cerita sama gue. Oke?” kata Veni pada Elaine, gadis itu mencoba meyakinkan Elaine bahwa dia tidak sendirian.Elaine menganggukkan kepalanya. Setelah itu gadis berambut pendek itu berpamitan pulang. Karena waktu juga sudah menunjukkan pukul lima sore. Elaine merapikan kamar kosnya, sebelum dia nanti pergi menuju apartemen Darell.Laki-laki itu tadi mengirimkan pesan pada Elaine, menanyakan keberadaannya. Tentu Elaine memberi tahu posisinya di mana. Darell hanya membalas singkat pesannya.Gadis itu menghembuskan napas kencang, sambil berbaring di atas kasur miliknya. Matanya menatap langit-langit kamar. Tiba-tiba dia penasaran dengan Chels
Baca selengkapnya
60. PULANG
Mata Elaine melotot menatap layar ponselnya. Di dalam room chat kelas, semua anggota sedang harap-harap cemas menunggu nilai mata kuliah Pak Dzul. Elaine yang sedang bersama Darell terlihat tegang, sedangkan seniornya itu seolah tak peduli.“Biasa aja, nanti juga keluar nilainya,” kata Darell pada Elaine yang sedang harap-harap cemas itu.“Nggak bisa. Kalau jelek, bye!” timpal Elaine tanpa melihat pada Darell.“Asal jangan dapat E aja sih, nanti ngulang kayak gue. Emang target lo dapat apa?” tanya Darell.“A.” jawab Elaine cepat. Elaine memang tergolong salah satu mahasiswa ambis. Rasanya tak puas jika tidak mendapat nilai sempurna. Apalagi hanya mata kuliah Pak Dzul saja yang belum keluar.“Buset. Pak Dzul tuh cuman kasih A sama orang-orang terpilih. Seangkatan paling cuman 5 sampai 10 orang,” ujar Darell, dia membagikan testimoninya pada Elaine.Elaine kini menoleh ke arah Darell.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
19
DMCA.com Protection Status