Semua Bab AFTER THE HEARTBREAK (Indonesia): Bab 61 - Bab 70
183 Bab
61. ELSA
BRAK.Elsa menggebrak meja makan dan berdiri. Elsa sudah tak tahan dengan ayahnya yang selalu saja membandingkan dirinya dengan adiknya itu. Sontak tiga orang yang sedang makan malam bersamanya terkejut.“Kenapa sih, selalu saja membandingkan aku sama Elaine?” sentak Elsa pada ayahnya. Muak dengan semua omongan ayahnya itu.“Elsa.” Lena memanggil dan mencoba menenangkan anak sulungnya itu. Sebagai ibu Lena tahu betul perasaan Elsa, namun kadang dia tak bisa bertindak jika suaminya sudah mulai ceramah seperti itu.“Pa, aku udah jengah banget dari kecil selalu di bandingkan dengan Elaine. Aku akui Elaine memang pintar, lebih pintar dari aku. Tapi bukan berarti aku nggak bisa apa-apa. Kenapa sih, prestasi itu harus melulu tentang akademik?” berang Elsa.Robby tersulut emosinya. Dia langsung berdiri dan menatap Elsa dengan tatapan melotot. “Ini nih, kamu nggak punya attitude! Berani-beraninya kamu membentak Pap
Baca selengkapnya
62. MAMA NGGAK SUKA
Mobil jazz merah dikemudikan oleh seorang wanita berumur awal empat puluhan. Dia adalah Risa, ibu dari Tirta. Sambil memerhatikan jalan, otaknya berpikir. Wanita itu memikirkan perkataan seorang gadis yang tadi mengunjungi rumahnya.“Sudah dua tahun berpacaran?” gumamnya.Sepengetahuan Risa, sejak SMA anaknya itu dekat dengan Elaine. Tak pernah sekali pun membicarakan perempuan lain selain Elaine. Alisnya hampir bertautan. Apa gadis tadi berbohong?Tiba-tiba ponsel Risa berdering, wanita itu hampir terlonjak. Tapi dia segera mengangkat panggilan tersebut. Risa memijit tombol yang ada pada earphone bluetooth yang sedang dia kenakan.“Halo,” panggilnya tanpa tahu siapa yang menelponnya.“Mah, aku balik, ya,” sahut seorang pemuda dari seberang telepon. Risa tahu suara ini adalah suara anak sulungnya.Risa tersenyum. “Acara himpunannya udah selesai?” tanya Risa pada Tirta.“Udah, mau l
Baca selengkapnya
63. LAGI-LAGI ELAINE
“Itu anak belum pulang jam segini? Dia ke mana?” raung Robby. Pasalnya sudah pukul sembilan malam Elsa belum kunjung pulang. Nomornya pun sulit untuk dihubungi.Elaine dan Lena sudah cemas. Beberapa kali Lena mencoba menenangkan sang suami. Tapi Robby kadung kesal dengan anak sulungnya itu. Dia tak bisa menahan emosinya.“Elaine, kamu yang bilang sama Papa, gih. Papa biasanya dengerin apa kata kamu,” pinta Lena pada anak bungsunya itu. Robby memang paling luluh pada Elaine, jadi Lena meminta anak bungsunya untuk meminta Robby tidak emosi.“Tapi kalau Papa semakin marah gimana, Ma?” tanya Elaine cemas. Dia juga sebenarnya takut pada sosok ayahnya. Selama ini dia memang selalu patuh pada ayahnya, karena kebetulan minatnya sesuai dengan yang ayahnya inginkan.Lena mengelus pundak Elaine. “Kamu ingat saat kamu minta untuk kos? Papa ngizinin, kan? Padahal Papa paling nggak mau anak gadisnya jauh-jauh dari dia. Tapi kar
Baca selengkapnya
64. UNDANGAN MAMA TIRTA
Sudah hampir satu minggu Elaine menikmati liburannya di rumah. Hubungan dia dengan Elsa masih saja dingin. Mereka hanya berbicara seperlunya saja, Elaine masih belum berani untuk menghampiri kakaknya.Kemarin Elaine bertemu dengan kedua sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan Grace dan Shani. Mereka mengobrol tentang pengalaman UAS sebagai mahasiswa. Ternyata ada kabar gembira juga. Pasalnya hubungan Grace dan Valen kini mulai ada kemajuan. Setelah sering di desak oleh Elaine dan Shani, akhirnya Grace mulai sedikit terbuka pada Valen.Saat membicarakan Valen, tiba-tiba Elaine jadi melow sendiri. Bagaimana tidak? Selama satu minggu ini dia tidak bertemu dengan Darell. Mereka hanya berbalas pesan sesekali, mengingat Darell yang sedang sibuk. Tahun ini Darell berniat untuk lulus. Jadi sambil magang, laki-laki itu juga mengerjakan skripsinya.“Kalau kangen kayak gini, ya?” gumam Elaine sambil memeluk boneka miliknya. Kini dalam benaknya penuh dengan Darell. D
Baca selengkapnya
65. APA DARELL MARAH?
“Tapi kalau suatu saat kita balikan lagi. Lo mau?” tanya Tirta sambil menatap serius lawan bicaranya itu.Seketika mata Elaine membulat ketika mendengar pertanyaan dari Tirta. “Gila! Nggak, lah. Ngapain juga balikan sama lo,” sergah Elaine cepat. Tentu saja dia akan menentang jika hal itu terjadi. Elaine tak ingin jatuh lagi ke dalam lubang yang sama.Tirta mendengus ketika mendapatkan jawaban spontan dan tegas dari Elaine. “Awas aja sampai lo mau balik lagi sama gue,” desis Tirta.“Awas apa, hah?” tantang Elaine.“Nggak akan gue lepasin!”“Cih! Gue nggak akan mau juga balikan sama lo. Kita cuman boleh sebatas teman, gak lebih. Kalau lebih ya nggak cocok!”“Ya, ya, ya. Terserah deh sekarang lo mau ngomong apa,” kata Tirta membuang muka.Elaine mendesah, hatinya masih tidak tenang. “Yakin nggak akan ada masalah?” tanya Elaine pada Tirta, men
Baca selengkapnya
66. MENUA BERSAMA
Pagi harinya Darell sama sekali tak menghubungi Elaine lagi. Kini perasaannya benar-benar tak karuhan sama sekali. Pikirannya juga terbagi; antara memikirkan Tante Risa, Elsa dan Darell. Sebelum berangkat menuju rumah Tirta, Elaine mencoba meyakinkan dirinya lagi. Tiba-tiba saja Tante Risa menelepon Elaine.“Halo, Tante,” sapa Elaine pelan. Dia khawatir ada yang menguping dari luar kamar.“Halo, sayang. Jadinya kamu ke sini? Nggak Tante jemput?” tanya Risa pada Elaine dari seberang telepon.“Iya, Tante aku otw, ya.”“Oke. Tante tunggu, ya,” tandas Risa yang kemudian menutup panggilannya.Sudah terlambat! Tidak ada waktu untuk bimbang lagi. Tak usah memikirkan Darell, mana mungkin dia marah. Elaine bukan lah wanita spesial untuknya. Lupakan sedikit tentang Elsa, selagi dia tidak tahu semua aman. Tirta juga tidak akan memberi tahu bahwa Elaine ikut bersamanya. Selain itu ibunya –Lena- bisa untuk m
Baca selengkapnya
67. LO NGGAK TAHU APA-APA
Apa? Bersama dengan Tirta? Tentu saja tidak. Elaine tak ingin sakit dua kali. Baginya seseorang yang pernah berselingkuh, pasti akan melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya. Jadi Elaine sudah tak menaruh hati lagi pada Tirta.Lagi pula Elaine susah payah untuk move on dan melupakan semuanya. Masa sekarang ketika dia sudah bisa bangkit dari rasa sakit itu, dia harus kembali pada Tirta? Memang Elaine sudah memaafkan perlakuan Tirta dan Elsa padanya. Tapi … bukan berarti ketika sudah memaafkan, dia dengan mudahnya kembali pada Tirta.Satu lagi, alasan Elaine tak bisa kembali pada Tirta. Dia sudah mulai nyaman dan menyukai Darell. Walau Darell terlihat laki-laki yang tak kalah brengsek dari Tirta, setidaknya Darell selalu mencoba melindungi Elaine.“Pelan pelan aja, jangan memaksakan diri untuk memikirkan hal tersebut. Tapi bisa dijadikan pertimbangan,” ucap seorang lelaki yang mengejutkan Elaine.Elaine mendegus ketika tahu laki-laki y
Baca selengkapnya
68. MEMAKSA
Elaine bisa mencium aroma woody dari tubuh Darell yang sedang memeluknya erat. Pelukan ini, Elaine sangat merindukannya. Padahal baru satu minggu lebih tidak bertemu dengan Darell. Tapi rasanya sudah seperti berbulan-bulan.Darell selalu datang di waktu yang tepat. Itu membuat Elaine terharu, dia sampai ingin menitikkan air matanya lagi. Tapi gadis itu menahannya, karena tak ingin membuat Darell khawatir.“Kalau lo di sini cuma mau nangis, mending balik sama gue,” ucap Darell.Laki-laki itu menyaksikan momen Elaine dan Tirta di depan villa. Tentu saja dia melihat ketika Elaine menangis. Hatinya merasa kesal, ketika melihat gadis yang kini ada di dalam pelukannya ini sampai menitikkan air matanya. Darell tidak terima jika Tirta membuat Elaine seperti ini.Elaine melepaskan pelukan Darell, dia mendongak. “Siapa yang nangis? Nggak ada.” Elaine mencoba menyangkal perkataan Darell.“Nggak usah bohong. Dari tadi gue lihat di
Baca selengkapnya
69. BULLSHIT!
Memang benar Elaine sangat merindukan Darell. Tapi ini tidak sesuai dengan yang Elaine harapkan. Bukannya Elaine tidak suka Darell datang menemuinya di puncak. Hanya saja dia datang di waktu yang salah. Sekeras apa pun Darell memaksa, dia tak akan ikut dengannya untuk pulang malam ini.Di tambah dengan adanya adegan kekerasan antara Tirta dan Darell. Membuat Elaine makin tidak mengharapkan kedatangan Darell. Sekarang dia tak mempedulikan Darell, tapi bukan berarti dia memilih Tirta juga. Dia hanya tak enak pada Tirta yang harus terluka gara-gara dirinya.“Gimana dong? Tunggu di sini, nanti gue ambil kotak P3K dulu, ya,” ucap Elaine panik. Saat ini dia sedang berada di ruang depan bersama Tirta. Untung saja sepi, karena kegiatan terpusat ada di belakang villa.Tirta hanya mengangguk dan dia membiarkan Elaine untuk masuk ke dalam. Dia merasa senang diperhatikan oleh Elaine. Tentu senang juga ketika Elaine lebih memilih untuk stay di sini dia sangat sen
Baca selengkapnya
70. LAKI-LAKI BUSUK
PLAK!Suara antara benturan kulit tangan Elaine dan pipi Tirta itu terdengar keras. Elaine menampar laki-laki yang sudah berlaku kurang ajar di depannya. Katanya dia tak akan menyentuh Elaine tanpa izin. Tapi buktinya dia main nyosor duluan, seperti saat pertama Elaine menyatakan perasaannya. Ah, tidak! Kali ini lebih kasar, seolah Tirta benar-benar bernafsu dengannya.“Lo apa-apaan, Tir?” sentak Elaine, kini nada bicaranya meninggi.“Gue mau buktiin kalau gue serius sama lo!” sahut Tirta.Elaine mendengus sambil tersenyum getir. “Buktiin apa? Nyebut Tir, lo itu punya pacar dan itu kakak gue!” tegas Elaine pada Tirta yang mungkin dulu dia juga melakukan ini pada kakaknya. Sumpah Elaine merasa semakin jijik pada Tirta.“Gue bisa putusin Elsa sekarang juga. Lagian gue udah jenuh sama Elsa dan gak sanggup menangani sikap dia.”Mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut Tirta, Elaine terper
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
19
DMCA.com Protection Status