All Chapters of Lady Bug: Chapter 1 - Chapter 10
45 Chapters
1. Toko Buku
Badannya bagai anak SMA, padahal sudah kuliah semester tiga. Dia punya kulit kuning langsat yang kata orang kenyal mirip kulit bayi, rambutnya hitam lembut harum shampo Didie. Kata Ibunya, Vivi gadis cantik, entah kenapa masih jomblo, jadi, pemuda gendut berkacamata di depannya bukan pacar Vivi. Vivi percaya jika ada kemauan pasti ada jalan. Seperti Aladin yang menemukan lampo ajaib, dia percaya ada seorang Jin baik hati yang akan mengabulkan semua permintaanya. Permintaan Vivi tidak muluk-muluk, selain ingin punya pacar cowok Korea, dia ingin pandai menulis dan menciptakan buku berkelas. Padahal dia malas membaca, malas menulis, malas mendengar kesuksesan orang juga nasihat orang. Apa bisa jadi penulis pemes? "Coba tadi enggak ke toilet, pasti enggak sampai sini!" S
Read more
2. Penulis Burik
Kalau tidak salah satu minggu telah berlalu, kurang lebih sih begitu. Setelah pertemuan pertama dengan 'calon Imam' pilihan Vivi, gadis itu baper abis. Ya, namanya juga Vivi. Melihat cowok bening sipit langsung jatuh hati.  Akan tetapi rasa bapernya itu sedikit ternistakan oleh banyak hal. Sekarang dia duduk di kursi putar di dalam kamar menutup buku Kejora.  "Apaan nih buku, kok beda banget sama seri satu dan dua." Dia cemberut setelah membaca buku yang kata orang bagus tapi ... "Bagusan kisah cintaku dan Om Mas Ganteng di toko buku." Vivi tersenyum ala bunga puteri malu. Padahal hanya disentuh oleh angin pagi, kedua tangannya menutup menyangga dagu, mendongak, sambil senyum sendiri. Semua gara-gara kenangan itu. Wajahnya ganteng banget, badan juga atletis abis, mana suaranya itu loh membuat Vivi berdebar-debar. Yup, Vivi sedang mengagumi cowok di toko buku. "Mungkin dia sedang di sana lagi." Buru-buru Vivi ke toko buku, hal yang sa
Read more
3. Copy Paste
Senyum jahat muncul di bibir. Ia tertawa seperti professor jahat berhasil membuat senjata pemusnah dan siap menterror kota.Vivi menemukan cara super hebat untuk membuat novel yang ia tulis mendapat banyak vote, juga kehujanan komentar positif, sekaligus menambah banyak follower. Sebenarnya ini cara yang ... yang penting berhasil.Dimulai dari membuat ratusan akun kloningan. Semua itu bukan hanya untuk promo, tetapi memberi vote palsu, komentar palsu, juga follower palsu. Dalam waktu singkat novel abal-abal yang dia tulis masuk peringkat sepuluh besar dalam aplikasi tulis menulis online.Di kampus, ketika waktu pergantian mata kuliah, Vivi gaduh sendiri di depan kelas yang nyaris kosong ditinggal penghuni ke kantin. Dia berdiri seperti artis, tapi hanya beberapa orang yang peduli.Sambil memamerkan layar hp, dia berkata, “Hai, guys and girls, lihat nih, followerku sudah banyak banget. Terus yang vote juga ratusan. Mereka semua suka sama kar
Read more
4. Sebuah Rasa
Malam semakin larut. Vivi duduk di kursi belajar dalam kamar fokus pada layar laptop di atas meja. Kepalanya mengangguk-angguk kecil mendengar lagu SHINee, boy band Korea Selatan favoritnya.Dia sedang stalking akun facebook penulis yang karyanya ia colong. Dengan tabah ia membuka satu-satu akun bernama Efendi, hingga sampai juga ke sebuah akun penulis itu. Dengan akun palsu Vivi meng-add dia jadi teman, berharap bisa mengetahui lebih banyak sosok itu.First impression dari Vivi untuknya, Efendi cowok baik, ramah dan cukup supel. Dia enggak garing, terus terang ia sangat nyaman mengobrol dengan cowok itu. Tidak nampak kesedihan dari pesan-pesan balasan yang ia terima. Iseng-iseng dia mengunjungi akun Efendi di aplikasi tulis menulis. Mau tau, sejauh mana terror follower Mimi menggempur akun itu.Vivi membaca beberapa komentar barbar di novel, juga di wall, dan semua itu membuatnya menghela napas juga memaksa bibir bergetar. Semakin lama ia
Read more
5. Insiden Di Mall
Perkataan Mimi membuat Vivi dan Sasa bertukar pandang bingung, terlebih sahabat mereka itu menarik lengan mereka."Ayo duduk dulu. Aku jelasin."Keduanya menurut seperti murid TK disuruh guru untuk duduk. Di mata mereka Mimi memang spesial. Cowok mana yang tidak takluk oleh Ratu Tomboy Sejagat? Anak basket? Mimi pernah suka sama senior, dia menantang basket dan cowok itu tunduk. Anak band? Ada murid SMA yang ditaklukkan dengan cara dia ikut bermain gitar. Seorang dokter? Dulu Mimi pura-pura sakit dan berhasil memacari dokter muda itu. Semua cowok-cowok itu hanya bertahan seminggu jadi pacarnya, lalu secara sepihak dia memutuskan mereka. Benar-benar playgirl sejati.Sekarang keduanya menanti apa yang akan Mimi ucapkan.Dan tak butuh waktu lama untuk gadis itu berucap. "Jangan mengejar cogan, tapi buat mereka penasaran dengan kita.""Penasaran gimana?" selidik Vivi."Ya jangan jadi murahan. Intinya--""Intinya nge-drama, ya kan?" sela S
Read more
6. Kakak Baik Hati
Di bawah naungan langit yang sama, beda tempat dan beda suasana.April tampil cantik dengan gaun sabrina hitam panjang, duduk manis di jok depan mobil Camry keluaran terbaru warna hitam. Sesekali ia menoleh ke arah kursi kemudi sambil tertawa mendengar ucapan pemuda gendut berkaca mata, keturunan Tiongkok berpipi tembem lucu yang memakai kemeja dengan rompi sweeter tanpa lengan. Dia Rafa Rafi, mau dipanggil Rafa bisa, Rafi juga tak apa."Your so beautiful," puji Rafa."Thank you.""Jadi, buat apa nih, nyari editor?"April menjelaskan duduk perkara pada Rafa, mulai dari Vivi yang aneh sampai masalah plagiat dan penulis novel. Rafa mendengar dengan baik sekali, kadang memberi tanggapan dengan anggukan tetap fokus pada jalan di depan."... gitu." April menutup curhat dengan helaan napas berat, lalu bertanya, "Bagaimana, bisa bantu enggak?""Bantu gimana?" Rafa diam cukup lama hingga ketika sampai di lampu merah, mobil b
Read more
7. Diskusi Dilema
Setelah pulang dari mall, Vivi mengunci diri dalam kamar. Ia duduk di kasur menelungkup kepala ke antara dua kaki yang dilipat. Dadanya berdebar-debar ketika membayangkan kejadian di lahan parkir bawah tanah mall. Bukan hanya motor punya Anjas, tetapi beberapa motor lain pasti rusak. Dia benar-benar menjadi anak nakal di sana. Bagaimana jika para pemilik motor yang rusak menagih uang kompensasi? Vivi hanya mahasiswi yang belum mandiri, masih bergantung kepada orang tua. Apa yang ibu akan katakan ketika mengetahui hal ini? "Vi? Ada apa, Nak?" Suara ibu terdengar dari luar kamar, mengiringi ketukan lembut pintu. "Kamu kenapa, kok langsung masuk kamar? Sasa sama Mimi datang tuh. Vi, kamu mau menemui mereka?" Sayup terdengar suara Mimi di luar sana. "Sudah tidur mungkin, Tante. Tadi habis main kejar-kejaran soalnya jadi Vivi kecapekan. Kalau begitu kami pamit pulang dulu, permisi." Keadaan kembali sunyi hingga sayup terdengar suara TV dari luar kamar. Cuk
Read more
8. Kafe dan Dia
Vivi belum tau pasti editor itu gadis atau laki. Walau demikian dia tetap bersemangat untuk menemui editor. Menurutnya ini adalah jalan untuk menuju kesuksesan. Ia sangat berharap editor itu mampu mengajari tentang dunia literasi. Karena alasan itu, dia mengenakan pakaian terbaik milik Kakak, pakaian sopan serba tertutup. Blouse lengan panjang berwarna vanilla dengan bawahan celana jeans dan sepatu ket. Ia ingin tampil sesempurna mungkin dan membentuk image baik di pertemuan pertama. Setelah siap, Vivi pergi menemui editor di tempat mereka janjian.  Di dalam kafe, dia duduk dekat jendela sambil menonton banyak pejalan kaki berhilir-mudik di trotoar. Aroma pastri memberi nuansa nikmat. Obrolan lembut dari pelanggan pun tidak menghalangi suara musik yang menyapa telinga. Seorang pelayan berkemeja panjang putih dengan rompi sweeter tanpa lengan datang menghampiri Vivi. Dia mentoel lengan gadis itu memakai ujung tumpul pena, membuat yang ditoel menol
Read more
9. Apapun
Betapa terkejut Anjas mendapati Vivi keluar dari kafe sampai nyaris menjatuhkan hp. Dia tak menyangka gadis sial masih nekat stalking. Ini kesempatan untuk memarahinya karena aksi di mall benar-benar membuat sengsara.  Ia bangkit hendak mengejar, tapi urung karena mendapati stop map warna kuning tergeletak di meja yang baru saja gadis itu tinggal. Sesuai perjanjian harusnya gadis yang bakal dia ditemui membawa stopmap warna itu. Dia belum percaya jika gadis itu Vivi, berdoa supaya semua isi pikiran tidak benar. Untuk itu dia pindah duduk ke kursi yang masih hangat bekas dipakai Vivi. Setelah memakai kacamata baca, Anjas mulai membaca satu persatu halaman dalam stopmap, mulai dari kalimat pembuka sampai penutup. Cekatan dia mencoret-coret kalimat memakai pena, hingga kertas draft menjadi seperti canvas berisi lukisan tinta hitam. Dengan kasar ia menaruh stopmap kembali ke meja. Lemas Anjas menghela napas, bersandar pada sandaran kursi sambil memijat kedua
Read more
10. Alasan Menulis
April terpaksa merayu Rafa untuk membuat janji baru dengan Anjas. Syukurlah, semua bisa berjalan dengan baik. Karena kesibukan Anjas, pertemuan dijadwal ulang, tepatnya beberapa hari kedepan.April menyampaikan berita ini ketika Vivi baru pulang dari kampus, ia mencegat adiknya di muka anak tangga paling bawah, menggenggam kedua pundak gadis itu."Ingat, kamu harus bertemu dengannya, enggak peduli dia siapa, mengerti?" Pesan April, mewanti-wanti adiknya."Siap, Kak." Vivi sampai memberi hormat pada gadis di hadapannya.Setelah kejadian tempo hari, dia memang bersemangat untuk bertemu Anjas karena pemuda itu benar-benar punya niat baik untuk membantunya. Anggapan itu karena draft dalam stopmap Vivi benar-benar dikoreksi olehnya.Hari demi hari berlalu. Keanehan demi keanehan terjadi pada diri Vivi. Dia yang terkenal hiperaktif sekarang seperti kambing hendak disembelih buat kurban, tapi kalau kambing mungkin diamnya sedih, tak ada nafsu hidup, kalau
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status