Semua Bab KUKU BU SAPTO: Bab 21 - Bab 30
300 Bab
SEMAKIN CEMAS
"Dia ...?" ulang Bu Marto. Tatap matanya tak lepas mengarah pada Bu Saiful yang mulai terlihat gelisah."Iya. Makhluk pencari tumbal itu," bisik Bu Saiful. Suaranya hampir tak terdengar."Haaahhh!"Kalimat wanita itu semakin membuat Bu Marto mati kutu. Hingga mengerjap beberapa kali. Sembari melihat ke arah pengendara itu yang darahnya tercecer.Bu Marto sampai menitikkan air mata. Lalu mengusapnya cepat-cepat. Dia langsung teringat akan Delon dan Raisa.'Apa yang terjadi dengan mereka? Kenapa mereka enggak keluar sama seklai dari rumah itu?'“Kamis legi ini ya?” teriak salah seorang warga.“Iya, Pak.”“Walaaahhh. Pasti ada yang begini. Tahun ini sudah berapa?” teriak salah seorang warga lagi. Yang terdengar jelas di telinga Bu Marto.“Baru dua sama yang sekarang.” 'Mereka menghitungnya?'“Berarti akan ada kecelakan lagi,” s
Baca selengkapnya
KAMAR BU SAPTO MENCEKAM
Di dalam rumah Bu Sapto. Hanya terdengar suara langkah Raisa dan Delon yang mengikuti Bu Aminah. Mereka seperti tak mendengar suara apa pun dari arah luar. Seolah sedang berada di suatu ruang yang tertutup yang kedap suara.Sesekali Raisa menoleh ke arah belakang. Tepatnya ke arah pintu luar. Dia merasa ada yang aneh. Suasana terlihat berbeda dari sebelumnya."Kenapa gelap seperti malam hari? Padahal 'kan ini masih siang?" bisik Raisa, mulai merasakan keanehan.Sontak dia menarik lengan Delon. Untuk mendekat."Apaan, Sa?""Coba deh Mas lihat ke arah pintu luar!""Memangnya kenapa?""Iiih, lihat sekarang!"Delon mengikuti ucapan Raisa. Dia menoleh ke arah pintu luar. Lalu kembali melihat pada Raisa dengan kedua mata yang menyipit."Ada apa emangnya?""Mas Delon enggak lihat apa-apa?"Dia menggeleng cepat. Jawaban Delon membuat Raisa semakin gamang dan merasa aneh."Sa! Memangnya ada apa?" tegur Delon
Baca selengkapnya
TOPLES MENGERIKAN
Kali ini, Raisa mulai merasakan begitu banyak pasang mata yang tengah memperhatikan mereka. Seperti bayangan samar. Tapi Raisa tahu itu bahwa mereka benar-benar ada. Di dalam kamar ini.Tak hanya itu saja. Dia pun mendnegar suara-suara berisik dan gaduh. Namun tak terlihat seorang pun. Yang ada hanyalah mereka bertiga. Sampai sebuah teguran dari Bu Aminah mengejutkan dirinya.“Kalian di sini jangan sampai termenung. Atau melamun dengan pikiran kosong!”  Bisik Bu Aminah.Raisa tersentak. Suara wanita itu terdengar parau. Seperti bukan Bu Aminah lagi.“I-iya, Bu.”Dengan cepat Raisa menguasai dirinya. Sembari menggelengkan kepala. Berusaha menghilangkan suara-suara aneh yang mulai didengar gadis itu. Serta memalingkan wajahnya dari pandangan tajam Bu Aminah yang terlihat berbeda.Berulang kali Raisa meneguk air ludahnya sendiri. Membasahi tenggorokan yang semakin kering. Seolah tercekat.“Ini lemarinya
Baca selengkapnya
BU AMINAH YANG ANEH
"Bu Aminah! Buuu ...!" Terdengar suara mereka berdua yang memanggil hampir bersamaan. “Apa dia melanjutkan bersih-bersih halaman tadi?” ujar Delon. “Aku juga enggak tau, Mas. Tapi ini semua menurutku rada aneh dan janggal. Sebaiknya kita keluar sekarang Mas!” “Sebentar, Sa!” “Apalagi, Mas?” Dia kembali menunjuk sebuah toples yang lebih besar dari yang lain. Tampak Delon semakin penasaran. Sedangkan Raisa sudah tak bisa fokus dengan apa yang dia lihat. Perasaannya semakin cemas. “Perhatikan terus, Sa. Sesuatu yang di dalam toples itu, seperti meneteskan darah.” Suara Delon terdengar berbisik. “Mas! Mas Delon!” Gadis itu tak mendengarkan lagi apa yang dikatakan oleh Delon. Dia terus menarik lengan lelaki tampan itu dengan kencang. “Sebentar Raisa!” “Ta-tapi, i-itu yang duduk di kursi goyang. Seperti—“ Raisa tak sanggup meneruskan kalimatnya. “Seperti apa?” “Se-sepert
Baca selengkapnya
SIAPA DIA (?)
"Haaaahhh!" Bu Marto tercengang. Dia hanya bisa menutup mulutnya dan berlari menuju Bu Saiful. "A-ada apa, Bu?" "To-tolong pinjam telepon rumahnya, Bu. Boleh?" "Boleh, Bu. Tapi mana mereka yang ibu cari?" Dia hanya menggeleng. Tak tahu harus berkata apa pada wanita ini. "Entahlah Bu! Saya merasa aneh dengan wanita tua itu. Seperti bukan dia yang tadi saya temui. Wajahnya sama tapi--" "Tapi?" Bu Marto tak sanggup berkata-kata lagi. Mereka berdua buru-buru pulang. Sesampai di rumah. Bu Saiful mengajak dia untuk menelepon nomer ponsel Raisa. "Maaf ya, Bu. Pulsa saya habis. jadi enggak bis abuat telepon." "Enggak apa-apa" Berulang kali dia menekan nomer ponsel Raisa, selalu jawaban operator yang menjawab. Tampak Bu marto semakin kebingungan. Terdengar suara guntur yang gemuruh. Sepertinya hujan akan turun. Ditambah angin kencang berhembus. "Tenang aja Bu. Semoga mereka enggak apa-apa.
Baca selengkapnya
SIAPA WANITA TUA ITU (?)
"Kalau isi dalam toples itu masih baru. Siapa yang mengambil sisa tubuh korban tumbal itu?" tanya Raisa semakin merasa aneh. "Kamu mulai merasa ada yang janggal 'kan?" "Iya, Mas Delon. Dan yang buat aneh lagi. Sosok Bu Aminah yang menurut aku selalu terlihat berbeda." "Memang!" sahut Bu Marto. "Ibu merasa kayak saya juga?" tanya Raisa." Wanita pasruh baya itu mengangguk kuat. "Bahkan kalian enggak tau 'kan? kalau tadi ada kecelakaan di depan rumahnya Bu Sapto." "Haaaahhh?" Keduanya saling beradu pandang. Lalu Delon menghentikan mobilnya. Mereka pun sudah sampai di depan rumah Raisa. "Ayo kita bicara di rumah saya, Bu!"  "Tapi, aku enggak bisa lama-lama ya?" "Enggak apa-apa, Bu. Raisa cuman ingin tau kejadian kecelakaan itu." Setelah itu. Mereka segera memasuki rumah Raisa. "Assalamualaikum!" teriak Raisa. Sembari berharap Momoy sudah pulang. Tapi, rumah masih sepi. Lalu Raisa
Baca selengkapnya
MBAH KARSIYEM
Tampak Raisa berusaha untuk mengejar. Namun wanita tua itu terus berjalan seolah tak mendengar panggilan gadis itu."Mbah, tunggu saya!" Untuk yang kedua kali, dia mengulang panggilannya.Raisa berlari cepat. Sampai dia bisa berjalan sejajar dnegna wanita tua itu."Mbah kok langsung ninggalin Raisa?"Dia tak menjawab. Hanya terdiam tanpa mengucap sepatah kata sama sekali."Mbah, kenapa menyuruh saya berhati-hati? Ada apa sebenarnya? Apa yang Mbah lihat?"Raisa terus mencecar dengan banyak pertanyaan pada wanita itu. Tetap saja dia terdiam dengan melangkah semakin cepat.Hingga mereka akhirnya sampai di sebuah rumah yang snagat sederhana."Maaf aku tadi tak menjawab semua pertanyaan kamu. Aku masih wiridan. Lagian sosok Bu Sapto itu selalu mengikuti kamu, Nak!""Bu Sapto?""Iya. Sepertinya meninggal dia dengan cara yang enggak wajar. Atau bisa juga selama hidup dia telah melakukan kesalahan fatal."Lalu, bag
Baca selengkapnya
SIAPA MBAH KARSIYEM (?)
"Siapa?!" Suaranya hampir berteriak. "Mbah Karsiyem, Mak," ulang Raisa. Sejenak hening. Tak ada suara yang terdengar sama sekali. "Emak Haji kok diam?" "Ehhh, dari mana kamu tau soal Mbah Karsiyem, Raisa?" "Barusan Raisa diajak ke rumahnya, Mak. Kata Mbah Karsiyem dia selalu mimpi Emak." "M-mimpi?" "Iya, Mak. Raisa juga enggak paham." "Dan kamu juga diajak ke rumahnya?" "Iya." "Memang kamu lagi ada masalah apa?" Raisa terlihat kebingungan menjawab. Dia kembali terdiam sesaat. Ingin hatinya berkata yang sebenarnya, pada sang nenek. Tapi Raisa tak ingin malah membuat neneknya cemas.   "Enggak ada apa-apa, Mak." "Sebaiknya enggak usah kau temui lagi Mbah Karsiyem itu. Emak juga enggak tau maksud dia apa, Raisa. Ya, jangan temui lagi dia." "Emak jangan ditutup dulu teleponnya!" Suara Raisa berteriak. "Apal
Baca selengkapnya
KEMATIAN PEMANDI JENAZAH BU SAPTO
Momoy terus menarik pergelangan tangan Raisa. Yang terus melihat ke arah rumah Mbah Karsiyem."Ada apa sih, Mbak?""Ki-kita masuk aja!" ajak Raisa bagai tersadar.Namun Raisa sulit melepas bayangan wanita tua itu. Sangat jelas Raisa melihat dia berjalan dari seberang jalan menuju ke rumah dia.'Tapi, apa yang dia katakan mungkin ada benarnya. Aku harus bicara dengan keluarga Bu Sapto.'"Mbak Sebenarnya mikirin apa sih?" Momoy terus memerhatikan sang kakak. Yang menurut dia terlihat tak biasanya."A-pa Mbak mikirin penunggu rumah kosong itu?""Haaahhh? Ngomong apa kamu? Jangan ngawur!""Habis Mbak dari tadi kayak orang yang ngelamun terus. Kan aneh."Jam dinding terus berdetak hingga menunjukkan pukul delapan malam. Momoy yang sedang menunggu bapak mereka mulai gelisah. Sesekali dia menarik lengan Raisa menyuruhnya untuk telepon."Mbak, telepon Bapak lah!""Bapak jangan ditelepon, Moy. Masi
Baca selengkapnya
MISTERI SEBUAH BUNGKUSAN
"Ka-kamu, kok bisa mengenal Mbah Karsiyem?""Bu Marto juga kenal dengan Mbah Karsiyem?""Ehhhh ... enggak sengaja sih, Bu. Kenalan di musholla kita."Seketika matanya melotot. Membuat Raisa ketakutan. Saat melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Bu Marto."A-ada apa, Bu? Apa ada yang salah?""Salah, Raisa. Semua yang kamu lihat ini juga salah!"Kedua manik mata Raisa bergetar. Seakan berkaca-kaca. Dia tak tahu kenapa semua mengatakan hal yang menakutkan buatnya."Salah bagaimana sih, Bu?""Mbah Karsiyem itu sudah lama meninggal. Dulu dia teman baik Emak Haji. Mereka berdua berteman baik. Malah sangat baik.""Me-meninggal?"Bu Marto mengangguk pelan."Jadi kalau kamu sampai melihat Mbah Karsiyem. Itu enggak mungkin sekali."Raisa merasakan dadanya menjadi sesak. Seakan sulit baginya saat ini untuk bernapas lega."Ka-mu enggak apa-apa?""Entahlah, Bu. Pikirannya saya tiba-tiba jadi kalut.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
30
DMCA.com Protection Status