Lahat ng Kabanata ng Mengejar Mentari: Kabanata 31 - Kabanata 40
70 Kabanata
31. Yang Mulia Ratuku
Mata Dzi terbelalak melihat nama kontaknya disimpan dengan “Yang Mulia Ratuku” ia sama sekali tidak mengira kalau Khalid akan melakukan itu padanya. Ia dianggap sebagai ratu oleh Khalid.“Ya sudah ya, Sayangku. Mas akan pergi dulu. Setelah urusan Mas selesai, Insya Allah Mas akan datang lagi, Assalamualaikum”“Waalaikum salam warahmatullah”Khalid meninggalkan Dzi sendiri di ruang perawatannya. Dzi segera memejamkan mata dan mencoba untuk tidur setelah menyelesaikan salat isya. Ia ingin segera terlelap. Ingin melupakan peristiwa pengeroyokan preman yang sama sekali ia tidak tahu ada motif apa di dalamnya.Beberapa menit berlalu. Dzi masih gagal. Ia hanya mampu memejamkan mata tanpa bisa terlelap. Angannya masih melayang membayangkan perlakuan Khalid. Sangat manis namun membuat Dzi takut. Ia tahu itu dosa. Berdua-dua dengan laki-laki non muhrim dan saling memegang tangan.Bukan maksudnya menerima perlakuan manis i
Magbasa pa
32. Biar Surprise
“Siapa?”Andini menggeleng. Ia ingin sekali cerita semua perasaannya pada Dzi tapi saat ini ia merasa kalau semua belum saatnya.“Kapan-kapan saja deh. Aku ingin kau tahu sendiri. Biar surprise”Dzi mencibir. Ia kesal pada sikap Andini yang tak mau terbuka padanya. ia segera mengibaskan tangannya mengusir Andini dari ruang perawatannya. Ia ingin tidur. Saat bangun nanti ia berharap bisa kembali ke posisi sehat seperti sediakala.“Sudah sana keluar! Aku ingin tidur malam ini”“Yee, bukannya berterima kasih malah kamu mengusir”Dzi merebahkan tubuhnya di dipan. Ia tarik selimut dan mulai memejamkan matanya. Ia benar-benar ingin Andini paham pada kemarahannya dan mengubah jalan pikirannya agar mau menceritakan perihal lelaki yang sedang mengisi hatinya.            “Kau benar-benar ingin tidur? Baiklah. Aku keluar. Kalau butuh apa
Magbasa pa
33. Kapan Menikah?
Andini terpana memandang Khalid yang baru saja meninggalkannya. Ia mulai memahami mengapa Dzi mencintainya. Secara wajah Khalid memang memiliki ketampanan wajah  di atas rata-rata walau penampilannya sangat sederhana. Penampilan yang sangat menarik dan tubuh atletis serta memesona.Andini menggelengkan kepalanya mencoba menghilangkan bayangan wajah Khalid. Ia mulai mengagumi laki-laki yang kini sudah hilang dari pandangannya..‘Jangan sampai aku jatuh cinta padanya karena dia milik sahabatku” gumam Andini sambil terus menggelengkan kepalanya.Sementara Khalid yang baru saja masuk ruangan Dzi segera meletakkan tasnya di meja pasien. Ia melangkah mendekati Dzi yang masih terlelap. Ia pandang wajah Dzi yang tersenyum dalam tidurnya. Ada dengkuran halus terdengar sampai telinga Khalid membuat Khalid menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.Ini adalah kali pertama Khalid melihat Dzi dalam posisi tidurnya. Ia berharap akan ada waktu kedua, ket
Magbasa pa
34. Ada Apa dengan Andini?
“Aku akan menikah kalau semua sudah siap. Kalau sekarang rasanya tidak mungkin”Andini tertawa. Ia tahu Dzi sedang bercanda. Cara Dzi bercanda yang tak biasa membuat Andini menjadi semakin penasaran tentang laki-laki bernama Sahal. Ia bertekad untuk mencaritahu sendiri bagaimana Sahal mencintai Dzi. Ia tidak mau Dzi sakit hati. Yang ia inginkan Dzi bahagia dengan pilihan hatinya.“Apakah Sahal tidak mengatakan kapan dia akan melamarmu? Mengapa kau mengatakan tidak tahu kapan menikah? Bukannya tadi kalian sudah saling bicara ya sebelum aku datang?”Dzi membelalakkan matanya. Ia putar mata kekanan kiri atas dan bawah mendengar pertanyaan Andini yang beruntun.“Kalau bertanya satu satu, Din. Aku bingung mau jawab yang mana dulu”“Habisnya kamu sama sekali tidak memberi klarifikasi”Andini mencibirkan bibirnya. ia tahu ia salah. Ia tahu ia terlalu campur tangan urusan Dzi. tapi sebagai orang yang d
Magbasa pa
35. Potong Cabe Merah
“Willy”Andini mengangkat kedua tangannya. Wajahnya pucat ketika Dzi menyebut nama pria yang sudah menempati satu sudut hatinya. Melihat Andini mengangkat kedua tangan menyerah, Dzi tertawa. Tawanya yang keras mengundang perhatian beberapa orang yang sedang lewat di luar ruangannya.“Jangan keras-keras ah. Suaramu mengerikan tahu? Tidak pernah tertawa sekali tertawa malah sekeras itu”“Astaghfirullah. Maaf”Dzi menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia mencoba mengedarkan pandangan melihat orang-orang yang lalu lalang di depan ruang perawatannya.  Nampak seorang gadis sedang memperhatikan tingkah keduanya dengan tatapan tak biasa. Dzi mengangguk, memberi hormat kepada Mira yang membawa nampan dan masuk ke ruangannya tanpa salam.“Kelihatan asik sekali, Mbak Saifi. Seperti orang sehat saja”Sapaan Mira benar-benar luar biasa menonjok. Suaranya ketus dan aura wajahnya sangar luar biasa mem
Magbasa pa
36. Terapi yang Beda
Nancy yang sedang memegang ponsel terlonjak mendengar pertanyaan dari gadis yang sangat dihafalnya. Ia pandang gadis di hadapannya dengan tatapan tak senang. Matanya memicing, mencoba menganalisa mengapa Mira ada di Alfitrah.“Kau? Mengapa kau ada di sini?”“Ha ha ha Nyonya mengapa bertanya seperti itu? Nyonya lupa kalau saya perawat yang merawat Tuan Raharja kan?”Nancy mengangguk. Yang dikatakan Mira benar. Dia adalah perawat yang bertanggung jawab mendampingi suaminya saat di rawat di rumah sakit Medika dua tahun lalu. Saat itu Tuan Raharja belum divonis mengalami kelainan jantung. Nancy awalnya menghendaki Mira untuk menikah dengan Khalid namun Khalid menolak karena ia tidak tertarik melihat penampilan Mira yang manis di depan Nancy namun kasar di depan pasien miskin.Nancy memandang Mira dari atas sampai bawah, memastikan bahwa tidak ada perubahan pada gadis yang dulu ia inginkan sebagai menantunya. Melihat tatapan Nancy, Mira
Magbasa pa
37. Terapi Lanjutan
“Assalamualaikum”Dzi yang sedang duduk sambil membaca Alquran segera menghentikan kegiatannya ketika mendengar salam di pintu kamarnya. Ia letakkan Alquran di meja pasien dan menatap pintu masuk. Matanya berbinar ketika melihat Nancy dan Tuan Raharja mengunjunginya.“Waalaikum salam warahmatullah, Tante, Om, Silakan masuk !”Nancy segera mendorong kursi roda Tuan Raharja memasuki ruang perawatan Dzi. pandangan matanya ia edarkan ke sekeliling ruangan. Melihat fasilitas yang diberikan Rumah Sehat Alfitrah pada karyawannya. Meski Saifi karyawan kelas bawah, kamar perawatan yang diberikan kepadanya sangat memadai. Ada AC dan beberapa kelengkapan lain yang membuat kamar terasa nyaman untuk ditempati orang sakit sepertinya.“Kamu sakit apa, Nak? Mengapa dirawat di sini?”Dzi menyalami Nancy dan mencium tangannya lembut sebelum menyilakan mereka duduk di sofa di sudut ruangan.“Silakan duduk, Tante”
Magbasa pa
38. Tidurpun Kau Cantik
Setelah melakukan terapi lanjutan untuk Tuan Raharja dengan hasil yang maksimal, Nancy meminta Dzi untuk menemaninya mendampingi terapi untuk Tuan Raharja di rumah. Dzi diam menganalisa permintaan wanita paruh baya di hadapannya.Ingin sekali ia mengatakan tidak perlu pendampingan, namun hati kecilnya melarang. Dzi merasa tidak tega melihat wanita di hadapannya yang nyaris kehilangan harapan saat menerima ujian berupa suami yang sakit.“Em, Tante, bagaimana ya? Sebenarnya saya ingin sekali mendampingi Tante menerapi Om Raharja, tapi . . .saya masih belum merasa nyaman kalau harus tinggal di rumah Tante. Apalagi Tante kan memiliki anak laki-laki kan? Saya sendiri sudah memiliki kekasih sekarang Tante. Saya harus menjaga nama baik saya sendiri dan menjaga perasaan calon suami saya”Mendengar Dzi sudah memiliki kekasih, Nancy memandang Dzi intens. Ia sama sekali tidak rela ketika Dzi bersanding dengan laki-laki lain sedangkan dia masih belum bisa memper
Magbasa pa
39. Kegagalan
Khalid yang baru saja keluar kamar Dzi segera melangkah menuju ruang Bogencil 1 untuk menengok papanya. Ia berjalan pelan agar tidak menarik perhatian semua orang. Wajahnya ia tutup masker agar tidak ada yang mengenali dirinya karena beberapa kali kedatangannya sudah membuat beberapa orang tahu siapa dirinya.“Assalamualaikum”Nancy yang sedang memainkan ponselnya menoleh ke pintu. Matanya berbinar ketika tahu anak kesayangannya datang. Nancy segera meletakkan ponsel dan tersenyum menyambut Khalid.“Waalaikum salam. Alhamdulillah akhirnya kau datang anak nakal. Siapa yang memberitahumu kalau kami di sini?”Khalid tidak menjawab ucapan mamanya. Ia berjalan menuju Tuan Raharja untuk menjabat tangan dan menciumnya lalu beralih pada mamanya yang terus menatapnya dengan mata berbinar bahagia. Harapannya untuk mempertemukan Khalid dengan Saifi sangat kuat. Ini kesempatan terbaik yang ia miliki dan ia tidak ingin melewatkannya. Ia segera
Magbasa pa
40. Andai Anakku Sepertimu
Nancy terpana menatap pria tampan yang ini sedang menatapnya sambil tersenyum. ia membalas senyumnya dan mengangguk memberi hormat. Ia lupa tujuan awal kedatangannya ke bagian pendaftaran untuk sesaat.“Dokter Willy? Dokter kapan datang? Mengapa belum datang mengunjungi suamiku di Bogenvil 1, Dok?”Dokter Willy tersenyum. Ia yang baru saja melihat kepulangan Dzi segera mengajak Nancy untuk duduk di bangku panjang di depan loket pendaftaran. Dokter Willy memandang Nancy sambil menunggu pertanyaan lain yang mungkin akan dilontarkan oleh Nancy. Setelah Nancy tidak menanyakan apapun, ia mencoba angkat bicara.“Nyonya ada di sini sejak kapan?”“Tadi jam sepuluh, kira-kira, Dok”Dokter Willy seperti membayangkan posisi dirinya saat jam sepuluh. Ia baru saja pulang menemui kedua orang tuanya yang datang berkunjung ke apartemennya.“Jam sepuluh saya masih di rumah, Nyonya. Kebetulan hari ini orang tua saya b
Magbasa pa
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status