All Chapters of My Cold Doctor (Indonesia): Chapter 91 - Chapter 100
153 Chapters
New Wave
Anggara mematikan mesin mobilnya, melepas seat belt dan menatap sang isteri lekat-lekat. Hari ini Selly kembali aktif koas lagi. Ia sudah rapi dengan setelan scrub warna hijau dan snelli lengan pendeknya.  Rambutnya diikat rapi, kini ia tidak hanya membawa tas berisi laptop dan beberapa buku wajibnya saja, melainkan juga ada cooler bag, pompa ASI dan perlengkapan lain yang begitu banyak pritilannya itu.“Kalau nanti ada suara-suara nggak enak, jangan dihiraukan ya, Sayang.”Selly tersenyum, ia mengangguk pelan. Tentu kembali koas itu artinya harus siap tebal kuping mendengar segala macam kejulidan para perawat dan sesama koas. Belum lagi ia koas di stase kebidanan, bukan? Dimana para bidan senior dan perawatnya kadang suka julid dan semena-mena pada koas perempuan good looking. Dan jangan lupa, Selly selain masuk kategori koas good looking, suaminya juga ganteng maksimal, pasti nanti akan banyak kejulidan yang akan Selly terima.“Kalau sek
Read more
Flash Back
Anggara mengeram begitu sosok itu keluar dari ruang praktek-nya. Kenapa harus dia dinas di sini? Kenapa dari sekian banyak pulau, jutaan rumah sakit yang tersebar di negara ini, harus rumah sakit ini tempat dia dinas?Samar-samar ingatan Anggara kembali pada masa-masa di mana dia masih menjalani pre-klinik di salah satu universitas negeri di Jakarta sana. Karena semua masalah yang terjadi antara dia dan perempuan yang tadi datang menemuinya, dimulai saat ia dan Nadya Anggranesia masih berjuang bergitu keras untuk bisa memperoleh gelar sarjana kedokteran mereka.Saat itu ..."Hai, kita sekelompok, jadi boleh gabung, kan?"Anggara mendongak, tampak manik hazel itu begitu lembut dan ramah menatapnya, membuat Anggara tersenyum dan mengangguk pelan. Ia bergegas menyingkirkan tas yang ia taruh di atas meja. Sudah ada tiga orang yang duduk berkumpul di depan Anggara, salah satunya gadis cantik berkulit kuning dengan mata hazel itu.Tak lama mereka sudah b
Read more
Flash Back (2)
‘Cinta terkadang sangat sulit diungkapkan, dan ketika kita sudah mempunyai keberanian untuk mengatakannya, kadang kala waktu dan takdir tidak pernah memihak pada kita.’***Nadya bergegas turun dari mobilnya ketika ia sudah beres parkir di halaman parkir gedung rumah sakit tempat dia menjalani kepaniteraan klinik itu. Senyumnya mengembang sempurna, kemarin ia libur seharian. Dan seharian pula ia tidak bisa berjumpa dan bersama sosok yang selama ini selalu menghuni hatinya.Ia melangkah dengan begitu santai dan ringan menyusuri lorong rumah sakit, hingga kemudian ia menangkap sosok yang sejak tadi berada dalam pikirannya tengah melangkah bersama dengan seorang gadis yang memakai snelli lengan pendek yang sama dengan dirinya. Tampak mereka tertawa bersama-sama, membuat sebuah gelayar tidak suka menjalar di relung hati Nadya.Siapa dia?Nadya terus memperhatikan mereka, hingga kemudian gadis itu melangkah ke laboratrium forensik, sementara
Read more
Flash Back (3)
Nadya melangkah hendak ke kantin, ia sontak menghentikan langkahnya ketika melihat sepasang sejoli itu duduk di salah satu meja yang ada di kantin. Nadya menatap nanar pemandangan itu dengan hati pedih, mereka tampak tengah menikmati makan siang sambil sesekali tertawa bersama-sama, tidak peduli dengan lalu lalang orang-orang yang ada di sekitar mereka, termasuk dengan sakit dan pedihnya hati Nadya, mereka sama sekali tidak peduli, seolah-olah dunia ini hanya milik mereka berdua.Nadya menghela nafas panjang, agaknya lebih baik ia pergi ke mini market guna memberi sandwich atau onigiri siap makan yang biasanya tersedia di kasir minimarket, daripada dia makan hati, lebih baik makan yang lain, bukan?Nadya melangkah pergi dari sana, berusaha menyembunyikan semua duka dan sakit yang ia rasakan. Matanya memanas. Pada akhirnya tiba juga saat di mana ia harus rela kehilangan sosok itu dari sisinya. Kehilangan tanpa pernah punya kesempatan untuk menyatakan perasaannya, perasa
Read more
Flash Back (4)
“Apapun itu, selama kamu bahagia, aku juga akan bahagia. Sebuah prinsip cinta sejati yang sejatinya hanya melukai dan menghancurkan diri sendiri.”***Anggara hendak turun dari mobil ketika kemudian Toyota Yaris berwarna merah itu berhenti tidak jauh dari mobilnya. Anggara tahu betul mobil siapa itu, dulu sekali dia bahkan beberapa kali memegang kemudi mobil itu, membawa mobil dan sang pemilik ke tujuan yang hendak di tuju. Ya ... sudah beberapa tahun berlalu, tetapi semua seperti masih sama. Begitu juga dengan wanita pemilik mobil itu, dia masih sama.Wajahnya masih berkalang duka, Anggara ingat betul terakhir kali melihat sosok itu tersenyum begitu lepas dan tertawa riang adalah ketika dulu ia diminta tolong mengantarkan sosok itu membeli stetoskop baru, sebagai ganti stetoskopnya yang hilang di IGD.Kemudian, dia dan wanita itu sedikit berjarak semenjak kehadiran Diana dalam hidup Anggara. Anggara mencintai Diana,
Read more
Flash Back 5
Anggara menatap sang isteri dengan wajah cemas, menantikan apa tanggapan Selly setelah ia menceritakan semua yang terjadi di masa lalu antara dirinya dan dokter spesialis anestesi baru  di rumah sakit mereka itu. Apakah Selly kemudian akan marah? Atau bagaimana tanggapan sang isteri perihal cerita masa lalu Anggara itu?“Seperti itu?” tanya Selly yang nampak meraih gelas tehnya, matanya kemudian menatap Anggara lekat-lekat.Anggara menghela nafas panjang, mengangguk perlahan dan meraih tangan sang isteri.“Kalau begitu, apa maksud kalimatnya yang mengatakan kamu menjilat ludahmu sendiri, Ko?” netra Selly beradu mentap sang suami yang sejak tadi tidak lepas pandangan dari wajahnya.Anggara menghela nafas panjang, ia menundukkan kepala, mencoba kembali pada masa di mana ia sedang diuji dengan begitu luar biasa oleh Tuhan, saat itu ....“Ko ... sakit ....,” rintih Diana yang sejak tadi tidak melepaskan tangan A
Read more
Untuk Apa?
Anggara sampai tidak bisa lagi berkata-kata, usai sudah! Semuanya sudah usai dan selesai. Perjuangan Diana sudah usai. Ia sudah menang, perjuangannya sudah tuntas dan terbayar tunai. Tubuhnya yang tadi demam tinggi, mulai mendingin. Air matanya yang sejak beberapa saat yang lalu menitik, sudah surut dan tidak akan menitik lagi. Sakit yang tadi menyerang dan membelenggunya, kini sudah pergi dan tidak akan datang lagi. Ia sudah pergi dengan tenang.Anggara belum mau melepaskan genggaman tangan itu, belum mau pergi dari sisi Diana, belum mau menutupi tubuh sang isteri dengan kain yang sudah sebagian menutupi tubuh wanita itu.Tidak ... Anggara belum mampu, tidak!Tangis Anggara pecah, dia menangis tanpa Isak. Dadanya begitu sesak. Rasanya ia hancur, ia hancur melihat sang isteri harus berakhir seperti ini.Dia dokter, calon dokter spesialis. Namun kenapa ia tidak bisa berbuat apa-apa ketika kemudian nyawa sang isteri dalam bidikan malaikat maut? Kenapa ia ti
Read more
I`m Fine!
"Terkadang ... tidak tahu apa-apa itu lebih baik, daripada kemudian tahu sesuatu dan harus terluka karena kenyataan itu!" *** Selly tidak langsung kembali ke poli kandungan, ia malah melipir ke tangga darurat, tempat rahasianya ketika ia bersembunyi dari siapapun. Menangis di sini sendirian karena memang tempatnya sepi. Selly menjatuhkan dirinya di tangga paling atas, membiarkan air matanya menitik dan membasahi pipinya. Hatinya teramat sakit. Kalau memang sampai kapanpun sosok mama dari Felicia itu tidak akan pernah tergantikan di hati Anggara, lantas kehadiran Selly apa artinya?  Apa arti selama ini mereka hidup satu rumah? Berikrar di depan altar dengan mengatasnamakan Tuhan, bergumul begitu panas di atas ranjang mereka, apa arti semua itu? Selly merasakan dadanya sesak, ia tahu sekarang bagaimana posisinya di hati sang suami. Dan agaknya ia harus berterima kasih pada dokter anestesi baru itu karena de
Read more
Aku Berubah Pikiran
Setelah mencuci tangan bersih-bersih, Anggara segera menghambur keluar. Ia melangkah dengan begitu tergesa menyusuri lorong rumah sakit, kemana lagi kalau tidak ke poli kandungan? Ia harus segera menemukan sang isteri dan mengajaknya bicara baik-baik.Baru saja ia hendak belok ke poli kandungan, suara itu terdengar dan membuat Anggara sontak misuh-misuh. Bukan apa-apa, yang memanggilnya adalah salah satu perawat IGD dan itu artinya Anggara harus segera melangkah ke IGD dan kembali mengurungkan niatnya mencari sang isteri."Dok, pasien IGD perlu konsultasi dengan bagian bedah," ujar perawat itu sopan, yang makin membuat Anggara tidak bisa berkutik.Ia hanya mengangguk pelan, membalikkan badannya dan melangkah menuju IGD. Hatinya tidak tenang, ia begitu kalut. Dalam pikirannya hanya ada Selly. Hanya ada wanita itu dan bukan siapapun.Sementara Anggara melangkah, sepasang mata itu menatanya dengan sorot terluka, dengan berlinang air mata dan kemudian pergi b
Read more
Dengarkan Aku!
“Mana yang lebih hebat? Dirinya yang membuat kamu tidak bisa melupakan dia? Atau diriku yang masih bisa menerimamu meski tahu kamu sama sekali tidak bisa melupakan dia?”***“Sayang, please kita perlu bicara!” Anggara mengetuk pintu kamar tamu, kamar yang dulu pernah ia tempati ketika awal membawa pulang Selly kerumah ini. Dan sekarang, Selly yang malah akan tidur di sana?“Nggak perlu lagi, aku malas bahas hal itu!” balas suara itu dari dalam.Anggara tidak habis akal, ia melangkah kembali ke kamar. Kunci cadangan ia simpan di nakas, hampir semua pintu di rumah ini ia buatkan duplikatnya dan tentu saja kamar yang ada di sebelah itu.  Setelah menemukan kuncinya, ia segera memutar kunci itu dan masuk ke dalam. Nampak Selly yang tengah menyusui Gilbert itu terkejut, menatap Anggara yang bergegas menutup pintu, mengunci pintu itu dan mencabut kuncinya dari sana.“Apa lagi? Kan ak
Read more
PREV
1
...
89101112
...
16
DMCA.com Protection Status